Sate ayam Ponorogo merupakan kuliner khas Kota Reog. Sate ini bisa dinikmati di tempat langsung, dibungkus untuk dibawa pulang, maupun dibawa sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke luar kota.
Sate ayam Ponorogo berbeda dengan sate ayam biasa. Potongan dagingnya lebih besar, bumbu satenya meresap sampai setiap serat dagingnya, serta dibakar hingga kematangan paripurna.
Di Ponorogo, kalian bakal mudah menjumpai warung makan maupun pedagang keliling yang menjual sate ayam Ponorogo. Namun, jika kamu tinggal di luar kota biasanya ada juga kok penjualnya di sudut-sudut kota. Kalian harus coba, biar paham betapa endeus mantulita kuliner ini.
Nah, bagi kalian yang sudah bersiap-siap mencicipi kuliner ini, baiknya hindari enam dosa penikmat sate ayam Ponorogo yang kerap dilakukan.
#1 Membandingkan harga
Dosa pertama yang kerap kali dilakukan oleh pelanggan yang masih pemula adalah membandingkan harga sate ayam Ponorogo dengan sate ayam biasa. Jadi di luar sana memang ada sate ayam biasa, bukan sate ayam Ponorogo. Irisan dagingnya lebih kecil, bumbunya juga kurang terasa, kadang juga kurang pas kematangannya.
Ya namanya kuliner biasa, bukan khas, jadi kerasa ya bedanya.
Nah, karena itulah, jangan dibandingkan harganya. Jelas mahalan kuliner Ponorogo ini. Tapi, ada harga, ada rupa. Meski lebih mahal, rasanya jelas jauh lebih maknyus. Jangan dibandingkan sama sate biasa dooong.
#2 Menambahkan kecap pada sambal kacangnya
Sambal kacang pada sate ayam Ponorogo itu sudah ditakar dan dijaga resepnya sebaik mungkin. Perbandingan antara jumlah gula merah, gula putih, cabe merah, dan cabe rawit sudah dihitung sedemikian rupa. Kalau tiba-tiba kamu menambahkan kecap pada sambalnya, rasanya bakal ambyar.
Kalau buat anak-anak yang nggak doyan pedes masih maklum lah, ya. Lha kalau kalian-kalian yang udah dewasa ini yang nglakuin, kok aneh.
#3 Sambal terlalu banyak air
Buat pembeli dalam porsi besar dan jarak jauh, sambal kacangnya dibiarkan terpisah dan dalam keadaan kering. Di suhu ruangan, sambal kacang bisa tahan hingga tiga hari ke depan. Jika disimpan, di kulkas bisa tahan lebih lama.
Dosa yang kerap dilakukan pembeli ini adalah menyeduh sambal dengan air yang terlalu banyak. Akibatnya sambal terasa encer dan kurang pas. Nah, kalau sudah begitu jangan sampai protes ke penjual, ya.
#4 Menghangatkan sate
Sate ayam Ponorogo memang tahan sekitar dua hari setelah dibakar. Sate ayam ini juga biasa dibeli dalam jumlah besar. Namun, kerap kali pembeli yang beli dalam jumlah besar berharap sate tahan lebih lama. Akhirnya mereka memilih menghangatkan sate dengan dikukus pakai dandang atau bahkan digoreng di wajah. Ugh! Jangan dilakukan ya, Gais. Proses penghangatan itu pasti akan mengubah tekstur daging menjadi lebih keras. Lebih baik segera dihabiskan aja, ya.
#5 Mencari potongan bawang mentah dan tomat
Mencari potongan bawang mentah dan tomat dalam seporsi sate ayam Ponorogo adalah hal yang sia-sia. Nggak ada ceritanya kuliner ini dikasih potongan bawang mentah sama tomat. Kedua komponen tersebut hanya ada pada penyajian sate kambing. Lagipula, bawang mentah dan tomat lebih cocok jika beradu dengan sambal kecapnya sate kambing. Nggak kebayang, gimana rasanya kalau mereka nyelip di antara sambal kacang yang kental.
#6 Makan pakai nasi
Kesalahan berikutnya adalah makan sate ayam dengan nasi. Sambal kacangnya yang kental itu lebih mantap kalau beradu dengan lontong yang padat. Lain ceritanya jika beradu dengan butiran-butiran nasi. Sebenarnya boleh-boleh saja, sih kalau mau makan sama nasi. Tapi, akan lebih mantap jika dimakan bersama lontong.
Nah, itulah enam dosa penikmat sate ayam Ponorogo yang sebaiknya dihentikan. Sebab kalau tidak, kamu nggak akan benar-benar menikmati istimewanya kuliner khas Kota Reog ini.
Penulis: Rezha Rizqy Novitasary
Editor: Rizky Prasetya