Emangnya di Jepang ada musim hujan?
Kalau Sapardi Djoko Damono menuliskan dalam puisinya bahwa tak ada yang lebih tabah dari bulan Juni, hal ini tentu beliau maksudkan untuk konteks Indonesia yang memiliki dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Yang mana seharusnya di bulan Juni ini, musim hujan sudah lama berlalu.
Sementara itu di Jepang, di negara yang memiliki empat musim, musim hujan turut hadir sebagai transisi perpindahan dari musim semi ke musim panas. Dan itu umumnya terjadi di bulan Juni sampai Juli. Terutama untuk wilayah Kanto, Tohoku, Kinki, dan Shikoku. Musim hujan biasanya berlangsung selama satu atau satu setengah bulan. Ada kemungkinan juga berlangsung lebih lama tergantung perubahan cuaca.
Saya sendiri sekarang berdomisili di Tokyo, dan berdasarkan pengamatan saya, setidaknya ada lima hal yang terjadi di Jepang saat musim hujan tiba:
Daftar Isi
#1 Guruh, petir, dan angin topan
Sama halnya seperti di Indonesia, saat musim hujan tiba, awan kumolunimbus menumpuk dan menyebabkan hujan deras serta guruh yang kemudian disusul dengan petir. Badan Cuaca Jepang (Japan Meteorological Agency-JMA), biasanya mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk tetap berada di rumah atau dalam ruangan saat hujan sebagai antisipasi bahaya petir yang mematikan. Tingginya curah hujan juga menyebabkan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Selain guruh dan petir, musim hujan di Jepang sering kali disertai embusan angin kencang, bahkan terkadang disertai angin topan. Seperti yang terjadi pada 2 Juni 2023 kemarin, Topan Mawar dengan kecepatan angin maksimum 87 kilometer per jam melewati Samudera Pasifik. Lintasannya melewati pulau-pulau di wilayah Honshu dan berdampak di sepanjang tepian daratan Jepang bagian selatan dalam waktu yang lebih lama karena badai bergerak dengan lambat dengan durasi mencapai tiga hari.
Musim hujan yang dibarengi dengan badai topan semakin menambah ancaman. Biasanya saat musim ini tiba, ponsel kami sering kali berdering menerima “Emergency Alert” sebagai tanda peringatan untuk meningkatkan kesiagaan bencana. Tak jarang evakuasi harus dilakukan terutama untuk para lansia dan disabilitas yang tinggal di dekat bantaran sungai yang rawan banjir. Mereka akan dipandu mengungsi sementara ke gedung penyelamatan.
Hujan badai dan angin topan sering kali menerbangkan atap-atap bangunan di Jepang. Selain itu juga menyebabkan gelombang tinggi yang mengharuskan kapal-kapal penyeberangan antarpulau dihentikan untuk sementara. Bahkan beberapa jalur penerbangan serta kereta cepat yang berisiko juga harus ditunda keberangkatannya.
Bila terjadi perubahan cuaca ekstrem, musim hujan di Jepang menjadi lebih panjang. Sering kali terjadi hujan dan badai topan di pertengahan musim panas di bulan Agustus, bahkan sampai akhir musim panas di bulan September-Oktober.
Saya mengalami beberapa kali peristiwa hujan dan badai topan di Jepang. Salah satu yang terbesar saat Topan Super Nanmadol menyerang daratan Kyushu pada 18 September 2022 dengan kecepatan angin maksimum 126 kilometer per jam. Meskipun saya tinggal di Tokyo yang jauh dari pusaran badai topan, embusan angin yang kencang cukup menggetarkan kaca dan dinding bangunan, lho, terutama di gedung-gedung tinggi.
#2 Makanan khas musim hujan
Indonesia terkenal dengan khazanah kulinernya. Saat musim hujan, minuman dan makanan hangat bisa kita nikmati. Sebut saja bandrek, bajigur, hingga bakso dan soto bisa untuk menghangatkan badan.
Lain halnya dengan di Jepang. Salah satu penganan yang menjadi ciri khas saat musim hujan tiba di Negeri Sakura adalah minazuki. Minazuki adalah kue beras berbentuk segitiga dengan kacang merah di atasnya. Mengonsumsi kue ini selama musim hujan dipercaya dapat meningkatkan kesehatan dan menangkal nasib buruk.
Kue manis ini berasal dari era Heian. Bentuk segitiga sendiri merupakan simbol es yang melambangkan kesejukan melawan udara panas. Toko-toko kue tradisional, terutama di Kyoto, menjual jajanan ini saat musim hujan.
Musim hujan di Jepang juga dikenal dengan sebutan “Tsuyu” karena musim ini bertepatan dengan matangnya buah plum. Sudah menjadi budaya orang Jepang untuk makan nasi dengan acar plum di atasnya. Kebiasaan ini juga menjadi tradisi di keluarga saya.
#3 Musim bunga
Ada beberapa jenis bunga yang mekar saat musim hujan di Indonesia, misalnya bunga melati, pacar air, kembang sepatu, teratai, dll. Begitu juga yang terjadi di Jepang. Di balik fenomena alam di musim hujan yang mengandung ancaman, ada berkah lain dari tingginya curah hujan di Negeri Sakura, yaitu bunga-bunga khas musim hujan yang tumbuh subur dan bersemi.
Bunga hydrangea, atau ajisai dalam bahasa Jepang, merupakan bunga yang menjadi simbol musim hujan. Selain itu ada juga bunga iris atau hanashobu yang banyak tumbuh di sekitar kuil.
Di Kuil Kumano Nachi Taisha, Wakayama, misalnya, digelar Festival Hydrangea setiap tanggal 14 Juni. Ada persembahan hydrangea warna-warni di atas altar dengan iringan tarian dan lagu suci “Hoei no Mai” yang dilantunkan oleh miko atau gadis kuil.
#4 Upacara pemurnian memasuki musim panas
Ritual atau upacara untuk memanggil atau menyambut hujan, cukup umum di kalangan masyarakat Indonesia. Misalnya saja tradisi cowongan di Banyumas, cambuk badan di Tulungagung, gebug ende di Karangasem, gundala-gundala di Karo, ojung di Bondowoso, dan tari sintren di Cirebon.
Sementara itu di Jepang, di mana sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan Shinto, ada kepercayaan bahwa selama setengah tahun sejak tahun baru, kotoran hati sudah menumpuk. Makanya di akhir bulan tanggal 30 Juni, banyak kuil yang mengadakan upacara Nagoshi no Harae. Ini adalah upacara pemurnian untuk melewati musim panas, penyucian hati dari dosa dan najis, serta penangkal nasib buruk dan penyakit. Upacara ini dipimpin oleh biksu kuil dan boleh diikuti siapa pun.
#5 Memakai pernak-pernik musim hujan
Ada pepatah yang mengatakan “sedia payung sebelum hujan”. Nah, kalau kalian berkunjung ke Jepang saat musim hujan tiba dan belum memiliki payung, kalian bisa mengunjungi Weakeri Honpo di Asakusa. Toko satu ini menjual payung dengan aneka bentuk. Mulai dari payung berbentuk sushi sampai payung lipat dengan pegangan kayu macam boneka kokeshi Jepang ada di sini.
Atau kalau ingin melihat lebih banyak koleksi payung, kalian bisa mengunjungi Cool Magic SHU’s di Jiyugaoka, Meguro Tokyo. Di sini kalian dapat menemukan sekitar 500-an jenis payung mulai dari payung lipat, payung bergagang panjang, payung untuk pria, dan payung khusus wanita.
Nggak usah heran melihat kedua toko payung tersebut. Orang Jepang memang senang memakai pernak-pernik saat musim hujan tiba. Selain beragam payung unik, tersedia juga jas hujan hingga sepatu bot karet yang trendi dan fashionable. Pernak-pernik musim hujan ini bisa menjadi alternatif oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Jepang.
Oh ya, sedikit saran dari saya. Jika kalian ingin berkunjung ke Jepang di musim hujan, kalian harus lebih selektif memilih jadwal, penginapan, alat transportasi, bahkan pakaian yang akan dikenakan. Pastikan kalian mengikuti ramalan cuaca dari website JMA yang cukup akurat.
Selain payung, sebaiknya siapkan juga jas hujan dan sepatu kedap air yang akan bermanfaat saat diterpa hujan dan angin kencang. Tentu saja jangan ketinggalan untuk membawa Tolak Angin dan minyak gosok yang nggak dijual bebas di warung atau toko obat di Jepang.
Penulis: Nurjanah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Lifebuoy Merah: Sabun yang Dituduh Punya Bau Nggak Enak dan Bikin Apek.