Semenjak memelihara kucing, saya suka sekali menyambangi berbagai grup cat lovers di Facebook. Dari grup-grup tersebut, saya mendapat banyak masukan sekaligus peringatan. Misalnya, peringatan soal kucing yang ternyata nggak boleh makan makanan mengandung bawang, dsb.
Namun dari berbagai pengalaman positif tersebut, ternyata ada juga beberapa hal yang bikin saya geleng-geleng kepala. Biasanya itu terjadi ketika saya bertemu dengan pencinta kucing yang bisa dibilang elitis. Nah, berikut ini 5 kelakuan pemilik kucing sok elite yang sering bikin emosi.
#1 Menghina pakan “murahan” seenaknya
Nggak cuma sekali atau dua kali saya membaca komentar di postingan soal kucing di mana seorang pemilik kucing menghina pemilik kucing lainnya gara-gara makanan. Menurut si pemilik kucing yang sok elite, kucing cuma boleh diberi makanan kucing premium yang harganya cukup menguras kantong.
“Jelas-jelas kucing nggak boleh dikasih nasi, tapi kalian nggak mau denger! Pelihara kucing kok nggak modal?” kira-kira begitu komentar yang saya baca.
Argumen bahwa kucing nggak seharusnya diberi nasi memang nggak salah. Kucing adalah omnivora atau pemakan daging obligat yang sistem pencernaannya didesain untuk memproses daging, bukan biji-bijian seperti beras.
Masalahnya, nggak semua orang sanggup membelikan ikan segar atau makanan kucing yang mahal. Nggak semua orang yang memelihara kucing juga melakukannya dengan “sengaja”. Saya ada salah satunya.
Awalnya, saya memelihara kucing karena rasa kasihan. Kucing peliharaan saya adalah kucing betina buangan yang nggak jelas asal-usulnya. Ketimbang kucing itu menderita di jalanan, saya peliharalah dia meski kantong pas-pasan. Saya berusaha memberikan makanan yang baik semampu saya. Jadi kalau ada pemilik kucing anti-nasi ikan asin, saya sih siap menerima donasi untuk kelak dibelikan makanan premium buat kucing tercinta.
#2 Antipati dengan kucing kampung
Orang Indonesia memang suka inferior. Bukan cuma inferior waktu ketemu bule, tapi juga inferior dengan kucing ras bule! Syukurnya, pemilik kucing elitis gini jumlahnya nggak banyak.
Saya pernah dibuat jengkel oleh seorang kenalan yang kelihatan sayang sekali dengan kucingnya, tapi memandang rendah kucing peliharaan saya. Tahu nggak kenapa? Gara-gara kucing saya cuma kucing lokalan! Waktu dia main ke rumah saya, dia langsung menyarankan membuang kucing saya ke pasar agar nanti diganti dengan anakan persianya yang lucu-lucu.
Iya sih kucing persia memang cantik, tapi saya sayang banget sama kucing kampung saya. Kucing kampung perawatannya juga lebih mudah dan murah. Jadi, sorry ya, buat saya kucing kampung nggak kalah dari kucing ras.
#3 Menganggap kucing nggak boleh disalahkan selamanya
Kucing memang nggak punya kesadaran seperti manusia, tapi kucing tetap bisa salah, lho. Sebagai pemilik kucing, saya sama sekali nggak setuju dengan beberapa pemilik kucing lain yang berpendapat kalau kucing nggak bisa disalahkan.
Mencuri lauk, buang air di sembarang tempat, sampai memangsa burung adalah hal-hal yang semestinya bisa dicegah. Sebagai pemilik kucing, kita harus melatih si kucing supaya nggak melakukan hal-hal tersebut. Jangan malah dibiarkan.
#4 Mengolok-olok pemilik kucing yang nggak bisa mensterilkan kucingnya
Jumlah kucing memang banyak banget sehingga sterilisasi sangat dianjurkan. Tapi lagi dan lagi, ini masalah uang. Biaya mensterilkan kucing itu nggak murah, apalagi untuk yang betina. Saya tinggal di Jogja. Di Jogja, biaya steril kucing itu cuma beberapa kali lipat UMR di provinsi ini.
Daripada mengolok-olok pemilik kucing yang nggak bisa mensterilkan kucingnya, sebaiknya orang-orang yang kayak gini bikin kegiatan saja. Misalnya, mengampanyekan gerakan adopsi kucing (bukan beli kucing), menginfokan tempat atau event sterilisasi yang lebih murah, mengampanyekan gerakan iuran bersama untuk sterilisasi kucing liar. Kan enak gitu bisa bahu-membahu demi tujuan mulia.
#5 Merasa derajat kucingnya lebih tinggi daripada manusia lain
Kucing memang hewan lucu dan menggemaskan, tapi bukan berarti kita kebablasan sampai menganggap derajat kucing lebih tinggi daripada manusia, ya. Beberapa kali saya bertemu pemilik kucing yang mencintai kucingnya dengan cara ekstrem sampai menganggap kucing lebih layak dikasihani daripada pengemis. Ya ampun…
Intinya, kita boleh kok menyayangi kucing, tapi harus bersikap adil dan berimbang. Jangan sedikit-sedikit mencela orang lain atau menganggap kucing nggak pernah salah sedikit pun.
Penulis: Nar Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Panleukopenia: Mimpi Buruk para Pemilik Kucing.