Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan saat ini semakin sengit. Pandemi, selain menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan, juga membuat para pencari kerja semakin getol mendapatkan pekerjaan baru. Belum lagi para pelamar kerja dari kelompok fresh graduate. Lowongan pekerjaan memang banyak dan beragam kian hari, namun harus disadari bahwa pelamarnya juga makin membludak.
Sedikit bocoran dari saya, iklan lowongan kerja yang tayang di satu portal pencari kerja untuk satu posisi saja pelamarnya bisa ratusan, Bung. Tenang, tidak perlu insecure dengan angka tersebut. Biar HRD yang melakukan screening dan review. Tugas kalian cukup kirim lamaran dengan gencar tanpa henti sampai mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Wabilkhusus, untuk para fresh graduate yang sangat membutuhkan pengalaman kerja pertama.
Jauh sebelum itu, sebetulnya ada 4 hal penting yang—entah disadari atau tidak oleh para fresh graduate—sering kali disepelekan begitu saja. Padahal 4 hal penting ini akan sangat memberi impact yang signifikan selama proses mencari sekaligus melamar pekerjaan. Coba disimak dengan khidmat, barangkali bisa memberi klean insight.
#1 Mental dan kesiapan untuk menjalani serangkaian proses seleksi karyawan
Mental dan kesiapan menjadi hal paling fundamental selama mencari pekerjaan, khususnya saat mengikuti serangkaian proses seleksi karyawan. Tidak percaya? Oke. Saya kasih gambarannya.
Begini, dalam mengundang kandidat, tiap HRD punya caranya masing-masing. Ada yang minta proses hari itu juga, ada yang sudah mengundang 1 hari sebelumnya, dst. Jika sudah mendapat info atau kesempatan untuk mengikuti proses, masa mau dilewatkan begitu saja?
Pelamar kerja dengan mental dan kesiapan yang baik—selama tidak ada kendala berarti—pasti akan tetap antusias dan menjabani hal tersebut. Alasannya satu: memang sudah siap dan sadar bahwa undangan interview bisa datang kapan saja. Selebihnya, bagi yang tidak siap, biasanya iya-iya aja, ujung-ujungnya malah ghosting tidak hadir dalam proses interview.
#2 Mencoba berbagai platform/portal pencari kerja
Sebagian fresh graduate terbiasa untuk eksplor sana-sini melamar pekerjaan di berbagai situs yang tersedia. Toh, semuanya gratisan. Modalnya hanya registrasi pakai email, isi profil yang lengkap, terus tinggal submit CV di lowongan kerja yang tersedia. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Namun, tidak dengan sebagian fresh graduate lainnya.
Salah satu kesalahan yang sangat bisa dihindari adalah terlalu fokus mencari pekerjaan di situs yang itu-itu saja. Padahal saat ini banyak banget situs pencari kerja yang eksis dengan beragam iklan lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan. Ini bukan soal idealisme, melainkan usaha memperbesar peluang untuk mendapatkan kesempatan interview, Sob.
Apa? Merasa ribet punya banyak akun karena malas mengingat password? Itu fitur notes di hape coba sedikit dimanfaatkan.
#3 Menentukan pengin bekerja di posisi apa, berkarir di bidang apa
Sebagai fresh graduate, sah-sah saja jika pengin mengirim lamaran sebanyak-banyaknya untuk posisi apa pun. Namun, jangan lupakan juga soal tujuan ingin bekerja sebagai apa dan di industri yang seperti apa. Awalnya boleh saja seperti air mengalir, let it flow gitu, tapi jangan kelamaan. Kecuali dalam proses ketika menjalani suatu profesi, akhirnya merasa cocok dan pengin berkarier di posisi tersebut. Tentu hal tersebut lain soal, namun tetap melalui proses yang menentukan juga, kan? Siapa tahu suatu saat punya jabatan specialist. Bayarannya beda, lho.
#4 Menyisihkan uang untuk beragam proses seleksi karyawan
Gampang, tapi susah. Susah, tapi pasti bisa. Itu adalah ungkapan yang tepat untuk mengawali poin ini. Mau bagaimana pun prosesnya, ketika mengikuti seleksi karyawan, suka atau tidak, kita harus menyiapkan sejumlah uang untuk berbagai keperluan. Kuota internet untuk interview online, biaya akomodasi jika diundang interview secara tatap muka, menyiapkan berbagai dokumen, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, sebagian uang yang sudah disisihkan tidak dapat dipisahkan begitu saja.
Iya, sih. Bagi sebagian fresh graduate, mungkin meminta uang kepada orang tua menjadi bagian dari solusi. Tapi, coba dipikir lagi. Dengan menyisihkan uang sejak dini, artinya, kita juga sedang belajar mandiri dan menerapkan prinsip berdikari.