“Lho, Mas dari Wonogiri to? Bisa bikin bakso, Mas?”
Pertanyaan seperti itu bagaikan kaset rusak bagi saya, mengulang dirinya sendiri tanpa henti. Selama merantau lebih dari 12 tahun, saya kerap mendapat pertanyaan seperti itu. Awal-awalnya saya ketawa dan sedikit bangga, sebab kabupaten yang dianggap tak tercatat peta ini bisa dikenal. Tapi lama-lama ya muak juga.
Kenapa saya muak, soalnya pertama, jelas nggak semua orang bikin bakso dan mau bikin bakso. Kedua, seakan-akan eksistensi Wonogiri yang indahnya kebangetan ini direduksi tak lebih dari sekadar bakso. Maksude, Kota Gaplek ini punya segudang hal untuk dibicarakan dan dibahas.
Selain bakso, ada beberapa pertanyaan yang bikin saya orang asli Wonogiri lumayan meletup-letup. Ini dia pertanyaannya.
Daftar Isi
“Wonogiri, Mas? Rumahnya Praci?”
Saya nggak sebel-sebel amat sama pertanyaan ini, tapi lucu saja dari sekian banyak tempat di Wonogiri, saya kerap dikira asal Pracimantoro. Antara muka saya ndeso banget, atau memang taunya itu, saya nggak tahu.
Tapi misal saya boleh sotoy, kayaknya karena Pracimantoro ini lumayan terkenal gara-gara bersebelahan dengan Gunungkidul. Gunungkidul kan terkenal ya gara-gara banyak pantai, dan Pracimantoro kecipratan. Banyak orang Praci yang merantau ke luar kota, saya kira itu menyumbang kenapa orang taunya Wonogiri=Praci.
“Wonogiri masih hutan kan ya, Mas? Angker dong!”
Pertanyaan inilah yang kerap bikin saya sebal. Sebalnya itu karena ini kelewat jelas aja. Begini, wono artinya hutan, giri artinya gunung, jadi jelaslah kalau banyak hutan. Dan perkara angker, saya nggak mau komen lah, buat apa ngurusi hal-hal beginian.
Tapi saya heran, kenapa banyak hutan jadi sesuatu yang dianggap negatif. You orang-orang kota healing cari tempat yang banyak hutan, giliran orang hidupnya di kabupaten yang banyak hutan, you pada ngejek. Sopo kui? Wong endi kuwi?
“Di sana nggak ada coffee shop ya?”
Ndasmu njepat. Saya heran sama pandangan orang ngira Wonogiri nggak ada coffee shop. Akeh cuk, akeh tenan malah, dan banyak yang bagus dan enak. Saya sarankan kalau kalian sedang main ke Kota Gaplek, mampirlah ke Namisae Coffee. Harga masuk akal, kopinya enak.
Lagian ngopi juga nggak harus ke coffee shop. Ngopi tinggal ngopi kok angel.
“Di sana ada sinyal nggak, Mas? Internet ada?”
Inilah pertanyaan yang paling saya benci. Begini, kabupaten itu nggak berarti tertinggal. Kabupaten-kabupaten yang ada di Indonesia itu nggak semuanya tertinggal. Wonogiri juga bukan daerah 3T. Ini tuh cuma berapa puluh kilometer dari Solo, bensin seliter cukup.
Saya sarankan kurang-kurangi kalian menganggap daerah yang nggak terkenal itu tertinggal, masih pake sistem barter, nggak tahu hape, nggak tau kemajuan. Justru banyak orang dari kabupaten itu punya andil besar terhadap kemajuan kota, cuman nggak terdeteksi aja.
Sebagai orang Wonogiri, saya sudah kenyang dengan pandangan nggateli tersebut. Padahal kalian-kalian yang hidup di kota ini mendamba kehidupan ala desa, tapi mengejek orang-orang yang hidup dan asalnya dari desa. Uaneh iki pemikiranmu, Kang Eri, tulung kandani kang.
Itulah 4 pertanyaan menyebalkan yang saya sering terima sebagai orang Wonogiri. Bagi kalian orang Kota Gaplek, boleh tambahi di kolom komentar. Gas!
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Orang Wonogiri Layak Dinobatkan sebagai Orang Paling Bakoh Se-Jawa Tengah