Membaca tulisan tentang Magelang dan Palembang beberapa hari lalu di Terminal Mojok membuat saya terinspirasi untuk membuat tulisan juga tentang tempat tinggal saya sekarang, yaitu Jambi.
Mungkin bagi beberapa orang yang berada di luar Pulau Sumatra, nama Jambi masih agak asing. Teman-teman kuliah saya di Solo saja masih banyak yang bingung dengan letak Jambi. Nah, buat kalian yang suatu hari nanti berkesempatan mengunjungi Jambi, ada baiknya membaca artikel ini sampai habis. Sebab, saya akan memberi tahu apa saja yang sebaiknya nggak kalian lakukan saat berada di sini.
#1 Bicara dalam bahasa Jawa
Poin pertama ini sudah jelas banget, dong, ya? Wong provinsi ini letaknya di tengah Pulau Sumatra, masa mau bicara pakai bahasa Jawa? Nanti nggak ada yang ngerti, Gaes. Sebenarnya ada kok orang Jawa di sini, tapi ya mayoritas tetap orang Jambi. Makanya usahakan tetap berbahasa Jambi di sini.
FYI, bahasa Jambi dan Palembang itu nggak beda jauh, lho. Seperti tulisan Mas Bintang kemarin, di Jambi huruf “a” juga diubah pelafalannya jadi “o”. Contoh lengkapnya bisa dibaca di artikel blio. Kalau nggak bisa bahasa Jambi ya nggak masalah. Pakai bahasa Indonesia juga oke-oke saja. Tetap dilayani, kok.
#2 Main polo air di Sungai Batanghari
Sungai Batanghari adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatra dan terhubung dengan beberapa provinsi lainnya. Panjang sungai ini mencapai 800 kilometer, lho!
Kalau datang ke Jambi, jangan pernah berpikiran untuk main polo air di Sungai Batanghari, ya. Bahaya! Arus sungainya lumayan kuat dan warna air sungainya nggak jernih, melainkan agak cokelat keemasan. Kalau kalian main polo air di sana bisa-bisa malah digigit ikan patin dan ditangkap polisi, terus dibawa ke kantor polisi dan ditahan, deh. Jangan sampai, ya!
#3 Memanjat menara Gentala Arasy
Salah satu ikon Jambi yang cukup terkenal adalah menara jam yang berada di sebuah jembatan bernama Gentala Arasy. Meskipun terdengar konyol, siapa tahu kalian adalah pencinta dunia panjat memanjat dan berencana untuk memanjat Gentala Arasy, lebih baik urungkan niat kalian. Jangan, Gaes! Sebab, menara ini tinggi banget seperti persentase korupsi di neri +62. Menara jam ini tingginya mencapai 80 meter, lho.
#4 Mencari gudeg
Kalian adalah orang Jogja yang kebetulan datang ke Jambi dan berharap ingin makan nasi gudeg? Sayangnya kalian nggak bakal menemukan kuliner khas Jogja tersebut di sini. Di Jambi, mayoritas rumah makan yang ada menjual menu nasi Padang, nasi uduk, pecel lele, hingga soto-sotoan. Jangan berharap banyak bisa menemukan gudeg, apalagi angkringan di sini. Coba habiskan uang kalian untuk melahap nasi dan gulai tunjang bersama sambal cabe ijo khas Padang saja.
#5 Menyamakan nasi gemuk dengan nasi uduk
Jambi punya menu sarapan khas bernama nasi gemuk. Sekilas, tampilan nasi gemuk ini mirip sekali dengan nasi uduk. Bahkan cara membuatnya pun hampir 60 persen sama, tapi tetap ada bedanya, kok. Nasi gemuk cenderung memakai santan yang lebih banyak ketimbang nasi uduk, makanya lebih berlemak. Nasi gemuk umumnya disajikan dengan menu telur dadar iris, bihun, kacang goreng, teri goreng, kerupuk, dan sambal. Agak berbeda juga dengan nasi uduk yang biasanya dipadukan dengan pecel lele atau lauk yang serba banyak. Pokoknya jangan disamakan, ya.
Sebenarnya masih banyak hal yang sebaiknya nggak kalian lakukan saat berada di Jambi. Misalnya saja mencuri resep tempoyak, mengambil ban motor orang lain tanpa izin, atau membawa kabur pesawat di Bandara Sultan Thaha Syaiffudin. Jangan, ya, Gaes. Tetaplah jadi orang yang baik di mana pun kalian berada~
Penulis: M. Guntur Rahardjo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Hal yang Tidak Bisa Dilakukan di Jogja.