Selamat kepada kemiskinan karena jadi alat kampanye tokoh politik kembali. Lagi dan lagi urusan miskin diangkat sebagai alat mencari simpati. Dari era Soekarno yang mengangkat “petani marhaen” sampai Jokowi dengan gaya blusukan. Sayangnya, tidak semua tokoh politik bisa mengemas kemiskinan sebagai alat jualan janji. Salah satunya Puan Maharani.
Entah kenapa poltisi satu ini susah betul membuat aksi tanpa blunder. Dari menanam padi saat hujan, sampai baliho yang bikin mata risih. Terakhir, Puan Maharani melakukan blunder dengan melakukan pertemuan dengan Cak Imin di warung pecel. Tapi bukannya menimbulkan rasa simpati, publicity stunt ini malah mendatangkan cibiran.
Kalau dibandingkan dengan pemain bola sih, Puan Maharani sudah selevel Harry Maguire. Sama-sama merah, sama-sama suka blunder.
Dari urusan warung pecel yang fancy dengan kursi bersarung putih, sampai Durian Musang King yang jadi camilan, semua dirujak oleh warganet. Sebenarnya saya agak iba dengan Mbak Puan ini. Pasti blio dan tim sudah mikir bagaimana cara memunculkan gimmick “sandal jepit” dan “wong cilik” dalam pertemuan ini. Tapi, kenyataane cen nggapleki.
Jadi demi mendukung kampanye Mbak Puan, saya rekomendasikan 5 lokasi rapat dan pertemuan yang lebih tepat untuk nuansa “wong cilik”. Cuma nuansa saja ya. Toh akan sama saja selama DPR yang dipimpin Mbak Puan masih membuat produk hukum semacam Omnibus Law dan UU ITE. Minimal, kalau mau cari simpati rakyat jangan blunder lagi.
#1 Ruang tunggu kantor BPJS
Di mana lagi Mbak Puan bisa dekat dengan wong cilik selain kantor BPJS? Kantor satu ini jelas jadi jujugan masyarakat ekonomi bawah, terutama yang sedang kesusahan. Kalau tidak mengurus tanggungan biaya rumah sakit, ya mengurus BPJS Tenaga Kerja pasca dipecat atau resign. Mbak Puan tidak akan ketemu nasabah prioritas atau konglomerat tambang batu bara di ruang tunggu kantor BPJS.
Paling kalau mau ketemuan dengan Cak Imin, Mbak Puan akan dilirik dan dibicarakan oleh pengantri BPJS. Bukan, bukan karena kagum dengan kepak sayap Mbak Puan. Tapi, risih karena Anda membuat ruang tunggu yang sudah penuh itu makin sumpek.
#2 Teras Bank BRI
Lokasi kedua ini jelas mendekatkan Mbak Puan kepada wong cilik. Karena di teras ini, banyak orang miskin mengantri. Bukan tarik tunai, tapi untuk mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Mbak Puan juga akan ketemu para penerima BLT serta pejuang KPR. Kalau ada bapak-bapak menunggu dengan muka murung, kemungkinan ia sedang “menyekolahkan” BPKB motornya. Lebih terasa kan wong cilik-nya?
Jelas tidak ada blunder seperti aksi makan pecel kemarin. Apalagi BRI kan punya vibes yang merakyat banget.
#3 Gunung Kawi
Gunung yang menyimpan banyak kisah mistis ini jelas cocok dengan vibes wong cilik. Orang kecil tidak akan investasi di kripto. Tidak juga belanja NFT karena digobloki influencer. Wong cilik tidak ditemukan di bursa saham atau lelang. Wong cilik yang kena masalah ekonomi bisa Mbak Puan temukan di lokasi pesugihan. Salah satunya Gunung Kawi.
Tempatnya asri dan sejuk. Lebih enak untuk kampanye daripada menanam padi sambil pakai mantel plastik. Dan sudah pasti, tidak ada pengusaha kaya yang datang ke tempat ini. Kalaupun ada, ya mereka tetap wong cilik yang sukses.
#4 Kawasan SCBD
Yang saya maksud bukan tempat Jeje dan Bonge nongkrong, tapi kawasan perkantoran Start-Up paling bergengsi sekaligus menyedihkan di Jakarta. Bayangkan saja: diisi generasi milenial yang gajinya nanggung, korban Omnibus Law, tidak punya serikat pekerja, dan dituntut konsumtif agar waras. Di balik keindahan dan kemewahan SCBD, banyak wong cilik yang sedang diisap kapital.
Cocok untuk Mbak Puan ketika ingin ketemu wong cilik tapi tidak harus terlihat lucu seperti di warung pecel. Mbak Puan tidak akan dinyinyiri bahkan ketika nyeruput Starbucks sambil menunjukkan dekat dengan wong cilik.
#5 Wadas
Ini lokasi pamungkas. Saya yakin kalau Wadas adalah tempat paling tepat untuk menunjukkan kedekatan Mbak Puan dengan wong cilik. Hadir di dusun terpencil yang sedang melawan mesin eksploitasi raksasa. Romantis banget lho ini! Apalagi Mbak Puan hadir ketika ada ricuh pengukuran tanah lokasi tambang batu andesit.
Ya, siapa tahu, Mbak Puan jadi tahu kalau eksploitasi alam itu nggak hanya jelek buat alam, tapi juga untuk rakyat sekitarnya. Itu kalau paham sih.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Puan Maharani Tidak Salah meski Disindir Susi Pudjiastuti soal Menanam Padi