Pemerintah mulai memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3 Juli sampai 20 Juli 2021 di Jawa-Bali. Artinya, saat ini masyarakat akan menghadapi kegabutan karena semua hal mulai dari nongkrong sampai jalan-jalan akan dibatasi.
Banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat ketika berada di rumah saja selain nonton Netflix dan gibahin tetangga yang tiba-tiba kaya raya. Misalnya membaca buku, yang selain bermanfaat untuk mengembangkan diri juga menambah wawasan ketika nggak bisa keluar rumah.
Ada banyak buku yang bagus untuk dibaca ketika pembatasan berlangsung. Namun, tentunya nggak asyik kalau nggak ada rekomendasi yang pas. Sebab, banyak di antara kita malah kebingungan mau membaca buku apa. Maka, saya akan berikan rekomendasi 5 buku yang bisa dibaca sambil menemani kala PPKM Darurat.
Novel Trilogi Hujan Bulan Juni
Novel karya Almarhum Sapardi Djoko Damono ini sangat menghibur dan memiliki cerita yang cukup dalam. Seri pertama berjudul Hujan Bulan Juni yang menceritakan awal kisah Sarwono bertemu dengan seorang perempuan bernama Pingkan yang LDR karena beda latar belakang, suku, dan agama.
Sementara, seri kedua berjudul Pingkan Melipat Jarak dan seri ketiga berjudul Yang Fana Adalah Waktu. Novel ini menyajikan kisah cinta yang berliku, sedih, senang, dan marah, tapi nggak lebay. Penuh dengan bahasa yang dalam maknanya juga membawa pembaca mengarungi kisah cinta yang rumit.
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Buku karya Mark Manson ini cocok banget dibaca saat berada dalam rumah. Ketika di luar tengah pembatasan, kegiatan serba sulit, termasuk soal keuangan, maka buku ini akan membantu pembaca untuk tetap bersikap bodo amat dan positif terhadap masalah yang dihadapi.
Nggak hanya itu, buku ini membahas secara lugas berbagai persoalan kehidupan beserta solusinya. Jadi, pembaca nggak usah lagi, mengeluh di status WA dengan harapan ada yang iba sampai-sampai ada yang ngirim saldo ke rekening. Semuanya akan berlalu kalau nggak terlalu dipikirkan, tapi dikerjakan. Apalagi mikirin istilah pembatasan sekarang yang gonta-ganti.
Gelandangan di Kampung Sendiri
Selanjutnya adalah mahakarya Emha Ainun Najib atau Cak Nun. Buku Gelandangan di Kampung Sendiri ini juga sangat cocok dibaca buat yang merasa paling sengsara karena pandemi. Karena di buku ini sangat jelas disampaikan bahwa beban kita karena dibatasi oleh PPKM Darurat ini belum ada apa-apanya.
Buku ini berisi tentang permasalahan-permasalahan masa lalu yang terjadi di berbagai daerah. Tak sedikit isinya menceritakan pandangan Cak Nun tentang suatu isu sosial seperti kemiskinan. Buku ini akan berhasil bikin pembaca yang merasa paling menderita di dunia ini merasa malu karena ternyata beban yang dipikul masih terlalu ringan.
Jomblo Tapi Hafal Pancasila
Jamaah Mojokiyah pasti kenal dengan buku ini. Ya, buku yang ditulis oleh Agus Mulyadi ini sangat cocok menemani masa berdiam diri di rumah selama PPKM Darurat, apalagi pembaca seorang jomblo yang sedang menanti datangnya kasih sayang.
Buku ini akan berhasil membuat pembaca sadar bahwa jadi jomblo dengan kesendiriannya itu nggak apa-apa. Dengan cerita-cerita kocak yang ditulis Mas Agus ini bisa meningkatkan imun, karena kita ini akan diajak tertawa dengan guyoanan khasnya itu. Apalagi kita, kan, sering melihat Mas Agus muncul di layar HP sambil berteriak, “Agooos! Mulyadi!” di acara Mojok Mentok.
Suara Rakyat Suara Tuhan
Nggak afdal rasanya kalau nggak membahas buku ini sebagai rekomendasi buku yang pantas dibaca saat PPKM Darurat. Mengingat, saat ini suara rakyat seolah seperti suara semut yang nggak kedengaran sama sekali, ya buku ini cocok lah mencerminkan suara kita rakyat jelata.
Buku yang ditulias Hendri Teja, dkk. ini menceritakan sejumlah gelombang protes sosial di beberapa negara karena kersehatan global. Mulai dari Asia, Afrika, Eropa, hingga Amerika Latin. Dengan diawali pengantar dari Rocky Gerung, buku ini akan membawa kita pada kesadaran bahwa ternyata dunia ini tidak baik-baik saja.
Seperti di masa pandemi ini, masyarakat melalui sosial media seolah bersuara seperti Tuhan, serba tahu dan serba berkuasa. Ada yang adu jempol sampai akun sosial media hilang, atau dibawa sama aparat penegak hukum. Ya, inilah fenomena yang terjadi, pandemi membawa kita menjadi manusia yang berevolusi seolah menjadi Yang Abadi.
BACA JUGA 4 Rekomendasi Buku Musik untuk Kalian yang Ingin Jadi Penulis Musik dan tulisan Muhammad Afsal Fauzan S. lainnya.