Saudara-saudara yang budiman, apoteker bukanlah dukun yang bisa tahu kehendak hati Anda, apoteker juga bukan ahli cocokologi yang bisa tahu kebutuhan obat Anda. Jika sebelum konsumsi obat Anda pergi ke apotek dan hanya menyebutkan ciri-ciri dan kemasan tanpa memberi tahu informasi dasar obatnya, kami juga bingung.
“Mbak, mau obat yang biasa dibeli ibuku ya, dua. Saya tidak tahu nama obatnya,”
“Warna obatnya putih,”
“Terus di bungkusnya ada tulisan kecil-kecil,”
“Harganya sekitar dua puluh ribu,”
“Kata ibu saya, rasanya cokelat,”
Astaga, apa ini? Sering sekali orang yang mau membeli dan konsumsi obat justru nggak paham sama apa yang dia cari. Yaelah, kan bukan orang farmasi. Kenapa perlu rempong mengetahui seluk-beluk obat juga?
Emmm, meski bukan tenaga kesehatan apalagi farmasi, pengguna juga perlu memahami informasi obat untuk mengurangi kesalahan penggunaan obat. Tidak banyak, setidaknya ada lima informasi dasar obat yang perlu diketahui masyarakat. Informasi ini penting karena menyangkut hidup dan mati. Iya, memang seseram itu.
#1 Ketahui nama dan kandungan obat
Kandungan obat adalah isi, inti, komposisi, atau bahan aktif yang menyebabkan benda itu disebut obat. Nama obat yang dimaksud adalah merek obat. Nama dan kandungan obat menjadi informasi yang paling utama diketahui.
Contoh kandungan obat seperti parasetamol. Parasetamol kemudian diproduksi oleh banyak pabrik yang mendaftar dengan merek yang beragam.
Satu produk obat bisa mengandung satu atau lebih bahan aktif obat. Misalnya parasetamol. Ada yang diproduksi tunggal dengan kandungan parasetamol saja, ada pula yang dikombinasi dengan zat aktif lain misalnya kafein. Ada pula yang ditambah zat aktif pereda batuk atau pilek, dan sebagainya.
Tanpa mengetahui kandungan obat, Anda makin kesulitan untuk konsumsi obat. Selain agar tidak melakukan tindakan serupa pembeli tadi, Anda juga bisa menggali informasi berbekal nama kandungan obat sehingga pencarian lebih terarah.
Nama obat yang dikonsumsi juga menjadi penting ketika kita hendak memeriksakan diri ke dokter. Dokter atau rumah sakit biasanya akan menanyakan obat-obat yang sudah digunakan. Hal ini dilakukan untuk penelusuran riwayat pengobatan atau penyakit.
Maka, saat memeriksakan diri ke dokter, tak perlu sungkan untuk bercerita riwayat konsumsi obat. Lalu menanyakan kembali obat apa yang perlu dilanjutkan atau dihentikan.
Nah, jika Anda menganggap tulisan resep dokter yang tidak mudah dibaca adalah kesengajaan untuk menyembunyikan nama obat dari pasien, Anda salah. Nama dan kandungan obat harus dijelaskan kepada pasien saat menerima obat, kalau perlu ditulis dalam etiket obat.
#2 Ketahuilah khasiat atau indikasi obat
Indikasi obat adalah efek yang diharapkan setelah obat digunakan. Indikasi parasetamol ialah meredakan demam dan mengurangi nyeri. Contoh lainnya adalah antibiotik untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri, bukan untuk mengobati pilek yang disebabkan oleh virus.
Terkadang pasien yang menggunakan banyak obat kurang memperhatikan informasi mengenai indikasi, apalagi bagi pengguna pertama. Pengetahuan ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dialami.
Setidaknya kita menjadi mantap dan yakin jika tahu bahwa obat yang kita konsumsi adalah benar obat yang kita butuhkan. Lantas bila ada obat yang tampak berlebih dapat dikonfirmasi ulang ke dokter. Lumayan kan bisa menghemat satu atau dua jenis obat.
#3 Perhatikan dosis obat
Dosis menyatakan banyaknya jumlah obat agar memberikan efek yang diharapkan. Obat tidak mampu bekerja bila takaran kurang. Tapi, jika takarannya berlebih dapat menimbulkan keracunan hingga kematian.
Maka tidak salah bila apoteker sering mengampanyekan bahwa obat adalah racun. Bayangkan apa yang terjadi ketika obat yang seharusnya diminum seperempat tablet, justru diminum empat tablet sekali telan karena salah baca etiket obat.
Nah, terkait dosis untuk obat yang berbentuk sirup, Anda bisa membiasakan memakai sendok khusus obat yang ada ukurannya. Banyaknya ragam sendok di pasar dan dapur merancukan takaran yang tepat untuk obat.
Selain sendok, takaran untuk sirup ada yang berbentuk gelas kecil, biasanya ditutupkan pada mulut botol obat. Alat takar lain berupa pipet obat yang sering digunakan untuk pemberian obat pada bayi.
#4 Perhatikan cara konsumsi obat
Ada obat yang ditelan, dikunyah, dihisap, diminum, diselipkan di bawah lidah, dimasukkan melalui dubur, ditempel, dioles, ditetes, disemprot, dan sebagainya. Jangan sampai obat yang seharusnya dimasukkan melalui dubur justru dimakan dengan alasan rasanya enak, rasa cokelat.
Cara pakai obat juga berhubungan dengan frekuensi penggunaan. Frekuensi obat menyatakan berapa kali obat dikonsumsi dalam rentang waktu tertentu.
Frekuensi penggunaan obat tidak bisa dipukul rata tiga kali sehari untuk semua obat. Ada obat yang diminum tiap enam jam. Ada yang dikonsumsi memang saat merasakan gejala. Ada pula yang harus tetap dipakai bahkan tanpa gejala dirasa. Pastikan Anda memahami hal itu.
#5 Ketahui efek samping
Setiap obat memiliki efek samping. Jika Anda pernah mencari informasi efek samping suatu obat di internet, muncul banyak efek samping untuk satu jenis obat saja. Tapi semua efek samping tersebut tidak nyata timbul pada semua orang.
Walau efek samping tidak melulu terjadi, beberapa obat memiliki efek samping khas. Efek samping inilah yang sebaiknya Anda tahu untuk menghindari atau mengurangi risiko akibat efek samping yang terjadi. Contohnya CTM yang menyebabkan kantuk, maka sebaiknya tidak berkendara setelah mengonsumsi CTM.
Lantas, jika Anda berpikir, “Lha buat apa semua itu perlu saya tahu sebelum konsumsi obat, jadi sama dengan apoteker dong?”
Psst sini saya bisikin, lima hal itu hanya secuil yang dipelajari dalam farmasi. Lagian, kok ya merasa rugi untuk menjadi cerdas. Santai saja, keberadaan apoteker tidak tergusur dengan masyarakat yang cerdas menggunakan obat.
Jadi jelas, Anda perlu tahu lima informasi dasar sebelum konsumsi obat. Anda tidak perlu hafal, hanya wajib paham. Bila belum tahu, bisa mencari informasi dari sumber yang tepat. Kalau masih bingung bagaimana? Tanya apoteker saja. Kalau apotekernya tidak mau? Hidup memang kadang gitu.
BACA JUGA 6 Hukum Fisika yang Bisa Jadi Solusi Masalah Hidup Sehari-hari dan artikel lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.