Tiap hari kita pasti mengakses website untuk banyak kepentingan. Bisa untuk mencari informasi, untuk mengunduh file, atau hanya mengunjunginya sambil ndomblong. Intinya, website—sama seperti berak, makan, dan sambat—tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia
Pernah nggak kamu buka sebuah situs tapi langsung kamu tutup lagi? Saya mah sering. Dan bukan cuma saya tutup, biasanya saya akan menghindari situs itu dalam waktu yang lama hingga batas tak ditentukan. Alasannya? Setidaknya ada 5 hal menyebalkan yang membuat saya melakukan itu.
Website kebanyakan iklan
Saya ngerti banget kalau mengelola website itu nggak murah. Saya tahu karena saya juga punya beberapa situs yang harus diurus. Tapi kalau masang iklan juga nggak gitu-gitu amat dong, Bang dan Sista sekalian.
Sering saya nemu situs dari media besar, tapi amit-amit, nggak pernah saya buka lagi karena kalau saya buka, laptop jadi loading lambat. Mau baca artikel aja kadang harus nunggu dulu biar iklannya bisa ditutup. Waktu dan kesabaran saya rasanya benar-benar diuji ketika berhadapan dengan website seperti ini.
Porsi tempat untuk artikel juga dikit banget. Kiri, kanan, atas, dan bawah ada iklannya. Tambah lagi iklan pop up yang kadang kepencet. Mau baca jelas nggak nyaman. Daripada saya emosi terus-terusan, saya cenderung menghindari bahkan tak pernah membuka situs itu lagi biarpun nangkring di halaman utama Google.
Website yang satu artikel dibagi jadi beberapa halaman
Dear pengelola web, masa artikel yang jumlah katanya tidak sampai 500 kata aja dibagi jadi 3 halaman, situ oke? Informasi yang diperoleh dikit, tapi kita harus mengklik sampai beberapa kali.
Saya tahu, maksud si empunya situs adalah untuk meningkatkan jumlah view di situsnya. Tapi cara ini mengorbankan kenyamanan pembaca seperti saya. Mbok yang kreatif gitu lho. Mau ningkatin view boleh, tapi kalau ngasih informasi juga yang lebih banyak. Jangan info itu lagi-itu lagi yang intinya cuma satu atau dua kalimat.
Website clickbait
Berbagai bentuk clickbait membuat saya merasa tertipu. Tertipu sekali dua kali masih oke. Tapi kalau ketipu berkali-kali? Ya mendingan nggak usah pernah buka situs itu lagi. Bukan berarti saya anti segala jenis judul yang bombastis lho ya. Judul bombastis sih okay. Tapi judul harus bisa sesuai dengan isi artikel.
Website yang kontennya copy paste dari sumber lain
Sebagai orang yang memiliki blog pribadi, saya tahu membuat konten itu tidak mudah. Apalagi kalau kontennya sampai bisa nangkring di halaman utama mesin pencari. Ada kerja keras yang hrus dilakukan penulis.
Makanya, saya sangat antipati dengan mereka yang demen copy paste. Apalagi kalau situs copas-nya berhasil mengalahkan situs yang dicontek. Wuih, saya yang bukan korbannya aja bisa jengkel. Apalagi korbannya.
Website yang mobile user interface-nya nggak banget
Ada beberapa website yang enak banget dibaca di laptop atau PC, tapi begitu dibuka via mobile jadi tidak nyaman. Pemilik website ini biasanya masih awam soal bagaimana cara mengatur supaya situsnya mobile friendly.
Saya tidak ada “kejengkelan” pribadi dengan website seperti ini sih. Toh yang bikin cuma nggak tahu gimana caranya memberikan kenyamanan ke netizen. Tapi kalau kebetulan saya membukanya di smartphone, pasti saya tidak akan lama-lama di sana.
Website yang isinya propaganda
Kita memang tidak langsung tahu suatu situs termasuk situs propaganda atau bukan. Tapi kalau kita telusuri di tiap artikelnya, bakalan kelihatan kok afiliasi situs itu. Ada yang netral, berpihak ke kiri, atau berpihak ke kanan.
Biasanya sih, untuk memahami konten-konten politik, saya cenderung menghindari situs propaganda. Saya merasa kasihan sama otak saya. Sudahlah capek mikir ini itu, masih dicekoki oleh kampanye-kampanye dari pihak tertentu.
Website yang penulisnya edgy
Gimana ya saya mendeskripsikan ini? Intinya, saya beberapa kali nemu situs yang penulisnya menurut saya masih ABG labil. Isi postingannya pun tidak sensitif karena yang bersangkutan merasa “nge-bash” orang lain itu keren.
Saya pernah nemu situs yang isinya berita kejadian di kota saya. Eh, setelah saya buka, tak sedikit postingan dengan gambar kecelakaan tanpa sensor. Saya komenlah ke artikel itu minta agar gambarnya di-blur. Tapi pemilik situs malah bilang kalau saya ini “lemah.” Hello… situ oke?
Itulah jenis-jenis website yang saya hindari. Kalau kalian setuju sama pendapat saya, toss. Yang nga setuju, ngapapa. Sing penting ora jotos-jotosan yo~
BACA JUGA Petty Cash: Kecil-Kecil Cabai Rawit dan tulisan Ningsih lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.