Band yang banyak dielu-elukan para anak muda di Indonesia akhir-akhir ini akhirnya melakukan konser pertamanya di Jakarta pada 18 Maret nanti. Dari pengamatan saya, gelombang anak muda Indonesia suka Arctic Monkeys ini baru benar-benar terasa tahun 2013-an, ketika Arctic Monkeys mengeluarkan album berjudul AM dengan lagu paling populernya “Do I wanna Know?” dan “R U Mine?”
Sekilas kalau dilihat dari keseluruhan lagu di album AM, album itu memang dibilang album yang paling Pop-Rock. Hal ini juga dikonfirmasi sama Alex Turner, vokalis Arctic Monkeys yang mengatakan kalau AM memang menggunakan pendekatan berbeda, ada twist R&B kontemporer.
Perbedaan ini juga semakin terasa karena pada beberapa tahun sebelum album itu rilis, Arctic Monkeys pindah ke Amerika dan mengubah kultur musik mereka jadi lebih bernuansa Amerika. Faktor-faktor itulah yang menjadi penyebab kenapa Arctic Monkeys kemudian jadi populer dan AM jadi album yang paling banyak mereka jual.
Kalau kamu termasuk fans yang masuk di gelombang tahun 2013 dan tertarik untuk mendengarkan lagu-lagu lainnya dari Arctic Monkeys, nih saya kasih tahu beberapa lagu underrated milik mereka yang enak untuk didengarkan. Ukuran underrated ini saya kalkulasikan dari angka pendengar Spotify yang nggak lebih dari 15-20 juta kali didengar setiap lagunya, mengingat rata-rata pendengar band asal Inggris ini mencapai 40 juta per bulan.
#1 The Bakery
“The Bakery” jadi salah satu lagu underrated Arctic Monkeys yang sering saya dengarkan. Saya membayangkan “The Bakery” diciptakan Alex Turner saat dia berada di toko roti dan sedang memperhatikan pelayan perempuan yang ramah pada pelanggannya.
Mengutip laman Genius, “The Bakery” jadi semacam representasi anak-anak muda yang ada di Sheffield, Inggris, pada masanya. Saat itu banyak anak muda yang magang kemudian jatuh cinta dan berkencan di sebuah arena arkade—semacam Timezone date gitu—yang dulu begitu marak dan populer kayak kedai Mixue.
“The Bakery” merupakan bagian dari album Fluorescent Adolescent semacam Side-B dari album Favorite Worst Nightmare. Karena berada di Side-B, lagu-lagu dari album tersebut jadi kurang banyak didengar orang. Padahal lagunya kebanyakan enak untuk didengarkan, lho.
#2 Despair In The Departure
“Despair In The Departure” masuk dalam mini album Who The Fuck Are Arctic Monkeys. Lagu ini didengar sedikit orang, sekitar 32 juta kali jika dilihat dari rata-rata lagu lain di album ini yang didengarkan sebanyak 40 juta kali.
Dengan petikan gitar akustik, “Despair In The Departure” berhasil membuat pendengar merasa mellow sekaligus membayangkan kalau mantan kita sudah move on dan kita masih “menunggu” untuk ikut pergi atau tetap bertahan beberapa menit lagi.
#3 Fireside
Meskipun albumnya populer, ada satu lagu di album AM yang paling sedikit didengar orang di Spotify, yaitu “Fireside”. Padahal menurut saya, “Fireside” ini paling enak didengar, lho. Entah karena ke-edgy-an saya atau gimana, makna lagu beserta dentuman drum dan bass dalam lagu ini terasa semakin aduhai didengarkan.
Kalau lagu-lagu Arctic Monkeys sebelumnya banyak menceritakan orang-orang yang gagal move on dan terjebak masa lalu, “Fireside” justru menggambarkan sebaliknya. Pokoknya pas didengarkan orang-orang yang sudah bisa menjalani kehidupan tanpa mantan meski sesekali masih kepikiran. Wqwqwq.
#4 Science Fiction
Album Tranquility Base Hotel & Casino (TBHC) yang dirilis pada 2018 bisa dibilang jadi album yang mungkin banyak mengecewakan beberapa penggemar yang memang kebanyakan dikenalin sama gaya musikalitas Arctic Monkeys saat mengeluarkan album AM. Bagi para penggemar senior, album TBHC ini justru jadi terobosan baru.
Sekilas, lagu-lagu dalam TBHC memang ada kesan eksplorasi Alex yang terpengaruh The Last Shadow Puppets, proyek sampingannya bersama Miles Kane. Dari sekian banyak lagu aneh yang pakai istilah bahasa Inggris njlimet dan kurang easy listening, ada satu yang menurut saya unik. Lagu ini sekaligus jarang didengar orang, judulnya “Science Fiction”.
“Science Fiction” ini menarik secara lirik dan musikalitas. Secara lirik, Alex bermetafora bahwa hubungan percintaan yang ia alami seperti “science fiction” dengan logika-logika yang ada di genre sci-fi dan bisa kekal seperti yang selalu terjadi pada film atau komik. Selain itu secara musikalitas, “Science Fiction” memperdengarkan suara-suara khas yang mistis. Perpaduan lirik dan musik itu bikin saya sebagai pendengar cukup terkesan.
#5 Perfect Sense
Semacam hasil proses pendewasaan dari TBHC, The Car yang rilis pada 2022 jadi album yang pas untuk membayangkan malam-malam tahun 70-an. Banyak penggemar yang telanjur kecewa pada album TBHC yang kemudian nggak kaget kalau lagu-lagu dalam The Car bakal bernada mirip. Tapi menurut saya, album The Car sudah lebih sempurna dibanding TBHC. Apalagi banyak lagu yang diiringi biola dan memberi kesan nostalgic sekaligus classy.
Salah satu lagu underrated yang menurut saya wajib didengarkan dan mewakili lagu lain dalam album The Car adalah “Perfect Sense”. Sayangnya, pendengar “Perfect Sense” sedikit. Dengan tabuhan drum dan nada biola yang ritmis di belakang suara Alex yang nge-bass, “Perfect Sense” jadi terasa personal.
Sebenernya masih banyak lagu Arctic Monkeys yang underrated padahal enak didengarkan, terutama lagu-lagu “Arab” yang ada di album Humbug. Tapi, cukup lima lagu di atas dulu deh yang jadi awalan untuk mengeksplorasi karya-karya Arctic Monkeys lainnya. Gasss, siap-siap nonton konsernya nanti, ya!
Penulis: Ananda Bintang
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Lagu yang Sebaiknya Nggak Didengarkan kalau Nggak Mau Gagal Move On.