Kapan hari tanpa sengaja, saya pernah mendengar seorang mengeluh tentang undangan yang baru saja dia terima. Dia mengeluh bukan karena acara tersebut digelar pas tanggal lagi tua-tuanya. Bukan pula karena nama pengantin yang ternyata adalah seseorang yang dulu pernah berjanji setia selamanya. Dia mengeluh karena undangan yang dia terima adalah undangan digital.
Apa sebab?
Menurutnya, undangan digital itu effort-nya kurang dan terkesan nggak menghargai tamu yang akan diundang. Dia pun membandingkan dengan undangan konvensional. Katanya, undangan konvensional yang dibagikan secara langsung kepada tamu yang diundang lebih menggambarkan kesungguhan hati si empunya acara. Bahwa mereka, si shohibul bait, benar-benar tulus mengharapkan kehadiran para tamu undangan.
Padahal apa salahnya sih pakai undangan digital? Justru undangan digital memiliki banyak nilai lebih dibanding undangan konvensional.
#1 Low budget
Kehadiran undangan digital telah menolong banyak calon pengantin dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menggelar resepsi pernikahan. Kenapa? Karena harganya murah, Mylov.
Nih, saya kasih tahu. Di salah satu web penyedia jasa pembuatan undangan digital, harga satu undangan dibanderol dengan harga mulai dari 59 ribu. Kalau desainnya lebih njlimet dan ada banyak fitur yang ditampilkan, harga tentu berbeda. Harga paling mahal untuk satu undangan digital di web tersebut adalah 250 ribu.
Sekarang coba bandingkan dengan harga undangan konvensional. Kita ambil harga yang standar saja, 2000 rupiah per satu undangan. Jika jumlah tamu yang akan diundang ada 400 orang, maka calon pengantin harus menyiapkan dana sebesar 800 ribu. Wew. Selisihnya jauh banget, kan? Lumayan bisa dialokasikan untuk hal lainnya.
#2 Ramah lingkungan
Tak peduli seberapa bagus dan cantik undangan, nasib mereka akan berakhir di tempat sampah. Memangnya ada orang yang sudi menyimpan undangan? Buat apa? Investasi? Elon Musk tersenyum membaca ini. Artinya, undangan konvensional cuma nambah-nambahin jumlah sampah di dunia. Beda dengan undangan digital. Dia cuma jadi sampah… di ruang penyimpanan HP-mu.
#3 Bebas berkreasi
Ketika kita menggunakan undangan konvensional, kreativitas kita dibatasi oleh desain blangko kosong undangan yang paling gitu-gitu aja. Mentok cuma bisa kasih foto calon pengantin sebagai tambahan nilai estetik. Beda dengan undangan digital. Mau desain gaya apa aja, bisa. Disisipkan lagu? Dikasih link dompet digital? Video love story calon pengantin? Ah, kecil itu. Bisa banget.
#4 Praktis
Kalau tamu yang akan diundang di pernikahan hanya tetangga kiri kanan, urusan sebar-sebar undangan tentu nggak akan jadi persoalan. Ndilalah, yang jadi tamu undangan itu heterogen dan mereka nggak tinggal dalam satu atap. Dengan kata lain, harus mendaki gunung melewati lembah dulu supaya semua undangan itu bisa terdistribusikan. Ribet apa ribet? Nah, kalau pakai undangan digital, jarak hanyalah soal angka yang bisa dilipat. Praktis.
#5 Cepat
Bayangkan seandainya yayangmu tiba-tiba ngajak nikah. Nggak mau minggu depan, apalagi tahun depan. Maunya besok. Titik. Apa iya bisa mencetak sekian ratus undangan konvensional dalam hitungan jam? Kalaupun mampu, distribusinya bagaimana? Masa mau pakai ekspedisi JnT yang same day?
Tapi, dengan menggunakan undangan digital, diajak yayang ijab kabul besok pun nggak masalah. Lha, wong proses pembuatannya paling cuma itungan jam, kok. Habis itu tinggal kirim, kirim, kirim. Beres. Paling jempol doang yang butuh dipijet.
Lantas, bagaimana dengan ketiadaan unsur ketulusan dalam undangan digital yang dikeluhkan oleh TS? Soal itu, mari kita pahami bahwa zaman telah berubah. Haruskah kita mengukur ketulusan orang lain hanya dari seperti apa bentuk undangan yang mereka kirim? Bagaimana jika beberapa tahun kemudian, seiring perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup, undangan digital ini jadi sama biasanya seperti undangan cetak? Apakah itu berarti ketulusan juga ikut lenyap seiring makin jarangnya orang pakai undangan cetak?
Hayo, gimana, hayooo~
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi