4 Pertanyaan Ini Dibenci Orang Cikarang yang Bekerja di Jakarta 

4 Pertanyaan Ini Dibenci Orang Cikarang yang Bekerja di Jakarta Mojok.co 

4 Pertanyaan Ini Dibenci Orang Cikarang yang Bekerja di Jakarta (wisataindustri.bekasikab.go.id)

Jauh sebelum jadi buruh negara, saya pernah bekerja pada beberapa kantor di Jakarta. Saya pernah bekerja di daerah Jakarta Pusat. Pernah juga bekerja di area Jakarta Selatan. Bahkan, yang paling jauh, saya pernah bekerja di wilayah Jakarta Utara. Kenapa saya bilang Jakarta Utara itu paling jauh? Sebab, domisili saya pada saat itu adalah Cikarang. Selain jaraknya yang lumayan, pada waktu itu, akses dari Cikarang ke Jakarta Utara tidak semudah daerah Jakarta lain. 

Jarak dan perjalanan yang tidak mudah ini mungkin membuat orang-orang kantor iba melihat saya. Itu mengapa berbagai pertanyaan, entah basa-basi atau benar-benar peduli, kerap dilontarkan pada saya. Terutama ketika pertama kali masuk kerja atau berkenalan. 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu. Hanya saja, bagi orang yang kerap menerima pertanyaan ini berkali-kali, seolah ada perasaan hal yang nggak wajar orang Cikarang bekerja di Jakarta.

#1 “Kenapa nggak kerja di Cikarang yang UMK-nya lebih tinggi?”

Terus terang saja, dahulu, waktu pertama kali lihat gedung tinggi Jakarta, saya ingin sekali kerja di sana. Saya pikir kerja di Jakarta itu pasti enak. Gajinya gede, fasilitas kantornya oke dan terlihat berkelas. Saya pernah menuliskan impian itu di Terminal Mojok Kerja Kantoran di Gedung-gedung ala SCBD Itu Overrated, Banyak Repotnya.  

Impian kerja di Jakarta itu patah setelah tahu fakta-faktanya. Pertama, ternyata standar gaji di Jakarta nggak segede itu. Kedua, fasilitas kantor yang baik sejalan dengan pekerjaan yang bikin stress. Terakhir, buat apa terlihat berkelas tapi gajinya masih kalah kelas.

Itu mengapa, ketika mendapatkan pertanyaan macam itu, saya hanya menjawab “sebenarnya mau kerja di Cikarang, tapi rejekinya dapat di Jakarta, gimana dong? hehe”. Meskipun bibir saya meringis, tapi hati saya menangis melihat standar upah pekerja Cikarang yang lebih tinggi.

#2 “Cikarang kan banyak pabrik, ngapain kerja di sini?”

Memang benar di Cikarang banyak pabrik. Maklum saja, di Cikarang adalah kawasan industri sehingga banyak pabrik dari berbagai perusahaan besar di dana. Bahkan, ada yang menyebut Cikarang sebagai daerah industri terbesar di Asia Tenggara. 

Itu mengapa, ada banyak sekali lowongan pekerjaan di daerah saya. Sayangnya, nggak semua loker di Cikarang membutuhkan tenaga kerja dengan kriteria seperti saya. Kebanyakan loker di Cikarang itu membutuhkan operator produksi. Biasanya yang dicari lulusan SMK yang sudah punya pengalaman magang di pabrik.

Sementara untuk lulusan S1 Ekonomi Syariah seperti saya, lebih banyak peluang di Jakarta. Oleh sebab itu, saya kerap mendapatkan undangan wawancara kerja di Jakarta. 

#3 “Kenapa kerjanya jauh banget?”

Saya hanya bisa mengiyakan ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Mau bagaimana lagi, kenyataan memang tempat tinggal saya dengan kantor memang jauh. Jarak yang jauh itu harus dilengkapi dengan perjuangan menggunakan transportasi publik maupun 

Saya memahami orang-orang Jakarta menganggap Cikarang jauh. Wong Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan Jakarta Timur saja dianggap seperti luar planet, apalagi Cikaran. 

#4 “Berangkat dari rumah jam berapa?”

Saya kadang agak bingung menjawab pertanyaan ini. Lantaran patokan saya bukan jam. Melainkan adzan subuh, pokoknya selepas shalat subuh, saya harus bergegas menuju stasiun KRL terdekat. Supaya bisa ibadah dan datang tepat waktu di kantor.

Sebenarnya, saya masih agak “mending” ya. Ada pekerja dari Bogor yang perjuangannya lebih keras lagi. Mereka berangkat ke Jakarta sebelum adzan subuh. Ada yang shalatnya di stasiun dan tak jarang di dalam KRL juga.

Jujur, selama kerja bolak-balik Cikarang-Jakarta, badan saya remuk. Saya nggak bisa membayangkan gimana perjuangan pekerja dari Bogor. Lebih hebatnya lagi mereka mampu menjalaninya selama puluhan tahun.

Syukurnya, saya nggak pernah lama bekerja di Jakarta. Sehingga jiwa dan raga nggak remuk dan tua di jalan. Seandainya masih kerja di Jakarta, nggak tahu jadi apa saya sekarang.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Cikarang Tak Kalah Aneh dari Purwokerto, Daerah Ini Malah Lebih Sulit Dipahami

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version