Kuliah di Magelang itu nggak enak, menurut saya
Kuliah di PTN merupakan dambaan banyak orang. Nggak heran kalau banyak orang berlomba-lomba mempersiapkan diri agar bisa masuk PTN, terutama PTN top. Beda halnya dengan saya yang justru memilih PTN biasa-biasa saja. Niat saya hanya cari aman yang penting kuliah di PTN dan nggak nyusahin orang tua untuk daftar seleksi mandiri.
Sebagai mahasiswa yang kuliah di salah satu PTN yang ada di Kota Magelang, saya merasa cukup bersyukur bisa kuliah di sini walaupun bukan kampus top. Tapi, terkadang juga menyesali keputusan yang saya ambil pada pendaftaran SBMPTN 2021 lalu, karena nyatanya tak seindah yang saya bayangkan.
Selama hampir setahun lebih tinggal di Magelang, saya rasa masih belum bisa beradaptasi sepenuhnya. Memang agak susah hidup dengan budaya yang amat berbeda antara Jombang Jawa Timur dan Magelang Jawa Tengah. Mulai dari bahasa, makanan, budaya, dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, saya mau memberi tahu lima hal nggak enaknya kuliah di Magelang, dan ini murni preferensi pribadi.
Daftar Isi
Nggak ada kereta api
Kereta api adalah salah satu transportasi yang memiliki banyak keunggulan. Selain harga tiket yang terjangkau bagi kantong mahasiswa, juga nyaman nan cepat. Sehingga kebanyakan mahasiswa mengandalkan jenis transportasi ini untuk wira-wiri dari perantauan ke kampung halaman. Tapi, hal ini nggak berlaku bagi kalian yang kuliah di Magelang ya, karena nggak ada stasiunnya, sedih.
Saat mengetahui hal itu saya mulai nyesel kuliah di Magelang. Bagaimana nggak nyesel, saya harus ke Yogyakarta dulu agar bisa naik kereta saat pulang kampung. Walaupun jarak tempuh Yogyakarta-Magelang kurang lebih hanya setengah jam, tapi tetep saja menurut saya menyulitkan.
“Kenapa nggak naik bis saja kan ada bis yang sampai Jatim jadi nggak perlu ke Yogyakarta lagi ?”
Pertanyaan tersebut sering dilontarkan oleh teman saya. Menurut saya bis nggak cocok untuk transportasi jarak jauh karena bisa memakan waktu yang lama banget beda dengan kereta, selain itu saya juga kurang nyaman naik bis. Itu kenapa saya lebih memilih naik kereta saat pulang kampung ketimbang naik bis. Walaupun ribet mesti ke Yogyakarta dulu.
Selain ribet saat pulang kampung, pengin main ke kota sebelah seperti Purworejo, Solo, Semarang pun jadi susah karena nggak ada kereta. Padahal kalau ada kereta mau main kemana aja gampang tinggal naik kereta. Jadi, jalan satu satunya kalau mau main ya naik motor.
Makanan Magelang manis banget!
Sumpah, makanan di Magelang itu manis. Entah lidah saya yang salah apa gimana, tapi ini beneran manis.
Kadang saya suka mikir, apa orang Magelang nggak takut diabetes ya. makanannya manis semua. Hampir semua makanan yang pernah saya coba di Magelang rasanya kurang cocok di lidah saya orang Jawa Timur.
Oleh karena itu, saya jadi sering masak di kos. Kemampuan memasak saya jadi semakin berkembang meski masakan saya nggak enak-enak banget. Tapi, paling tidak masakan saya pedas asin dan masuk di lidah. Dan yang paling penting, rasanya nggak manis.
Baca halaman selanjutnya
Cuaca Magelang yang dingin
Magelang merupakan dataran tinggi. jadi wajar saja kalau sering hujan. Meski sudah masuk musim kemarau tetap saja hujan datang tiba-tiba tanpa permisi, jadi nggak ada bedanya antara musim hujan dan kemarau. Sehingga harus selalu sedia payung atau jas hujan. Seringnya hujan membuat cuaca di Magelang dingin. Saya jadi sering masuk angin dan kerokan menjadi kegiatan rutin di kosan.
Jauh berbeda dengan cuaca di dataran rendah seperti rumah saya yang panasnya minta ampun. Cucian sehari jemur langsung kering, beda dengan di Magelang cucian maksimal dua hari baru kering. Sulit.
Bahasanya beragam
Bahasa sehari-hari orang Magelang sangat berbeda dengan orang Jombang meski sama-sama Jawa. Saya kadang kurang paham salah satu kalimat saat diajak ngobrol temen dengan spontan langsung tanya “artinya apa?”. Ditambah lagi yang kuliah di sana bukan hanya asli orang Magelang. Ada orang Purworejo, Kebumen, Temanggung, Brebes hingga Cilacap makin beragam lagi bahasanya. Makin nggak nyambung lagi wkwk.
Untungnya bahasa daerah hanya digunakan di luar kampus. Kalau di kampus tetep pakai bahasa Indonesia. Jadi nggak terlalu pusing harus belajar bahasa baru lagi. Namun lama kelamaan saya cukup mahir berbahasa ala orang Magelang, hingga Bapak Kos saya kaget saat saya bilang asli orang Jombang menurutnya saya bukan seperti orang Jombang.
Lumayan jauh dari Jombang
Jarak yang jauh bikin saya nggak bisa sering pulang, kadang gampang homesick. Ya, gimana, Jombang-Magelang itu jaraknya 287 km je. Tapi mau gimana lagi, ini pilihan saya, jadi harus tanggung jawab. Semua akan kuhadapi, meski sambil nangis.
Nah, itulah lima hal nggak enaknya kuliah di Magelang. Meski nggak enak tetep saja masih banyak hal-hal menyenangkan yang lumayan membuat kehidupan saya lebih berwarna. Namanya juga hidup pasti banyak rasa. Kadang ada susahnya kadang ada senengnya. Nikmatin aja walaupun sambil sambat. Semangat!
Penulis: Fitrotin Nisak
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mengungkap Budaya Kental Mahasiswa Asal Magelang: Pulang