4 Hal yang Wajar di Bogor, tapi Tidak Lumrah di Jakarta

4 Hal yang Wajar di Bogor tapi Tidak Lumrah di Jakarta

4 Hal yang Wajar di Bogor tapi Tidak Lumrah di Jakarta (unsplash.com)

Sebagai orang yang awalnya hidup di Jakarta lalu pindah ke Bogor, saya langsung kaget. Saya kira Bogor nggak jauh beda sama Jakarta karena merasa kota ini masih berada di area Jabodetabek. Dan selama ini saya punya teman yang berasal dari Kota Hujan dan menurut saya nyambung-nyambung saja pergaulannya.

Ternyata begitu saya mulai tinggal di Bogor, rasanya berbeda sekali dengan Jakarta. Memang bukan perbedaan yang bikin hidup terasa sulit. Nggak sampai segitunya. Saya juga sudah mulai terbiasa walaupun jujur masih agak kaget dan terus mencoba menyesuaikan diri dengan beberapa hal wajar di Bogor tapi tak lumrah di Jakarta.

#1 Orang Bogor terbiasa bawa jas hujan dan payung

Sejak tinggal di Bogor, saya selalu membawa jas hujan dan payung. Saya selalu dibekali dua barang tersebut oleh istri saya. Alasannya untuk jaga-jaga takut hujan. Padahal waktu mau berangkat kerja, cuacanya terik sekali dan nggak ada tanda-tanda akan turun hujan. Saya sendiri ragu hujan bakal turun.

Waktu pulang kerja pun cuaca masih cerah sekali, bahkan saat saya sudah setengah jalan pulang. Tetapi di sini “keajaiban” terjadi. Saya melihat dengan mata kepala sendiri, hujan turun di depan mata saya, tapi dari arah saya datang malah kering sekali. Sungguh ajaib. Saya pun akhirnya menggunakan jas hujan.

Setelah itu, saya akhirnya sadar dan merasakan kalau hujan di Bogor itu adalah sebuah kepastian. Meski pagi dan siang sangat terik, sore pasti hujan. Walau hanya hujan lokal di satu kecamatan di Bogor. Pantesan disebut Kota Hujan.

Baca halaman selanjutnya: Angkot digunakan dalam setiap kegiatan warga…

#2 Angkot digunakan dalam setiap kegiatan warga Bogor

Selain dijuluki sebagai Kota Hujan, Bogor juga dijuluki sebagai Kota Seribu Angkot. Hal ini yang membuat saya kaget. Nggak kayak di Jakarta yang angkotnya hanya ada di jalan raya, angkot di Bogor itu sampai masuk ke gang. Beneran ada rutenya. Padahal rutenya cuma 5 kilometer. 

Selain itu, angkot digunakan tidak hanya sebagaimana transportasi umum, tapi juga digunakan untuk kegiatan lain. Angkot sering disewa untuk membawa ibu-ibu pengajian, antar anak sekolah tamasya, membawa sayur ke atau dari pasar, sampai antar keluarga untuk besanan/menikah. Bukannya pakai losbak atau kendaraan pribadi, orang Bogor malah lebih memilih menggunakan angkot.

#3 Sedikit-sedikit sedekahan

Di Bogor ada istilah “sedekahan,” yaitu kegiatan tasyakuran yang dilakukan dengan tahlilan bersama-sama sebelum atau sesudah ingin melakukan sesuatu. Tak seperti di Jakarta yang merayakan sesuatu saat momen besar saja, di Bogor hal kecil perlu dilakukan sedekahan.

Mulai dari sekadar pindahan rumah, anak baru mau masuk sekolah, baru terjual hewan ternak, sampai mau motong hewan kurban saja harus disedekahkan. Di Jakarta mah nggak segitunya. Saya awalnya mengira orang Betawi yang sedikit-sedikit melakukannya tahlilan untuk tasyakuran, ternyata orang Bogor lebih-lebih.

#4 Pungli dibiarkan bebas di mana saja

Terakhir, memang bukan hal yang baik dibandingkan di Jakarta. Walau di Jakarta juga ada pungli, tapi saya rasa nggak separah Bogor. Di Jakarta, saya masih bisa menghindari bahkan mengakali agar nggak sampai bayar pungli. Selain itu, di Jakarta sendiri pemberantasan pungli lumayan cukup masif. Viral sedikit langsung diberantas.

Di Bogor, hampir setiap tempat ada pungli. Jalan rusak sedikit, pungli. Jalan diperbaiki, pungli. Tempat wisata, pungli. Lahan parkir, pungli. Jalur alternatif dari macet, pungli. Semuanya serba pungli. Masalahnya, seakan-akan pungli kayak dibiarkan saja. Nggak ada usaha untuk memberantas.

Kalau dibandingkan terus memang bikin nggak betah. Jadi, saya berusaha mungkin untuk menjalaninya saja. Walaupun masih kaget sampai sekarang. Buat kamu yang akan pindah ke Bogor dari Jakarta, semoga tulisan ini membuat kamu jadi nggak kaget kalau tiba-tiba pindah, ya!

Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bogor, Daerah Penyangga Paling Tanggung untuk Ditinggali di Jabodetabek.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version