Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Semarang juga dikenal sebagai kawasan industri dan kota pendidikan. Tentu, kita juga mengenalnya sebagai kota atlas.
Meskipun pengetahuan soal Semarang sudah jadi informasi umum, tapi ada beberapa hal yang ternyata kurang pas. Namun, hal-hal tersebut sudah telanjur dipercaya banyak orang. Berikut lima di antaranya.
#1 Lawang Sewu pintunya ada seribu
Gedung peninggalan Belanda ini namanya memang Lawang Sewu. Namun, jumlah pintu dari gedung bersejarah ini nggak sampai seribu.
Jumlah pintu di salah satu landmark Semarang ini “hanya” terdapat 928 buah saja. Memang beda sedikit untuk mencapai jumlah seribu pintu. Tapi ya tetap saja nggak sampai seribu. Fakta tersebut otomatis mematahkan anggapan banyak orang yang mengatakan bahwa pintu di gedung Lawang Sewu memang sesuai namanya.
#2 Lawang Sewu itu menyeramkan
Seingat saya, kesan seram Lawang Sewu dibangun sejak trendingnya video uji nyali yang dilaksanakan di sana. Mulai saat itu, semakin banyak kisah keangkeran dari Lawang Sewu. Mulai dari media mainstream sampai blog, banyak yang menceritakan kisah seram dari bangunan yang sudah berusia ratusan tahun tersebut.
Padahal, kalau kita tinjau bersama, berdasarkan nilai sejarahnya, Lawang Sewu memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Bukan hanya bagi Semarang saja, tapi untuk Indonesia.
Pada zaman Belanda, Lawang Sewu difungsikan sebagai kantor pusat perusahaan rel kereta api Hindia Belanda. Saat ini, gedung Lawang Sewu menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik bagi Semarang. Salah satu sisi menarik dari bangunan ini adalah arsitektur bangunannya. Khas zaman kolonial. Kesan seram pada gedung Lawang Sewu jadi biasa saja. Apalagi lokasinya berada di tempat strategis yang ramai dilalui orang.
#3 Bandeng Juwana, oleh-oleh khas Semarang
Setiap tempat memiliki beragam daya tarik wisata, salah satunya oleh-oleh khas daerah. Misal Yogyakarta punya bakpia dan gudeg atau Malang dengan olahan apel yang enak banget itu. Begitu juga Semarang yang memiliki oleh-oleh khasnya sendiri.
Sayangnya, ada oleh-oleh yang sudah kadung dianggap sebagai khasnya Semarang. Padahal, sebenarnya, bukan dari kota tersebut. Salah satu contohnya adalah Bandeng Juwana Elrina. Banyak yang menganggap bahwa itu berasal dari Semarang, padahal sebenarnya berasal dari daerah Juwana, Kabupaten Pati. Kekeliruan ini terjadi karena memang banyak toko oleh-oleh Bandeng Juwana Elrina di setiap sudut kota.
#4 Kampus UNDIP hanya ada di Semarang
Universitas Diponegoro (UNDIP) adalah perguruan tinggi negeri paling termasyhur di Semarang. Banyak mahasiswa UNDIP yang berasal dari daerah Jabodetabek. Beberapa teman saya dari daerah Jabodetabek yang pernah main ke UNDIP, menganggap bahwa UNDIP lokasinya hanya ada di Semarang atau lebih tepatnya di Pleburan atau Kecamatan Tembalang saja.
Padahal, mulai tahun akademik 2021/2022, UNDIP telah membuka dua program studi di kampus mereka yang berada di Jepara. Dua program yang ada di kampus UNDIP Jepara adalah S1 Ilmu Hukum dan S1 Keperawatan. Hal ini membuat warga Jepara dan sekitarnya nggak perlu ke Semarang lagi untuk berkuliah di UNDIP.
#5 Masyarakat yang kurang toleran
Stigma masyarakat sini dianggap kurang toleran dimulai sejak adanya penolakan terhadap pendirian cabang dari salah satu ormas Islam di sana. Pada akhirnya, ormas Islam yang ditolak tersebut, sekarang dibubarkan dan dilarang ada di Indonesia.
Sebenarnya, kalau mau tahu sikap toleransi masyarakat seperti apa, kamu bisa melihatnya dari berbagai rumah ibadah minoritas yang masih berdiri tegak di tempat-tempat strategis atau jalan protokol seperti Gereja Blenduk, Klenteng Sam Poo Kong, Vihara Buddhagaya Watugong, dan lain sebagainya. Gimana, masih mau meragukan sisi toleransi masyarakat sini?
Beberapa hal keliru di atas berdasarkan pengalaman saya selama berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Semoga dapat meluruskan hal-hal keliru terkait kota ini di mata masyarakat.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bukan Undip atau Unnes, Kampus Paling Unggul di Semarang Adalah UIN Walisongo.