4 Hal yang Tak Ingin Kalian Dengar Saat Servis di Bengkel AHASS, Bikin Senam Jantung!

4 Hal yang Tak Ingin Kalian Dengar Saat Servis di Bengkel AHASS, Bikin Senam Jantung!

4 Hal yang Tak Ingin Kalian Dengar Saat Servis di Bengkel AHASS, Bikin Senam Jantung! (Pixabay.com)

Sudah genap setahun saya memiliki motor baru keluaran Honda, CB150 Verza. Sebagai pengguna baru, tentunya saya punya privilese, yaitu Kupon Perawatan Berkala (KPB). Saya dapat empat kupon, artinya saya berhak memperoleh layanan jasa servis motor secara gratis di bengkel resmi AHASS. Layanan ini berlaku selama setahun.

Tapi saya sungguh naïf. Bagaimanapun, bengkel resmi bukanlah lembaga sosial. Sebagai bagian dari perusahaan otomotif ternama, ia dituntut untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Terlebih lagi ia termasuk usaha di bidang jasa dan penjualan. Jadi, mereka dibayar karena pelayanan dan keuntungan dari sparepart yang dijual.

Saya jadi teringat kenangan saat awal-awal memiliki Honda Supra X 125 pada 2005 silam. Meski cuma ngancani, saya ingat betul betapa frustrasinya kakak saat mendengar penjelasan dari mekanik—sebut saja Kang AHASS—dan membayar tagihan di bengkel AHASS. Sejak itu, ia kapok dan nggak pernah datang ke bengkel resmi lagi sampai sekarang.

Ditambah lagi cerita orang-orang sekitar yang selalu merasa takut kalau harus servis motor ke bengkel resmi. Bukannya bikin hati jadi tenang, yang ada malah konsumen auto kena serangan jantung.

Nah, berangkat dari pengalaman itu, saya seperti dihadapkan kembali dalam situasi yang sama. Nggak cuma gestur yang menyiratkan udang di balik batu, tapi juga kalimat yang muncul di AHASS yang sukses bikin konsumennya auto senam jantung. Seperti apa contohnya?

“Keluhannya apa?”

Saat datang ke bengkel AHASS, kita akan bertemu dengan mbak-mbak customer service. Seperti petugas hotel yang menyambut tamunya, mereka akan menyapa dan menanyai kita dengan ramah-tamah.

“Keluhannya apa?”

Anggap saja kata-kata ini sebagai pemanasan sebelum jantung kita akan memompa darah lebih keras lagi. Kita akan lihat mereka memegang kertas berisi daftar atau poin-poin dalam perawatan motor.

Sebagai informasi, saat servis KPB 1, saya nggak dikenai biaya sepeser pun. Saat servis KPB 2 dan 3, saya cuma diwajibkan bayar olinya saja. Jadi, kedatangan saya kali ini dalam rangka memenuhi jadwal servis KPB 4.

Saat itu, saya pikir kalau servis kali ini akan sama halnya dengan servis-servis sebelumnya. Tapi, saya nggak tahu kalau ada aturan tersirat. Jika keluhan kita di luar poin-poin yang ditentukan dalam KPB, otomatis kita harus bayar. Jadi, pastikan kita ngeluh seperlunya saja. Jangan sampai kalap ngeluh ini-itu atau dompet kita yang jadi tekor nantinya.

“Mas/Mbak, bisa ke sini sebentar?”

Biasanya kalau di bengkel AHASS, ada ruang tunggu buat kita selaku konsumen saat motor diperbaiki. Tersedia juga makanan ringan dan minuman gratis yang bisa kita bikin atau ambil sendiri. Ditambah lagi adanya televisi LED berukuran besar serta kipas angin di setiap penjuru kian memanjakan kita.

Semua berjalan asyik-asyik saja hingga pekerja di AHASS memanggil-manggil nama saya. Hiruk-pikuk suara peralatan bengkel serta kencangnya volume televisi kian menjadikan saya abai akan panggilan itu. Akhirnya, ia datang menghampiri saya dengan sopan. Wajahnya murah senyum dan tutur katanya lemah lembut. Tapi, seperti ada yang nggak beres dari sikapnya itu.

“Mas, bisa ke sini sebentar?”

Seketika itu juga jantung saya berdegup kencang. Padahal, saya merasa nggak ada yang salah dengan motor ini. Dalam artian, motor ini saya pakai dengan wajar, nggak pernah mengalami jatuh, tabrakan, benturan, kejeglong, atau semacamnya. Tapi, ada apa ini?

Lalu, saya dipersilakan duduk di loket pembayaran dan terjadilah pembicaraan empat mata di antara kami. Ia bilang kalau sebenarnya untuk jadwal servis kali ini, saya dinyatakan telat. Jadi, jasa servis gratisnya hangus. Padahal kalau dihitung-hitung, total biaya jasa servisnya saja bisa sampai 80 ribu.

Sebagai konsumen, tentu saya melakukan negosiasi terlebih dahulu. Singkat cerita, akhirnya Kang AHASS mengalah. Ia bersedia menggratiskan seluruh biaya jasa servisnya. Lumayan, lah hemat uang segitu. Bisa buat beli kuota atau bensin bulanan. Terima kasih, Kang AHASS. Jantung pun kembali aman.

“Ini sih harus diganti!”

Lanjut ke topik selanjutnya, yaitu soal sparepart. Setelah melakukan pengecekan di bagian stang, ia menganjurkan agar komstir motor saya diganti baru.

“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi ini sih harus diganti!”

Ritme jantung saya kembali berdebar cepat. Padahal, ini motor baru setahun dengan pemakaian normal. Saya duga kalau ini semua pasti ulahnya polisi tidur. Tahu sendiri, kan betapa nggak manusiawinya polisi tidur di Indonesia. Sudah jumlahnya banyak, bentuknya tinggi-tinggi, jaraknya berdekatan lagi. Ya jelas, kaki-kaki motor lambat laun juga bisa keseleo.

Lalu, saya melakukan negosiasi lagi. Singkat cerita, pihak AHASS menyetujui alasan saya. Komstir nggak jadi diganti baru, tapi cukup disetel saja dengan biaya 30 ribu. Lumayan, lah, hemat 100 ribuan, bisa buat bayar pajak PBB sebelum jatuh tempo. Terima kasih lagi, Kang AHASS. Ritme jantung stabil kembali.

“Ini semua demi kenyamanan konsumen”

Pindah ke topik lainnya yaitu soal brebet. Meski jasa servisnya gratis, injector cleanernya tetap dipungut biaya 35 ribu. Saya mengiyakan karena mempertimbangkan kalau motor ini sudah setahun pemakaian. Pastinya ada komponen injeksi motor yang kurang bersih.

Nah, kemudian merembet lagi ke soal lain. Kang AHASS bilang kalau motor ini mending dicek throttle body sekalian. Ditambah lagi kata-katanya yang cukup bikin jantung saya deg-degan nggak keruan.

“Kami bukannya mau memberatkan konsumen, tapi ini semua demi kenyamanan konsumen sendiri.”

Setelah merenung cukup lama, akhirnya saya putuskan untuk menolak. Alasannya, cek throttle body motor biasa dilakukan sekitar dua tahun pemakaian. Untungnya, orang-orang di AHASS mau mengerti keputusan saya. Alhasil, saya nggak jadi keluar uang 40 ribu. Jantung pun kembali normal.

Jadi, untuk servis KPB 4 kali ini, saya cuma bayar oli 65 ribu, injector cleaner 35 ribu, dan setel komstir 30 ribu (totalnya 130 ribu saja). Andai mengiyakan semua kemauan orang-orang di AHASS tadi, saya pasti sudah keluar uang 350 ribu.

Demikian kata-kata Kang AHASS yang bikin konsumen auto senam jantung. Jadi, ada dua kesimpulan yang bisa ditarik dari tulisan ini. Pertama, mentang-mentang ada embel-embel garansi atau jaminan servis berkala gratis, berarti semuanya juga gratis. Oh, tidak! Ingatlah pepatah lama kalau nggak ada yang gratis di dunia ini.

Kedua, pastikan usai datang ke bengkel AHASS, jangan sampai kita keluar uang lagi buat cek kesehatan di poli atau klinik spesialis jantung. Namanya juga bengkel resmi, SOP-nya pasti jauh lebih ketat. Meski begitu, kita sebagai konsumen ternyata masih berhak untuk menolak.

Penulis: Dhimas Muhammad Yasin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Honda CS1, Motor yang Bikin Saya Menderita: Udah Servisnya Mahal, Disinisin Montir di Bengkel pula

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version