Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

4 Hal yang Diberikan Feminisme untuk Laki-laki

Anastasia Jessica A.S. oleh Anastasia Jessica A.S.
14 Mei 2019
A A
feminisme

feminisme

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah dua tahun terakhir ini saya diberi tugas oleh kampus untuk mengajar mata kuliah feminisme. Setiap pertemuan pertama pada mata kuliah ini, ada saja pertanyaan yang menggelitik, seperti: mengapa nama mata kuliah ini feminisme bukan maskulinisme? Apakah cita-cita feminisme itu menindas laki-laki? Apakah perempuan memang sungguh-sungguh tertindas?

Saya bisa memaklumi pertanyaan-pertanyaan itu, sebab kita memang hidup di dunia yang sedemikian patriarkis. Feminisme sering dipotret sebagai gerakan yang melawan kodrat, menyebabkan kekacauan bahkan penindasan baru.

Saya berusaha jelaskan ke mahasiswa saya bahwa feminisme itu bukan bertujuan untuk mengalahkan laki-laki. Dasar dari feminisme adalah nilai kemanusiaan. Feminisme bisa berarti gerakan atau pemikiran yang membela hak-hak perempuan sebagai manusia.

Namun, penjelasan saya nampaknya kelewat abstrak dan rumit, dalam bahasa orang Surabaya, ‘mbulet‘. Saya kemudian putar otak, bagaimana menjelaskan feminisme untuk mahasiswa di kelas saya yang sebagian besar bahkan terkadang seluruhnya laki-laki.

Saya coba jelaskan bahwa feminisme tidak merugikan laki-laki tapi justru memberi banyak keuntungan kepada laki-laki. Berikut ini, setidaknya empat (4) hal yang diberikan feminisme pada laki-laki:

 

  1. Membebaskan laki-laki dari tuntutan sosial yang terlalu tinggi

“Laki-laki itu gajinya harus lebih tinggi dari istrinya, syukur-syukur istri tinggal nunggu jatah bulanan di rumah saja”. Di balik ungkapan ini terselip tuntutan sosial yang sangat tinggi bagi laki-laki. Kalau memang pacar atau istri kamu lebih pintar, gajinya lebih besar dan kerjaannya lebih mapan, apakah kamu harus melarang pasanganmu untuk sekolah dan bekerja atau malah memilih putus hanya karena penilaian orang-orang di sekitarmu?

Dipikir yang tenang, sambil ngopi kalau perlu.  Dalam feminisme, perempuan pintar, bisa bekerja, mendapat upah layak itu adalah hak. Buat kamu yang laki-laki, tidak perlu berpikir bahwa kalau gajimu lebih rendah berarti kamu tidak berharga di mata pasanganmu. Feminisme justru membebaskan laki-laki dari tuntutan-tuntutan sosial yang terlampau tinggi dan seringkali tidak masuk akal.

Baca Juga:

Balada Perempuan Penghuni Jogja Selatan, Gerak Dikit Kena Catcalling Orang Aneh, Ketenangan Itu Hanya Hoaks!

Ada Bus Pink untuk Perempuan, tapi Kenapa Nggak Ada Transjakarta Khusus Laki-laki?

 

  1. Membiarkan laki-laki mengekspresikan dirinya

Feminisme memberi kesempatan pada laki-laki untuk mengekspresikan dirinya, termasuk menangis. Menangis itu bukan dominasi kaum hawa. Menangis itu wajar, kalau memang ada sebabnya. Misalnya, kalau memang merasa sangat sakit atau saat orang tua kita meninggal, wajar kalau kita menangis. Menangis itu ekspresi manusiawi. Stigma bahwa hanya perempuan yang boleh menangis itu hanya konstruksi sosial.

Dalam feminisme, konstruksi sosial atas peran laki-laki atau perempuan atau biasa disebut gender. Gender itu bisa dipertukarkan, tanpa kita kehilangan identitas kita sebagai laki-laki atau perempuan.

Misalnya, banyak orang berpandangan cerewet adalah sifat khas perempuan. Padahal perempuan yang pendiam tentu banyak dan sebaliknya laki-laki yang cerewet pasti juga banyak. Demikian juga dengan menangis. Menangis boleh saja dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki, asal ada sebabnya. Jadi, Men and ‘Big girls don’t cry’ tidak berlaku lagi.

 

  1. Memberi ruang kepada untuk laki-laki memilih jenis pekerjaan yang sesuai bagi dirinya

Seperti perempuan, laki-laki juga bebas untuk menentukan jenis pekerjaan yang sesuai bagi dirinya. Memasak, misalnya, bukan lagi dominasi perempuan. Chef-chef kelas dunia sebagian besar laki-laki.

Contoh lainnya, menari. Dancer-dancer handal dari Korea Selatan juga banyak yang laki-laki. Bahkan, laki-laki boleh tinggal di rumah, mengurus pekerjaan rumah tangga dan merawat anak. Sebutan bagi mereka adalah house husband atau stay-at-home dad. Dengan menjadi bapak rumah tangga, bukan berarti harga dirimu hancur, lho.

 

  1. Membebaskan laki-laki dari pandangan seksis dan misoginis

Feminisme membebaskan laki-laki dari pikiran yang seksis dan misoginis. Seksisme adalah merendahkan orang berdasarkan jenis kelamin. Sedang, misoginis adalah kebencian terhadap perempuan.

Seksisme dan misoginis merupakan akar dari kekerasan seksual. Pada mulanya laki-laki yang seksis dan misoginis menjadikan perempuan sebagai objek candaan porno. Namun, pikiran mereka menjadi terbiasa untuk mengobjekkan perempuan dan akhirnya bisa terjerumus menjadi pelaku kekerasan seksual.

Feminisme membebaskan laki-laki dari gaya berpikir seksis dan misoginis macam itu. Dengan demikian feminisme juga membantu laki-laki untuk tidak menjadi pelaku kekerasan seksual. Malu kan kalau ketangkep sebagai pemerkosa atau pelaku kekerasan seksual.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2021 oleh

Tags: FeminismePatriarkiPelecehan Seksual
Anastasia Jessica A.S.

Anastasia Jessica A.S.

Pengajar Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

ArtikelTerkait

Dosen Pelaku Pelecehan Seksual Disanksi Skorsing Sekaligus Izin Belajar Lanjut Doktoral, Ini Sanksi Apa Hadiah MOJOK.CO

Gofar Hilman dan Monyet di Kebun Binatang

15 Juni 2021
solidaritas perempuan-perempuan marginal

Solidaritas untuk Perempuan-Perempuan Marjinal

21 Oktober 2019
feminisme

Belajar Menjadi Feminis Dari Ibu yang Tidak Tahu Apa Itu Feminisme

27 September 2019
saipul jamil KPI televisi sampah mojok

Saipul Jamil, KPI, dan Momen yang Tepat untuk Meninggalkan Televisi

5 September 2021
Kesetaraan gender

Argumen Kuli dalam Obrolan Kesetaraan Gender Itu Basi

19 November 2021
perkara catcalling

Surat Terbuka Untuk Tulisan Perkara Catcalling dan Tergantung Siapa Pelakunya: Memuji dan Catcalling itu Beda, Mz!

10 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.