4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa IAIN Kudus

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa IAIN Kudus terminal mojok

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa IAIN Kudus (Pixabay.com)

Ketika membaca artikel Mas Prabu soal nggak enaknya jadi mahasiswa UGM, saya jadi kepikiran dengan kampus saya sendiri. Kalau kuliah di UGM yang ada di Jogja—yang terkenal sebagai Kota Pelajar—saja dibilang nggak enak, lha gimana rasanya jadi mahasiswa seperti saya? FYI, saya juga kuliah di kampus negeri, namun letaknya di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, yakni Kota Kudus. Kampus negeri yang saya maksud adalah IAIN Kudus. Berbekal pengalaman kuliah selama 5,5 tahun itulah saya jadi pengin membagikan 4 hal nggak enaknya jadi mahasiswa IAIN Kudus. Penasaran?

#1 Stereotip kalau nggak kuliah di Fakultas Tarbiyah, ya Syariah

Hal pertama yang bikin nggak enak jadi mahasiswa IAIN Kudus adalah stereotip kebanyakan orang soal kuliah di sini. Masih banyak orang yang menganggap kalau kuliah di sini berarti mahasiswanya pengin jadi guru. Apalagi dulunya IAIN Kudus adalah pecahan dari Fakultas Ushuludin UIN Semarang yang jadi mandiri, kemudian berubah nama menjadi STAIN Kudus, dan kini bertransformasi menjadi IAIN Kudus.

Hal ini juga didukung dengan banyaknya mahasiswa yang dulu pengin masuk Fakultas Tarbiyah dan Syariah. Memangnya kalau bukan tarbiyah atau syariah, salah gitu? Saya sendiri dulu tertarik kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, kok.

#2 Dominasi Fakultas Tarbiyah terlalu digdaya

Saya nggak begitu paham, apakah semua kampus Islam negeri memang dibuat seperti itu, yang jelas di kampus saya pembangunan Fakultas Tarbiyah memang lebih mendominasi ketimbang fakultas lain.

Bayangkan saja, ketika Fakultas Tarbiyah di IAIN Kudus punya gedung baru dan besar, fakultas lainnya nggak mendapat fasilitas serupa. Tapi, hal itu saya anggap wajar sih, mengingat jurusan di Fakultas Tarbiyah memang lebih banyak peminatnya daripada jurusan di fakultas lain. Jadi, sabar saja ya buat teman-teman dari fakultas lain. Banyakin doa dan ikhtiar, minimal legowo lah. Siapa tahu bentar lagi bakal punya gedung baru dan nggak kalah besar juga.

#3 Nggak ada kantin di dalam kampus

Kalian nggak salah baca, kok. Boleh percaya, boleh nggak, tapi IAIN Kudus nggak punya kantin di dalam kampus. Walah, kok bisa, ya? Mungkin kelihatannya sepele, tapi masa mahasiswanya pada jajan di kampus lain? Yah, mau gimana lagi. Dulu sih sempat ada kantin kampus sebelum tahun 2019, sayangnya kantin kampus itu sudah tiada lantaran pembangunan yang menurut saya nggak jelas juntrungannya.

#4 Sering dikira nggak ada kampus negeri di Kudus

Beberapa mahasiswa, terutama yang merantau, pasti sudah sering mendengar komentar orang lain soal ini. Kebanyakan orang berpikir kalau kuliah di Jawa Tengah, ya pasti di kota besar seperti Semarang. Lantaran kampus negeri banyak yang berlokasi di Semarang. Sebut saja ada Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, UIN Semarang, dll.

Orang-orang nggak bakal paham kalau di Kudus ada kampus, negeri pula. Apalagi orang-orang kota besar macam sekitaran Jabodetabek, mana tahu mereka daerah Kudus? Dahi mereka bakal mengernyit tiap saya menjawab, “Kuliah di IAIN Kudus.” Hah? Kota kecil punya kampus negeri? Ya punya lah, IAIN Kudus buktinya.

Terlepas dari apa pun itu, enak nggak enak ya patut disyukuri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyikapi semua hal tentang kampus sendiri dengan lapang dada dan fokus meraih cita-cita. Setuju?

Penulis: Riza Afthoni
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version