Semenjak lebih dari tiga tahun menjadi mahasiswa di Jogja, sudah lima kali saya berpindah-pindah tempat tinggal. Tentunya kelima-limanya menyewa. Nah, untuk tempat tinggal di Jogja yang kelima ini, saya memilih menempati kontrakan bersama keempat rekan saya.
Dari sekian banyak tempat tinggal yang saya tempati, antara kosan dengan kontrakan, saya lebih nyaman untuk mengontrak. Sebab, kontrakan menawarkan berbagai hal yang tidak kebanyakan kos miliki. Saya punya lima alasan kuat untuk itu
#1 Biaya sewa lebih murah
Sebelum saya mengontak, saya pernah sewa kos di area Condongcatur, Depok, Sleman. Untuk harga per bulannya adalah Rp500.000-Rp550.000 dengan minimal sewa 3 bulan. Pun itu saya dapatkan dengan susah payah karena harus scroll-scroll Facebook dan Instagram secara rutin. Tahu sendirilah nyari kos cowok di Jogja dengan harga murah, tapi bersih dan nyaman bukan hal yang mudah.
Sedangkan untuk kali ini, saya mengontrak rumah dengan harga sewa Rp3.400.000 per tahun, di tambah iuran Wi-Fi, listrik, kas bulanan sebesar kurang dari Rp150.000 per bulan. Jadi kalo dikalkulasikan antara harga sewa kos dengan kontrakan yang saya alami itu, saya bisa irit kurang lebih Rp100.000 per bulannya. Itu satu kamar satu orang, ya. Kalo ada yang satu kamar dua orang atau lebih pemilik kontrakan tidak menambahkan harga sewa.
Barangkali saya cukup beruntung karena menemukan kontrakan di area Selokan Mataram dengan harga yang relatif murah dan bisa dicicil selama dua kali. Pun ketika saya ketika lunas, ke depannya, saya (maksudnya ibu saya) tidak pusing lagi memikirkan tagihan setiap bulannya untuk tempat tinggal saya di Jogja.
#2 Suasana rumah yang menyenangkan
Namanya aja kontrakan, udah pasti vibes rumah. Ada ruang tengah, tempat jemuran, toilet, kamar tidur, garasi, parkiran, ruang penyimpanan (gudang KW), dan dapur. Tentunya semua prasarana itu sangat membantu bagi penguni kontrakan. Seperti ruang tengah yang bisa saya atau teman saya gunakan untuk kumpul atau rapat organisasi.
Bahkan bisa dibilang kontrakan kami itu digunakan untuk base camp juga. Ketika tidak ada opsi tempat buat ngumpul bareng, kontrakan itu bisa menjadi alternatifnya. Lalu ada juga dapur yang bisa digunakan untuk masak telor atau mi instan di kala kantong menipis, dan kegunaan ruang-ruang lain tentunya.
Nah, kalo kosan kan tidak semua memiliki prasarana itu, terlebih yang murah. Jadi, ya…
Selanjutnya, poin nomor tiga ini, nggak akan kalian temukan di kos.
#3 Berasa seperti keluarga
Ketika saya mengontrak, anak-anak di kontrakan menjadi teman dekat, bahkan bisa dibilang mirip keluargalah. Satu sama lain bisa saling diajak kompromi. Bisa diajak untuk masak bareng pas lagi berhemat atau sekadar gabut mau makan apa. Lalu ketika salah satu sedang ada masalah, yang lainnya bisa membantu atau menjadi teman curhatnya. Kalau sakit, ada yang bisa dimintain bantuan,
Berbeda halnya dengan suasana teman kos yang acap kali datang silih berganti. Giliran sedang mau akrab saja, eh si teman itu udah ganti kos lain. Pun biasanya anak-anak kos itu juga sering mengurung diri di kamar. Jadi mau akrab agak susah karena masing-masing saling menutup diri.
#4 Tidak ada aturan
Dari beberapa kos yang pernah saya sewa, aturannya paling cuma bebas jam malam saja. Kalau melakukan kenakalan seperti menginapkan tamu lawan jenis biasanya kena tegur, atau malah sudah dilaporkan Pak RT. Maklum kosan saya waktu dulu bukan Kos LV. Tidak bisa seenaknya.
Sedangkan kontrakan? Beuh, aturan yang ada hanyalah jangan rese, itu pun tak tertulis. Selama warganya oke-oke saja, yaudah. Gas!
#5 Suka-suka mendesain kamar tidur
Saya nggak bisa sesukanya mendesain kamar sesuka saya sewaktu ngekos. Mentok yang pernah saya lakukan saat sewa kosan adalah memaku tembok yang kemudian untuk gantungan cermin dan hanger. Tapi kalo saat saya sewa kontrakan, selain saya bebas memaku tembok, saya juga bebas mendesain kamar sesuka hati saya. Seperti menempelkan beragam poster musisi idola saya, membawa pernak-pernik musik, dan lain sebagainya.
Bahkan ada yang lebih totalitas lagi adalah teman saya satu kontrakan yang mendesain kamarnya dengan hal-hal yang hanya berbau Liverpool dan melengkapinya dengan perabotan lain. Dari mulai poster di dinding dan atap, kasur bersprei Liverpool, menaruh televisi, memasukan sofa, dan lain sebagainya. Kalo tingkah itu diterapkan di kosan, mana boleh?
Itulah lima alasan saya nyaman dan memilih untuk menyewa kontrakan daripada kosan. Sebenarnya masing-masing orang punya alasan sendiri antara menyewa kos atau kontrakan. Tapi kalo lima alasan yang saya tulisan itu kalian amini, ya mending sewa kontrakan lah!
Penulis: Khoirul Atfifudin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Sebelum Ngontrak Rumah