Ketika pertama kali mengetahui tentang asrama, saya berpikir pasti menyenangkan bisa tinggal di sana. Tidur sekamar dengan banyak teman, berbagi kesukaan, saling tolong-menolong, bahkan jika perlu melakukan kagiatan belajar bersama. Seenggaknya, itulah gambaran mengenai asrama yang saya dapatkan dari film dan drama korea.
Makanya, ketika sudah memasuki masa kuliah, saya memutuskan untuk tinggal di asrama saja. Alasannya, selain biaya sewanya murah, saya juga bisa sekamar dengan dua orang teman saya yang lainnya. Keamanan di asrama juga terjamin, dan masing-masing kamar terdapat satu orang senior sebagai penanggung jawab.
Namun, realitasnya asrama ternyata nggak seindah yang saya bayangkan. Sangat jauh berbeda dengan yang biasanya saya lihat di drama korea atau pun yang saya baca di novel-novel. Pokoknya beda banget, deh. Setelah itu, saya memutuskan untuk keluar dan hanya bertahan selama dua semester saja. Padahal, saya berniat keluar asrama saat sudah memasuki semester akhir.
1. Banyak Peraturannya
Tinggal di asrama berarti harus siap untuk menyetujui semua peraturan di dalamnya, tanpa terkecuali. Jika ketahuan melanggar, biasanya ada sanksi yang beratnya bergantung pada pelanggaran yang sudah dilakukan. Bahkan, beberapa kali pelanggaran atau sekali saja melakukan pelanggaran kategori berat, sanksinya bisa dikeluarkan dari asrama.
Di asrama mahasiswa tempat saya tinggal dulu sistemnya udah mirip pesantren, peraturannya sebagian besar memang berbasis islami. Seperti wajib ikut salat maghrib, isya dan subuh berjamaah—kecuali bagi yang ada jam kuliah atau praktikum, itu pun masih harus memberitahukan kepada senior penanggung jawab kamarnya.
Beberapa kali melanggar dan nggak ikut salat berjamaah, siap-siap aja deh kena sanksi mulai dari gantiin tugas celaning service sampai nyabutin rumput di sekitar asrama. Bahkan, kalau memang jarang banget ikut salat dan sering absen saat ngaji subuh, alamat akan didepak dari asrama secepatnya.
Selain itu, dalam satu kamar, hanya boleh ada satu setrika, nggak boleh bawa colokan berbetuk T (nggak tahu deh, apa namanya), kamar harus selalu bersih karena akan dicek secara berkala oleh para senior penanggung jawab kebersihan asrama. Nggak boleh membawa teman dari luar asrama ke dalam kamar, dan masih banyak lainnya yang kalau disebutkan semua nggak akan ada habisnya.
Saran saya, kalau nggak kuat sama peraturan-peraturan yang ada di asrama, mending pilih kos aja, ya.
2. Nggak Boleh Masak
Peraturan paling menyebalkan adalah nggak boleh masak di asrama. Kamar di asrama biasanya cuma berisi tempat tidur, 1 kamar mandi, lemari, kursi dan meja untuk belajar. Nggak ada tempat untuk masak-memasak. Jadi, ucapkan selamat tinggal dengan keinginan buat eskperimen masakan saat tinggal di asrama.
Sebenarnya, di asrama saya dulu ada satu dapur umum. Hanya saja, nggak pernah cukup buat menampung mahasiswa 3 asrama. Belum juga selesai satu anak yang masak, eh gasnya udah habis aja. Setelah itu masih harus antri berjam-jam. Hadeuh, keburu masuk jam kuliah dan laparnya hilang, deh.
Padahal, kalau di asrama diizinkan masak—minimal pakai rice cooker aja buat masak nasi dan sayur sop—pasti hidup di sana bakalan lebih hemat lagi. Hehehe.
3. Ada Jam Malamnya
Ini adalah peraturan yang pasti ada di setiap asrama: jam malam. Di asrama saya dulu, jam malamnya pukul 10 malam. Lewat dari itu, siap-siap aja dikunciin di luar sama satpam. Kalaupun bisa masuk, masih harus diinterogasi dulu sama para senior yang bertugas jaga, serta para dosen penanggung jawab asrama. Selesai itu, terkadang masih dapat bonus SP (surat peringatan). Urusannya panjang banget, deh. Dan bikin males, hehehe.
Padahal, malam adalah waktu yang paling tepat buat melakukan kegiatan non-akademik setelah seharian sibuk di dalam kelas. Seperti rapat organisasi, nongkrong bareng senior, diskusi, ngerjain tugas kelompok di kafe, bahkan terkadang mendekor ruangan dan menyiapkan sebuah acara untuk esok hari. Dan biasanya, hal-hal kayak gitu bakalan kelar di atas jam 10 malam, terkadang malah sampai semalaman suntuk.
Jadi, buat kalian yang punya aktivitas non-akademik tinggi dan sibuk ikut banyak organisasi, coba pikirkan kembali jika ingin tinggal di asrama.
4. Angker
Saya seringkali penasaran, apakah semua asrama memang memiliki nuansa horor dan angker? Pasalnya, asrama yang saya tempati, juga asrama teman-teman saya di luar sana pasti sarat akan cerita-cerita mistik. Terkadang malah memang memiliki spot horor tersendiri.
Pengalaman horor saya dimulai ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di kamar. Saya dan teman-teman sekamar kena ospek sama para penghuni asrama yang sebenarnya. Mulai diganggu dengan ketukan-ketukan di pintu menjelang subuh, suara keran air yang menyala tiba-tiba, tangisan anak kecil, hingga mimpi-mimpi buruk. Katanya para senior, itu cuma sebatas ospek perkenalan para “penghuni asrama yang sebenarnya” dengan para penghuni baru—yaitu saya dan teman-teman sekamar. Serem banget, deh.
Belum lagi teman-teman dari beberapa kamar pojok yang sering sekali kesurupan—apalagi kalau anak-anak nggak sengaja berisik dan katanya menganggu “para penghuni asrama”. Usut punya usut, katanya kamar-kamar pojok emang tempat para dedemit asrama ngumpul. Haduh, pokoknya kalau malam serem banget, deh.
Buat kalian yang punya niat tinggal di asrama tapi orangnya penakut sama hal-hal mistik dan horor, mending mundur aja, ya. Tolong pikirin kesehatan jantung kalian, ya.
BACA JUGA 5 Hal yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Sebelum Ngontrak Rumah dan tulisan Siti Halwah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.