Bisa tinggal di desa katanya jadi cita-cita banyak orang yang bosan dengan hiruk-pikuk ibu kota. Tapi, saya yang sekarang tinggal di desa malah nggak betah. Kenapa, ya?
Suatu hari, sepupu saya yang rumahnya di Jakarta mengunjungi rumah orang tua saya yang ada di desa, tapi sebenarnya nggak desa-desa amat. Sepupu saya bilang, “Enak ya di sini adem, nggak kayak di Jakarta, panas!”
Mendengar perkataan sepupu saya itu, saya malah jadi pengin berkeluh kesah soal hidup di tempat tinggal saya sekarang yang beneran desa. Sejujurnya, tinggal di tempat yang menurut sepupu saya lebih adem dibandingkan dengan kota ini lebih menguji kesehatan jiwa dan batin, lho. Saya saja merasa nggak betah tinggal di desa.
#1 Nggak ada tukang sampah
Jika kita tinggal di kota, biasanya ada fasilitas pembuangan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat. Fasilitas ini agaknya perlu disyukuri sepupu saya deh, sebab di desa nggak ada fasilitas seperti ini.
Di tempat tinggal saya sekarang nggak ada tukang sampah yang wira-wiri mengambil sampah dari tiap rumah warga. Saya sempat bertanya pada tetangga, apakah ada fasilitas pembuangan sampah di desa ini. Tetangga saya malah menjawab, “Di sini sampah biasanya dibakar, Mas, soalnya nggak ada tukang sampahnya.” Duh, repot sekali.
Baca halaman selanjutnya….