Cerpen atau cerita pendek merupakan jenis karya sastra yang sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia, atau dengan kata lain paling mudah dijumpai. Hal ini dibuktikan dari banyaknya media yang memuat cerpen. Belum lagi buku kumpulan cerpen yang banyak beredar di masyarakat, baik versi cetak maupun e-book.
Ingin membaca kumpulan cerpen weekend ini? Berikut rekomendasi buku kumpulan cerpen yang sayang untuk dilewatkan.
#1 Mata yang Enak Dipandang
Rekomendasi buku kumpulan cerpen pertama adalah Mata yang Enak Dipandang. Buku ini memuat 15 cerpen dari Ahmad Tohari yang tersebar di sejumlah media cetak antara tahun 1983 hingga 1997. Seperti dalam kebanyakan novelnya, cerpen Ahmad Tohari juga punya ciri khas tersendiri. Blio selalu mengangkat kisah hidup kalangan bawah dengan segala permasalahan yang ada.
Kumpulan cerpen yang pertama kali diterbitkan tahun 2013 oleh Gramedia Pustaka Utama ini berjumlah total 216 halaman. Judul buku ini diambil dari salah satu judul cerpen di dalamnya.
Salah satu cerpen favorit saya dalam buku Mata yang Enak Dipandang adalah Paman Doblo Merobek Layang-Layang. Cerpen tersebut menceritakan tentang Paman Doblo yang berubah sikap. Dulunya, Paman Doblo terkenal ramah pada semua orang, namun setelah seorang pengusaha kilang mengangkat Paman Doblo menjadi satpam, perilakunya ikut berubah.
#2 Hujan Kepagian
Buku kedua yang saya rekomendasikan adalah kumpulan cerpen dari Nugroho Notosusanto berjudul Hujan Kepagian. Buku ini berisikan 6 cerita pendek yang semuanya berlatar kesaksian penulis sendiri waktu revolusi kemerdekaan. Fyi, Nugroho Notosusanto yang merupakan sejarawan ini juga mantan Tentara Pelajar.
Salah satu cerpen favorit saya dalam buku setebal 200 halaman ini adalah Konyol. Ceritanya saat revolusi kemerdekaan, ada sebuah kepercayaan bahwa mereka yang tidak suci perjuangannya akan mati konyol.
#3 Sebuah Rumah Buat Hari Tua
Rekomendasi buku kumpulan cerpen yang sayang dilewatkan selanjutnya adalah Sebuah Rumah Buat Hari Tua karya Ajip Rosidi. Buku ini berisikan 10 cerita pendek dan judul buku diambil dari salah satu cerpen berjudul serupa.
Salah satu cerpen favorit saya dalam buku ini adalah Apel. Cerpen ini menceritakan kisah sepasang suami istri dan buah apel. Suatu malam, istri Karim berceletuk bahwa apel rasanya enak dan ia ingin mencicipinya. Mendengar keinginan sang istri, Karim mengira istrinya hamil lantaran menurutnya hanya orang ngidam yang punya keinginan aneh semacam itu. Karim pun bergegas mencari apel. Namun, beberapa hari kemudian istrinya mengatakan kalau dia haid.
#4 Jodoh
A. A. Navis, seorang sastrawan asal Sumatra Barat yang terkenal dengan cerpen Robohnya Surau Kami juga punya beberapa buku kumpulan cerpen yang sayang dilewatkan. Salah satunya berjudul Jodoh.
Jodoh berisikan 10 cerpen karya A. A. Navis. Judul buku ini diambil dari sebuah cerpen berjudul serupa yang berhasil menjadi pemenang pertama Sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep 1975.
Cerpen favorit saya dalam buku ini adalah Jodoh yang menceritakan kisah Badri yang tak kunjung menikah karena idealismenya yang meluap-luap. Hingga akhirnya Badri bertemu dengan seseorang di rubrik Kotak Jodoh di sebuah surat kabar di daerahnya.
#5 Rumah Bambu
Rekomendasi buku kumpulan cerpen terakhir adalah Rumah Bambu karya Romo Mangun yang pertama dan terakhir kali diterbitkan. Buku ini berisikan 20 cerita pendek yang ditemukan di rumah penulis di Jogja.
Dalam buku kumpulan cerpen tersebut, saya paling suka dengan cerpen berjudul Sungai Batu. Latar tempat dalam cerita tersebut mengingatkan saya pada cerita kakek tempo dulu soal kondisi desa yang masih asri. Saya sependapat jika ada orang yang mengatakan cerpen-cerpen karya Romo Mangun menyoroti kehidupan sosial.
Kelima buku kumpulan cerpen di atas sebagian memang sudah tidak ada versi cetaknya. Namun, kalian masih bisa membacanya lewat e-book. Tertarik untuk membaca buku-buku di atas?
Penulis: Malik Ibnu Zaman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Parade yang Tak Pernah Usai: Teriakan dari Mereka yang Dipinggirkan.