4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan (unsplash.com)

Jogja senantiasa menjadi primadona wisata, terutama saat musim liburan tiba. Setiap pelancong yang menginjakkan kaki di sini pasti berharap mendapatkan pengalaman liburan yang dipenuhi cerita indah. Namun, sebelum terlalu jauh berkhayal, hendaknya calon wisatawan memahami sejumlah aturan tak tertulis agar healing di Kota Gudeg nggak berubah jadi petaka.

Pasalnya, kalau aturan-aturan tersebut dilanggar, liburan yang diidamkan justru bisa berakhir pahit. Sialnya, sederet hukum lisan tadi nggak bisa ditemukan di Google Maps atau panduan wisata mainstream mana pun. Bagi pendatang, hal-hal kecil ini sering terabaikan. Padahal, menguasai ilmu ini adalah kunci utama agar liburan di Jogja aman sentosa.

#1 Khusus wisata alam, berangkatlah sebelum jalanan macet

Kalau niatnya mau menikmati keindahan wisata alam Jogja yang populer, maka jangan harap bisa berangkat santai setelah sarapan. Mending berangkat sebelum matahari terbit. Ini bukan cuma taktik untuk mengabadikan suasana pagi yang indah di sana, tapi juga strategi perang buat menghindari macet yang sudah pasti terjadi.

Apalagi kalau tujuan utama adalah kawasan pantai di daerah Gunung Kidul. Perjalanan dari kota bisa memakan waktu hingga dua jam. Itu pun, kalau lancar. Sementara, kalau mau nekat bermalam di kawasan Gunung Kidul, pilihan makanan dan hotelnya terbatas, nggak melimpah di daerah kota. Intinya, kalau tetap mau nyaman di Jogja saat musim liburan, aturan nomor satu ini nggak boleh dilewatkan.

#2 Lupakan mobil pribadi, mending pakai angkutan umum  di Jogja

Saran paling mujarab saat liburan di Jogja adalah meninggalkan mobil di hotel, lalu pakai transportasi umum buat berkeliling. Soalnya, Jogja itu macet, apalagi di musim liburan. Jangankan musim liburan, akhir pekan biasa saja jalanan sudah bikin orang malas keluyuran. Meskipun sama-sama terjebak macet, kalau nggak mengemudikan mobil sendiri, seenggaknya masih bisa tidur dan simpan energi.

Kalau mau lebih sat-set, ojek online memang pilihan terbaik. Namun, perlu diingat, saat peak season, layanan ini rentan mengalami lonjakan harga yang ekstrem. Ditambah, driver sering sulit didapatkan, terutama di area sangat padat seperti Malioboro. Alternatifnya, siapkan aplikasi atau nomor telepon operator taksi konvensional. Meskipun sedikit lebih mahal, boleh jadi, opsi ini lebih aman. Atau, bisa juga berjalan kaki sedikit menjauh dari pusat keramaian buat memesan ojek online agar driver lebih gampang nyantol.

#3 Di Jogja selalu siapkan uang pecahan biar nggak terjebak alasan nggak ada kembalian

Memang, pembayaran nontunai sudah jadi hal yang lumrah. Namun, saat di Jogja, sebaiknya tips yang satu ini tetap dituruti biar nggak kelimpungan. Sebab, ada saja penjual, terutama pedagang kaki lima atau di warung kecil, yang hanya mau terima tunai dengan berbagai alasan.

Kalau sudah begini, masalah baru muncul. Mereka sering mengaku nggak punya kembalian, padahal harga yang dipasang adalah harga tanggung. Alhasil, pembeli sering kali harus merelakan sisa uangnya. Jadi, siapkan uang pecahan kecil biar nggak kena jebakan Batman oleh alasan klasik yang bikin liburan terusik.

#4 Selalu tanya harga jadi mantra anti jantungan saat bayar

Nuthuk atau harga yang dinaikkan berkali-kali lipat adalah fenomena yang kerap menghampiri ketika musim liburan. Mungkin tidak hanya di Jogja, khususnya kawasan Malioboro, tapi juga daerah-daerah wisata lain. Itu mengapa, pastikan dahulu harganya sebelum membeli atau menggunakan jasa. 

Kalau memang malas bertanya atau negosiasi harga, ya mending makan di tempat yang pasti-pasti saja seperti Solaria. Kemudian, pulang naik transportasi online yang harganya sudah tertera di aplikasi. Namun, perlu diakui, kalau memilih pilihan pasti ini, vibes liburan di Jogja jadi kurang nendang. Jadi, pilihannya ada dua, yakni berani bertanya atau liburan jadi biasa-biasa saja.

Semua kode etik dan trik tadi adalah bekal penting agar perjalanan nggak berakhir sia-sia. Yang nggak kalah genting, jangan lupakan minyak gosok dan koyo. Pasalnya, pegal lantaran banyak jalan kaki adalah risiko wajib rekreasi di Jogja.

Padahal, biasanya griya pijat penuh saat liburan. Kalaupun berhasil memanggil tukang pijat, nggak menutup kemungkinan mereka menerapkan harga nuthuk. Nggak mau juga kan, selamat dari penjual makanan lesehan, tapi kena jerat harga tukang pijat?

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kasihan Solo, Selalu Dibandingkan dengan Jogja, padahal Perbandingannya Kerap Tidak Adil!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version