Saat menempuh pendidikan atau menjalani pekerjaan di luar kota, kos putri lazimnya menjadi pilihan utama bagi sebagian besar mahasiswi atau pekerja perempuan. Gambaran bangunan bersih dengan tata ruang cantik serta faktor keamanan merupakan beberapa alasannya. Sebab, biasanya pemilik kos khusus putri cenderung lebih tegas dan telaten mengawasi operasional properti miliknya.
Padahal, tak selamanya tinggal di kos khusus putri memberikan kelegaan. Dalam sejumlah kasus, menempati satu bangunan yang isinya perempuan semua justru memunculkan kerugian. Sebelum memutuskan untuk menyewa kamar di kos khusus putri, sederet gambaran berikut mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan.
#1 Aturan kos putri yang super ketat kadang bikin penat
Secara garis besar, tata tertib yang berlaku di kos putri jauh lebih ketat ketimbang kos campur. Di samping larangan membawa teman lawan jenis, ketentuan umum lainnya yang wajib ditaati adalah jam malam. Biasanya, pemilik kos menetapkan waktu sebelum tengah malam bagi penghuninya untuk pulang.
Padahal, kegiatan seseorang bisa saja menuntut waktu pulang lebih larut. Contohnya, menuntaskan tugas kuliah atau pekerjaan lembur dari kantor. Jelas, aturan ketat ini sedikit merugikan penghuni kos. Mau mengajak teman atau rekan menyelesaikan di kos pun tetap akan terhalang jam kunjungan tamu. Nekat pulang melewati dari jam malam, siap-siap saja jadi bahan gunjingan.
#2 Tinggal di kos putri cenderung lebih berisik
Percaya atau tidak, tingkat kegaduhan di kos khusus putri jauh lebih tinggi daripada kos campur. Di pagi hari, biasanya mereka sudah gempar berebut kamar mandi, terutama jika tak tersedia fasilitas kamar mandi dalam. Sialnya, tak sedikit dari penghuni perempuan yang menghabiskan waktu lama di kamar mandi. Tak pelak, suara gedoran menanti.
Tidak cukup sampai situ, suara pengering rambut biasanya ikut menyusul setelahnya. Bahkan, malam hari pun tak luput dari keributan. Mulai dari keseruan bertukar cerita di ruang bersama, hingga sesenggukan berjamaah ketika nonton bareng drama Korea. Intinya, tinggal di kos putri bukan merupakan sesuatu yang ideal bagi mereka yang mendambakan ketenangan.
Baca halaman selanjutnya: #3 Bentuk kebersamaan …
#3 Bentuk kebersamaan yang kebablasan, simpanan makanan di kulkas bersama sering dimaling
Dapur bersama di kos putra terlihat sering “nganggur” di kos campur atau kos putra atau jarang digunakan. Namun, berbeda dengan kos putri, fasilitas ini banyak dimanfaatkan. Selain penghuni kos yang cenderung nggak mager, opsi memasak jauh lebih hemat daripada membeli makanan matang setiap hari. Apalagi, adanya kulkas bersama turut memudahkan penghuni menyimpan makanan yang dapat diolah atau dikonsumsi lagi sewaktu-waktu.
Sayangnya, keunggulan ini tidak diimbangi etika para penghuni. Tidak jarang, kasus pencurian makanan atau bahan pangan terjadi. Banyaknya orang yang memakai dapur bersama juga menyulitkan pencarian pelakunya. Di lain pihak, mengusut kasus kecolongan ini juga berisiko menimbulkan cap pelit kepada korban.
#4 Wajib membiasakan diri melihat jemuran pakaian dalam yang terpampang serampangan
Tidak semua orang nyaman menaruh pakaian di binatu. Terlebih, jika pakaian yang hendak dicuci merupakan dalaman. Oleh sebab itu, beberapa penghuni kos putri memutuskan mencuci sendiri pakaian dalam mereka alih-alih menggunakan jasa laundry.
Akan tetapi, keterbatasan tempat terbuka kerap kali memaksa para penghuni kos putri untuk mengeringkan cucian mereka di sudut-sudut yang kurang layak. Misal, di depan kamar masing-masing. Selain mengurangi nilai estetika, hal ini juga mengganggu kenyamanan penghuni lain, terutama saat kedatangan tamu. Ditambah lagi, jika wujud pakaian dalam yang dijemur tampak agak vulgar, omongan usil mungkin saja mencuat. Sementara, di kost campur, penghuni perempuan malah akan lebih waspada untuk menjemur pakaiannya.
#5 Ritual tidur berdempetan bila tersebar kisah horor di kosan
Kekurangan lain dari menempati kos khusus putri yaitu mesti familiar dengan tradisi tidur bersama saat desas-desus mengerikan di tempat tersebut tersebar. Masalahnya, kebiasaan ini berbeda jauh dengan gambaran pajamas party yang diselingi aktivitas menyenangkan. Sebaliknya, sejumlah penghuni kudu rela tidur tak nyaman demi menepis rasa takut.
Selain tidur berjejalan, privasi tak ayal terkikis. Apesnya lagi, biasanya kejadian ini akan berlangsung beberapa hari hingga cerita seram mereda. Pastinya, momen ini sangat mengganggu aktivitas pribadi dan mengusik mereka yang berjiwa introvert.
Bisa disimpulkan, mendiami kos khusus putri tak seindah angan-angan. Di samping kebersihan yang tak selalu terjamin, kehebohan akan senantiasa menemai hari-hari penghuni. Namun, justru segala kelemahan ini yang bikin seru dan memperkuat jalinan antar anak perantauan.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pengalaman Saya sebagai “Anak Baik-baik” Tinggal di Kos LV Jogja yang Penuh Drama
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
