Perkenalan saya dengan film karya Tim Burton terjadi pada 1994. Film Edward Scissorhands (1990) membuat saya yang saat itu masih kanak-kanak merasa frustasi selesai menonton. Saya masih ingat menelan makanan terasa sulit, tidur pun tak nyenyak. Tapi, tak kapok, sejak saat itu mungkin sudah 7 sampai 8 kali film tersebut saya tonton ulang. Edward Scissorhands adalah penawar dari film-film dongeng Disney favorit saya di masa kecil.
Kemudian dilanjutkan dengan The Nightmare Before Christmas (1993), Corpse Bride (2005), Charlie and Chocolate Factory (2005), Sweeney Todd: The Demon Barber From Fleet Street (2007), Alice in Wonderland (2010, dan Dumbo (2019), menjadi film-film favorit saya.
Selain film layar lebar dengan durasi panjang, Tim Burton juga pernah membuat film pendek pada 80-an. Film-film pendek tersebut membuat nama Tim Burton diakui di industri perfilman Hollywood, yaitu:
Film pendek #1 Vincent (1982)
Film pendek bergenre horor fantasi ini durasinya kurang lebih hanya 6 menit. Menceritakan Vincent Malloy, anak laki-laki berusia 6 tahun, dan dinarasikan oleh aktor Vincent Price. Saya bukan penggemar genre horor, tapi film ini terasa menyiksa dan indah sekaligus. Menonton polah Vincent yang berkarakter aneh, kesepian, sedih, tapi juga terobsesi untuk menarik diri dari kehidupan normal membuat saya merasa sesak. Terselip humor gelap di sana-sini, membuat film Vincent seperti sengaja mendefisikan ulang kata “creepy”. Saya tidak menyukai ide mengubah Abercrombie, anjing manis milik Vincent, menjadi zombie. Meski begitu, Vincent adalah salah satu film Tim Burton yang perlu ditonton setidaknya sekali dalam seumur hidup.
Film pendek #2 Hansel and Gretel (1983)
Dibuat untuk acara televisi The Disney Channel dengan durasi kurang lebih 35 menit. Diadaptasi dari dongeng klasik berjudul sama yang ditulis oleh Grimm Bersaudara (1812). Cerita perjalanan Hansel dan Gretel yang tersesat di hutan dan bertemu penyihir jahat akibat ulah ibu tiri yang jahat sedikit berbeda dengan cerita adaptasi pada umumnya. Bagian yang paling saya suka adalah ketika mainan angsa buatan ayah Hansel dan Gretel bertransformasi menjadi perahu kemudian memuntahkan uang. Dongeng klasik yang diadaptasi di tahun 80-an oleh Tim Burton menyelipkan gagasan “uang kaget” sebagai solusi untuk hidup bahagia selamanya setelah melewati masa sulit.
Film pendek #3 Frankenweenie (1984)
Lagi-lagi ada kaitannya dengan anjing peliharaan. Tapi kali ini saya menyukainya, film Frankenweenie adalah salah satu karya terbaik Tim Burton yang kemudian di-remake pada 2012. Frankenweenie diilhami film Frankenstein (1931) yang dibuat berdasar novel Mary Shelley berjudul Frankenstein; or, The Modern Prometheus (1818). Menceritakan kesedihan seorang anak bernama Victor Frankenstein yang kehilangan anjingnya Sparky setelah ditabrak mobil. Victor membangun sebuah mesin untuk menghidupkan Sparky. Kesedihan, kegembiraan, kasih sayang, kesalahpahaman, kemarahan, kesetiaan, campur aduk di film yang berakhir bahagia ini.
Film pendek #4 Aladdin and His Wonderful Lamp (1986)
Dibuat untuk acara televisi Faerie Tale Theatre, Aladdin and His Wonderful Lamp berdurasi kurang lebih 45 menit. Diadaptasi dari dongeng 1001 Malam, tidak ada yang berubah dari Aladdin versi Tim Burton. Yang menarik di film ini adalah jin yang digambarkan berwarna perak dan asap biru yang dari lampu ajaib. Jika dirilis di masa sekarang, film ini mungkin akan ramai kritikan karena Aladdin dan Princess Sabrina berkulit putih. Aladdin diperankan oleh Robert Carradine dan Princess Sabrina diperankan oleh Valerie Bertinelli.
Film Tim Burton selalu khas dengan gaya nge-dark, nyeleneh, dan ikonik. Selain Quentin Tarantino, bagi saya, Tim Burton adalah sutradara terbaik.