Jogja itu sejatinya nggak romantis-romantis amat. Nggak seperti yang dicuitkan akun buzzer andalan Jogja yang sudah centang biru maupun akun mandiri yang sedang cari panggung demi rezeki endorse-an. Istimewa sih sudah jelas, provinsi mana yang gubernurnya infiniti. Tapi romantis? Tunggu dulu.
Dalam khazanah pengalaman saya berpacaran di Jogja dan Solo, saya lebih memilih Solo buat tempat memadu kasih. Banyak alasan hingga akhirnya pilihan saya jatuh ke kota jiran. Ini bukan bermaksud menyamaratakan seluruh lokasi di Jogja lho ya. Agar tidak dianggap pukul rata, saya akan menjelaskan beberapa tempat populer buat pacaran di Jogja, tapi sesungguhnya tidak romantis.
Tempat pacaran di Jogja yang seharusnya dihindari #1 Nol Kilometer
Pacaran itu ada banyak tipenya. Pertama, nyari kesenangan dengan cara bergembira. Nah, jika kamu dan pacarmu mengejar aspek ini, mungkin titik Nol Kilometer masih masuk kategori nyaman. Namun, jika kamu dan pacarmu adalah tipe kedua, yakni pacaran itu harus ngobrol dengan nyaman, memilih tempat ini adalah kesalahan besar.
Lha piye, mau ngobrol bentar, pengamen sudah berkerumun. Lagi mau berbagi kisah, ndilalah ada yang nyanyi, “Bohong… dia tukang bohong….” Kan asu. Pacaran yang menitikberatkan obrolan jadi kurang khusyuk. Belum lagi masalah keramaian. Kita ngobrol apa, orang lain pasti mendengar. Kalau modelannya begini, sekalian aja bikin tablig akbar.
Nol Kilometer adalah pusat perasan romantisasi Jogja bagi akun-akun selebtwit (selain Tugu, tentunya). Sangat cocok bagi kamu yang mau pacaran cuma dengan foto-foto, ngguya-ngguyu, dan makan sate gajih. Namun, bagi kalian yang pacaran mau ngelurusin masalah, wes tho, tempat ini bukan solusi. Bukannya masalah menjadi lurus, pulang-pulang malah tambah bundet kayak kabel hetset.
Tempat pacaran di Jogja yang seharusnya dihindari #2 Tugu Jogja
Lokasi ini bisa sampai masuk, saya yakin banyak yang akan protes. Bisa saja saya ditanya KTP mana di kolom komentar. Tapi saya harus bersifat objektif, aktual, dan gesit dalam mengabarkan kebenaran. Tugu Jogja itu paling cocok untuk orang-orang yang sedang piknik, bukan pacaran. Kalo kamu pacaran di Tugu mau ngapain jal? Mengamati kandungan emas di pucuknya? Nggatheli.
Tugu Jogja, bagi saya, tempat yang pas untuk muter kendaraan. Selain itu ya sebatas monumen yang tinggal menunggu waktu untuk proyekan renovasi lagi dan lagi. Seperti saat ini, area Tugu sedang bersolek dengan master plannya yang nggak berseri. Mungkin sudah saatnya kita bilang, Jogja selain kota pelajar juga adalah kota proyekan renovasi Tugu.
Mau pacaran di area proyekan? Ya, tinggal bergegas saja pakai helm proyek, rompi warna terang, dan jangan lupa bekal makanan. Lha ini kamu mau pacaran apa mau jadi mandor. Pacaran mbok yang nggenah gitu loh. Selagi ada jalan panjang bernama Ring Road, ngapain pacaran di tempat proyek.
Tempat pacaran di Jogja yang seharusnya dihindari #3 Hotel
Ya, saya tahu, hotel di Jogja itu pating tlecek. Tiap kelokan ada. Jika kata selebtwit tiap sudut Jogja adalah kenangan, silakan tertawa sepuasnya. Kenangan gimana, lha wong tiap sudut Jogja itu hotel bertingkat. Mulai dari yang bintang lima sampai bintang-bintangan ada. Apa maksudnya kenangan di tiap sudut Jogja = kenangan di hotel?
Lantas kenapa hotel nggak disarankan? Apa lagi, ya karena harganya mahal. Uang sakumu gajimu lebih baik digunakan buat hal yang lebih penting. Eh, tapi UMP Jogja 2021 naik 68 ribu lho. Lumayan buat beli nasi kucing di angkringan selama sebulan, sampai mukamu kayak sambel tempe.
Tempat pacaran di Jogja yang seharusnya dihindari #4 Sepanjang Malioboro
Inilah jalan yang selalu tampil di FTV-FTV dengan perempuan cantik dan mas-mas berblangkon. Malioboro, tak bisa disangkal, adalah ikon Jogja. Tapi mending jangan buat pacaran.
Lha kok? Bukannya nggak mau mendukung usaha sekitar, pun nggak melarisi tukang becak dan andong, tapi uji coba pedestrian ini lho yang bikin saya garuk-garuk kepala. (Uji coba pedestrian adalah isolasi Malioboro dari kendaraan bermotor. Jadi hanya boleh jalan kaki.)
Ya gimana, ketika kalian pacaran sambil haha-hehe, warga yang bergantung pada akses jalan ini malah sedang sedih karena penghasilan hariannya menurun. Pacaran jadi nggak seromantis akun nasihat lantaran kepala harus memikirkan perihal lain di luar pokok substansi yang-yangan.
Malioboro tidak sesederhana “tempat wisata Instagramable”. Lebih dari itu, banyak manusia yang menggantungkan harap dari sini. Bagaimana bisa pacaran dengan tenang sedangkan kebijakan daerah makin aneh saja.
Dilansir dari Harian Jogja, di hari pertama dan kedua uji coba pedestrian, sejumlah pedagang keluhkan omzet yang turun drastis. Lalu karena ada rekayasa lalu lintas giratori (jalur lalu lintas dibikin berlawanan arah jarum jam), orang yang sering lalu lalang di sekitar Malioboro jadi bingung mau keluar-masuk jalan ini.
Jika di masa pandemi seperti ini, ketika orang-orang bertahan untuk hidup dan mencari sedikit rupiah aksesnya malah dibatasi, jatuhnya bukan romantis, tetapi miris. Atau malah tragis? Yang jelas bikin meringis.
Photo by Naufal Hilmiaji on Unsplash
BACA JUGA Tempat-tempat Anti-Mainstream Untuk Pacaran Memadu Kasih dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.