Maaf-maaf saja, untuk mahasiswa di sekitar kampus, mereka akan lebih milih burjo ketimbang angkringan
Adanya kampus bikin peluang ekonomi di sekitarnya meningkat. Maka nggak heran di sekitarnya jadi ladang bisnis yang cuan. Banyak usaha berdiri, mulai dari tempat tinggal, kebutuhan mahasiswa, dan yang paling banyak adalah usaha makanan.
Beragam jenis tempat makan, dari yang biasa sampai yang mewah. Dari yang makanan tradisional sampai modern. Jejepangan, kekoreaan, barat baratan semua ada. Bahkan sampai bingung mau pilih yang mana. Tapi kalau ngomongin yang paling populer dan dekat dengan mahasiswa, burjo adalah jawabannya.
Burjo adalah tempat makan yang paling gampang. Kalau bingung mau makan di mana, ujung-ujungnya burjo lagi burjo lagi. Tapi ada satu tempat yang mungkin dilupakan mahasiswa tentang keberadaanya. Yakni angkringan. Di Jogja mungkin masih banyak peminatnya, karena memang di sana habitatnya. Tapi kalau Semarang misalnya, bisa dibilang beda jauh peminatnya.
Dan sebagai orang yang pernah ke keduanya, inilah beberapa alasan yang mungkin kenapa mahasiswa lebih milih ke burjo daripada melipir ke angkringan.
Dari segi tempat, burjo lebih luas
Yang pertama karena biasanya, mahasiswa kalau makan bawa rombongan. Pasti nyari tempat yang agak luasan. Dan burjo jauh lebih luas daripada angkringan. Burjo lebih banyak kursi meja, sedangkan angkringan umumnya kecil. Cuma mengelilingi gerobaknya.
Mahasiswa biasanya makan nggak cuma makan. Ada agenda lain, nugas lah, kerkom lah, dan rapat. Biasanya 2 sampai 4 orang, bahkan sampe lebih, karena emang anggotanya banyak. Dan untuk menampung orang orang tadi, butuh tempat yang luas.
Burjo luas nggak cuma luas dalemnya aja. Parkirannya juga luas. Muat kalau bawa banyak motor, maupun mobil. Kalau angkringan biasanya di pinggir jalan dan nggak bangunan tetap. Jadi susah nyari parkiran.
Menu makanan burjo yang lebih beragam
Yang kedua ini nggak boleh lupa bahwa tujuan utamanya makan. Pasti nyari makanan yang enak dan murah pastinya. Burjo walaupun namanya dari bubur kacang ijo, nggak cuma jual itu. Menunya lebih beragam. Mulai dari mi instan, nasgor, orak arik, ayam, dan lainnya.
Sebenarnya nggak jauh beda sama burjo, angkringan juga banyak menu. Bedanya di angkringan ada sate-satean dan nasi kucing. Tapi itu nggak cukup untuk mahasiswa kelaparan. Butuh menu makan berat lain yang variatif biar nggak bosan.
Di burjo makanannya cenderung lengkap. Harganya juga relatif murah. Kalau mau protein tinggi ada ayam. Bosen ayam masih ada telor, bahkan beberapa burjo ada menu sarden. Kalau soal sayur, nggak usah khawatir, masih ada sop, dan sayur lain. Yang penting nggak seret.
Angkringan nggak ada wifi dan colokan
Bisa dibilang ini juga faktor utama. Mahasiswa nggak bisa lepas dari gadgetnya. Dan agar gadget tetap hidup, butuh dua penunjang utama: wifi dan colokan. Seolah kalau nggak ada dua hal ini, hidup mahasiswa jadi hampa. Isinya bengong doang.
Nah di burjo, dua hal ini pasti ada. Setiap meja pasti ada colokannya. Cukup kalau mau ngisi daya HP, laptop, dan vape. Kalau urusan wifi, dijamin lancar jaya. Bahkan konon katanya jauh lebih lancar dibanding wifi kampus.
Kalau di angkringan sulit menemukan keduanya. Kalau colokan mungkin masih ada beberapa. Itu juga isinya cuma tiga. Penuh dipakai buat abang angkringannya, nyalain lampu, sama speaker. Praktis nggak kebagian. Kalau wifi jangan ditanya, udah pasti nggak ada.
Burjo buka 24 jam
Salah satu keunggulan burjo yang paling kelihatan adalah waktu buka yang 24 jam. Burjo nggak pernah tutup. Kalau tutup berarti yang punya lagi pulang kampung ke Jawa Barat. Ini yang disukai mahasiswa. Artinya mereka bisa ke sana kapan aja.
Dari pagi ke pagi lagi, burjo masih ada pelanggan. Makin pagi makin aneh aneh orangnya. Pengalaman saya pernah ketemu orang pulang mabok jam 3 pagi. Muntah-muntah dan sempoyongan. Bikin nggak nafsu makan.
Kalau angkringan lebih terjadwal. Biasanya buka sore sampe malem. Ada juga angkringan yang 24 jam. Cuma ya menunya seadanya, baru ready pas sore. Inilah kenapa burjo lebih bersahabat dari segi waktu.
Dan itulah beberapa alasan kenapa burjo lebih rame daripada angkringan. Bukan menjelekkan angkringan, tapi bagaimana pun, kelewat beda. Burjo lebih ke orang-orang rame yang butuh ruang dan waktu. Sedangkan angkringan lebih tenang dan sepi. Cocok untuk istirahat dari keramaian. Ditambah lampu remang remang, suasananya makin intim.
Penulis: Arrayyan Mukti Rahardian
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
