Dulu, kiblat dunia hiburan baik film, serial televisi, hingga musik cenderung ke Hollywood. Sekarang, dunia hiburan Korea Selatan berkembang sangat pesat dan dilirik banyak orang. Film buatan Negeri Ginseng berjudul Parasite bahkan mencetak sejarah sebagai film Asia pertama yang meraih piala Oscar tahun 2020 lalu. Soal serial televisi nggak perlu ditanya, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, sampai emak-emak kini keranjingan nonton drakor. Pokoknya semua hal berbau Korea Selatan kini mulai akrab dalam kehidupan semua orang.
Saya pribadi terkadang nonton film atau drakor meski jumlahnya nggak begitu banyak. Dari pengalaman nonton drakor itulah saya menemukan beberapa hal sepele yang bikin saya geleng-geleng. Apa saja hal sepele dalam drakor yang bikin geleng-geleng?
#1 Apa pun drakornya, hapenya Samsung
Saya bukan K-drama lovers, tapi tiap kali nonton drakor, entah kenapa para tokoh dalam drama yang saya tonton pakai hape merek Samsung. Seolah-olah nggak ada merek lain gitu. Padahal di Indonesia sendiri ada banyak merek hape yang beredar di pasaran. Sebut saja iPhone, Asus, Xiaomi, Oppo, LG, dll.
Iya sih saya tahu, Samsung kan produk elektronik asal Korea Selatan, wajar saja kalau warganya bangga dengan merek tersebut dan punya kecenderungan memakai merek buatan negeri sendiri ketimbang merek lainnya. Selain itu, mungkin saja Samsung jadi sponsor utama makanya semua tokoh dalam drakor pakai hape merek Samsung. Tapi, kan jadi kurang masuk akal. Ya nggak?
#2 Hapenya polosan
Selain para tokoh yang selalu pakai hape merek Samsung, kebanyakan hape mereka polosan alias nggak ada apa-apanya. Nggak pakai backcase atau silicon case atau apa pun itu untuk melindungi hape. Padahal di dunia nyata, banyak orang pakai pelindung semacam ini untuk melindungi hape dari goresan. Sayang banget kan hape mahal tapi casing-nya kena gores.
#3 Hapenya nggak pernah mengalami gangguan teknis
Sudah hapenya Samsung semua, nggak pakai backcase atau aksesori, nggak pernah kehabisan baterai, pulsa, dan kuota internet pula! Ini nih yang bikin saya makin geleng-geleng. Siapa pun tokoh dalam drakornya, nggak pernah ada ceritanya tuh dia mau telepon atau chat orang lain tiba-tiba baterai hapenya habis, mau telepon orang lain tiba-tiba pulsanya habis, atau mau chat orang lain tiba-tiba kuota internetnya habis.
Iya sih saya tahu, Korea Selatan kan negara maju, kapasitas baterai hape buatan sana mungkin nggak kecil, pulsanya mungkin pakai yang pascabayar, atau kuota internetnya mungkin unlimited. Tapi, kalau dipikir-pikir, kurang realistis saja gitu. Kayaknya lebih asyik kalau ada adegan lagi teleponan tiba-tiba baterai hape habis, atau lagi mau chatting-an tiba-tiba kuota habis. Kan bikin penonton juga relate dengan keseharian, ya nggak?
#4 Makan di restoran tapi nggak dihabisin
Hampir semua drakor yang pernah saya tonton menyajikan adegan tokoh utamanya makan di restoran, entah untuk sarapan, makan siang, atau makan malam. Yang bikin saya geleng-geleng kepala, banyak adegan si tokoh utama kemudian meninggalkan makanan yang dipesan begitu saja karena ada keperluan atau panggilan mendadak. Sudah pesan banyak makanan, eh malah nggak dihabisin. Kan sayang, Hyung.
Saya tahu sih ada keperluan mendadak, tapi jangan ditinggalin gitu, dong. Dibungkus kek buat makan di perjalanan atau di rumah. Kan bakal kelihatan lebih realistis~
#5 Selalu pesan Americano
Hal sepele terakhir yang bikin saya geleng-geleng kepala tiap nonton drakor adalah kehadiran americano yang sering dipesan sama si tokoh drama. Americano memang jadi varian kopi paling sering dipesan di Korea Selatan sesuai budaya ngopi di sana. Harganya lebih murah dan kandungan kalorinya lebih sedikit ketimbang kopi jenis lainnya, tapi masa nggak ada variasinya gitu? Kan masih ada kopi-kopi lainnya, memangnya kalau ngopi americano melulu nggak bosan? Biar lebih realistis sedikit gitu.
Itulah lima hal sepele dalam drakor yang bikin saya geleng-geleng. Saya tahu, hal sepele yang saya sebutkan di atas nggak bakal berpengaruh pada jalan cerita drama secara signifikan, tapi mbok ya sekali-kali dibikin lebih realistis gitu biar penonton bisa makin relate. Siapa tahu penontonnya makin banyak dan drakor jadi makin dicintai berbagai kalangan?
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Intan Ekapratiwi