Kita pasti sudah nggak asing lagi sama istilah lama “diam itu emas”. Ya, diam seringkali dipersepsikan sebagai tindakan yang tepat untuk menghadapi beberapa masalah. Karena dengan begitu seseorang bisa melewati masalahnya serta nggak menyakiti pihak lain yang terlibat. Ya mau menyakiti siapa sih kalau dua jam nggak ngapa-ngapain, ya nggak?
Dalam tongkrongan atau tempat berkumpul suatu kelompok pertemanan, diam juga menjadi pilihan yang tepat. Ketika obrolan yang tadinya cair dan asik menjadi nggak asik lagi karena ada suatu perkataan yang menyinggung perasaan kawan yang lain, diam adalah jawaban. Saya juga nggak paham lagi sama cangkem-cangkem clutak yang mulutnya nggak pernah disekolahkan. Kalau diingatkan, mereka akan bilang, “gitu aja kok tersinggung”.
Nah, akhir-akhir ini ramai juga konten yutub dari Sobat Miskin Official dengan judul “Dua Jam Nggak Ngapa-ngapain”. Dalam video itu seorang pria duduk dua jam sambil menikmati kebosanan tanpa berkeinginan untuk bergerak. Nggak tanggung-tanggung, kegiatan doing nothing ini ditonton hingga 1 juta views.
Namun, konten “Dua Jam Nggak Ngapa-ngapain” yang dia perlihatkan nggak semata-mata cuma ingin diam dan dilihat orang-orang. Terdapat suatu makna tersirat di balik kegiatan doing nothing tersebut. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Kritik sosial dan budaya
Video “Dua Jam Nggak Ngapa-ngapain” tersebut mengindikasikan bahwa pesan yang dibawanya adalah sebuah pesan kritik. Kenapa? Mungkin dia telah melihat adanya beberapa konten-konten yang hanya berisikan konten unfaedah yang isinya prank sampah atau para selebriti pamer kekayaan.
Di sini dia menggunakan nama Sobat Miskin Official yang menandakan bahwa dirinya adalah sahabat dekat dari orang-orang miskin. Dia memilih untuk duduk diam selama dua jam dan menunjukkan kepada publik bahwa lebih baik diam daripada memperlihatkan kemewahan di tengah maraknya kemiskinan.
Selain itu, diamnya ini juga untuk memantau migrasi besar-besaran selebriti televisi ke dalam yutub. Selain itu, hal ini juga menjadi program khusus dari dirinya sendiri dalam menyadarkan orang-orang untuk peduli dan sadar serta berusaha mengentaskan kemiskinan.
Kesal terhadap pro dan kontra COVID-19
Di sosial media sudah kerapkali muncul pro dan kontra dalam upaya penanganan pandemi COVID-19. Belum lagi lalu-lalang argumentasi yang bersifat asumtif di media—khususnya Twitter—tentang konspirasi COVID-19 yang menilai bahwa pandemi ini berhubungan langsung dengan bisnis negara atau dikendalikan secara nggak langsung sama para elit global. Begitu ramainya sampai-sampai Sobat Miskin ini memilih untuk diam. Diam di sini diartikan sebagai sintesis antara pro dan kontra tersebut. Selain itu, diam di sini bukan berarti doing nothing, tapi membawa pesan bahwa terkadang kita hanya perlu berpikir dan menyimak tanpa harus memperpanjang debat kusir itu.
Kesal dengan pro dan kontra LGBT
Pro-kontra masih berlangsung, khususnya di Twitter. Huft, kenapa harus Twitter terus? Ya, mungkin hal ini dikarenakan Twitter menjadi salah satu syarat dan ketentuan dari orang yang open minded. Namun perdebatan mengenai kasus LGBT malah semakin panjang. Warganet yang pro LGBT menganggap bahwa orang yang tidak mendukung LGBT dianggap close minded.
Sedangkan warganet yang kontra LGBT menilai bahwa orang yang pro LGBT nggak mau menerima pendapat yang berbeda. Yang artinya bahwa orang-orang pro LGBT juga close minded. Di sini Sobat Miskin hanya duduk termangu sambil merefleksikan keributan-keributan di luar sana yang saling mempertahankan argumennya sambil terus mengumpat dalam tiga bahasa di dalam hatinya.
Kesal dengan berbagai tren yang sedang naik daun
Tren di sini adalah suatu pola kebiasaan baru dalam tubuh masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini. Contohnya, bersepeda dan secara beramai-ramai mengunggah aktivitasnya ke sosial media. Selain itu, tren seperti gaya berpakaian dan selera musik yang edgy dan cenderung kiri membuat Sobat Miskin ini hanya merenungkan perkataan Mbak Najwa Shihab yang bilang begini: bukannya melelahkan jika selalu ikut tren, apalagi hanya agar terlihat keren.
Memikirkan zodiak yang tepat untuk tipe presiden yang ideal
Daripada memperdebatkan permasalahan seperti asumsi publik mengenai politik dinasti yang bisa mencederai demokrasi, ada baiknya kita diam dan memperhatikan; kalau perlu ya membicarakannya di kedai kopi atau angkringan bersama kawan-kawan. Biarlah mereka yang kritis itu mengkritisi politik dinasti, sedangkan Sobat Miskin ini memilih diam sambil berpikiran secara lebih kompherensif dan progresif dengan memikirkan presiden ideal menurut tipe-tipe zodiaknya.
Mungkin dia berpikir bahwa zodiak turut mempengaruhi seseorang dalam kepribadiannya dan gaya kepemimpinannya. Pak Jokowi lahir pada 21 Juni 1961, yang artinya Blio berzodiak Cancer (21 Juni – 22 Juli).
Dalam ramalan Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Zodiak yang dilansir dalam kumparan.com, disebutkan bahwa rezim Cancer terkenal dengan sikapnya yang lembut dan mengayomi serta selalu membangun suasana kekeluargaan dalam kepemimpinannya. Bisa dibayangkan, bukan? Pak Jokowi terkenal sebagai pribadi yang ramah dan suka tersenyum. Sikap kekeluargaannya juga diterapkan dalam gaya berpolitiknya, seperti srawung kaliyan Bapak Achmad Purnomo di Istana Negara untuk membicarakan Pilkada Solo dan merekomendasikan keluarganya sendiri yang nggak lain adalah anaknya sendiri, Mas Gibran.
Namun karena berbagai riuh-rendah kepemimpinan Pak Jokowi, lantas membuat Sobat Miskin tadi berpikir bahwa masih ada beberapa zodiak untuk tipe presiden yang ideal untuk tahun-tahun ke depan. Sobat Miskin bisa mengambil contoh zodiak Virgo (23 Agustus – 22 September). Masih sama seperti yang dilansir oleh kumparan.com, rezim Virgo memiliki bakat dalam ketajaman pola pikir dan kelawasan berbicara yang tentunya akan berdampak pada pidato-pidato yang akan disampaikan. Selain itu, zodiak ini pandai dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan solusi, hingga mengeksekusi solusi tersebut.
Dengan kepribadian yang demikian, presiden dengan zodiak Virgo berbakat dalam menganalisis permasalahan yang biasa terjadi, seperti diskriminasi ras, komersialisasi pendidikan, kemiskinan, penanganan wabah secara tepat, dan lain-lain. Presiden dengan zodiak ini akan memperbaiki akar-akar permasalahan dengan beberapa solusi yang blio tawarkan. Mengeksekusinya pun harus tepat agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat terimplementasikan dengan baik dan elegan.
Dengan begini, diamnya seseorang bukan berarti lemas, tapi emas. Diam berarti memikirkan sesuatu yang sangat abstrak sehingga hanya akan diketahui oleh si diam yang bersangkutan ini. 1 juta viewers yang menonton video “Dua Jam Nggak Ngapa-ngapain” dari Sobat Miskin tadi tentu memiliki berbagai pendapat yang berbeda-beda dalam menganalisis makna yang tersirat di balik diamnya seseorang, apalagi dua jam! Nggak habis pikir, ternyata diam dua jam nggak ngapa-ngapain juga bisa menghasilkan cuan.
Sama seperti guyonan ala-ala jaman sekarang “Nganggur yen ditelateni mengko lak yo enek hasile”.
BACA JUGA Ternyata, Sedekah Berpotensi Menunjukkan Keegoisan Kita dan tulisan-tulisan lainnya dari Rizki Muhammad Iqbal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.