Tidak dapat dimungkiri, kehadiran minimarket seperti Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Circle-K, dan sejenisnya sangat membantu memenuhi kebutuhan harian. Selain fungsi utamanya sebagai tempat berbelanja, minimarket sekarang juga mempunyai fungsi tambahan, yaitu dapat digunakan sebagai tempat beristirahat saat lelah dalam perjalanan, mampir buang air, COD, janjian kencan, hingga petunjuk untuk mengetahui sebuah lokasi.
”Rumah saya masuk gang sebelah Indomaret, ya!”, “Kita istirahat di Alfamart selepas perempatan, di situ enak ada mesin kopinya.”, “Nanti malam tak tunggu di Alfamidi dekat rumahmu, ya, Beb.” Tentu kalimat-kalimat tersebut sering kita dengar sehari-hari.
Setelah membaca tulisan teman sejawat di Terminal Mojok yang berjudul Membedah 5 Sihir Marketing Alfamart dan Indomaret yang Bikin Kita Kalap Belanja, saya sebagai lulusan pramuniaga di salah satu perusahaan minimarket hanya bisa cenganges-cengenges membaca setiap kalimatnya. Sungguh relate dengan job desk saya dulu.
Meski hanya berlangsung 1,5 tahun, semua poin yang ditulis pernah saya lakukan, kecuali poin kedua perihal alunan “musik slow yang bikin betah berbelanja”. Alih-alih bertujuan menyihir pembeli untuk lebih nyaman berbelanja hal itu malah bikin enek dan membuat pembeli bergegas meninggalkan toko kalau mendengar tarikan suara saya.
Selain membuat saya cenganges-cengenges, tulisan tersebut berhasil membikin saya flashback tentang kejadian-kejadian dulu sewaktu menjadi pramuniaga atau penjaga minimarket. Mulai dari budaya kekeluargaan yang sudah melekat di toko seperti jalan bareng setelah menerima gaji, makan bersama setelah lembur, membagikan brosur promo, mengelilingi wilayah toko sambil bergurau, dan saling memberikan dukungan ketika ada teman yang minus uang kasir saat pergantian shift ataupun saat end of day (penghitungan akhir sales harian).
Tidak hanya mengajarkan tentang kekeluargaan, bekerja sebagai pramuniaga juga melatih mental karena sering ditempa keadaan yang kurang mengenakkan. Misalnya, kiriman datang subuh atau malam lalu menurunkan barang kiriman yang rata-rata beratnya setengah modyar, membersihkan seluruh area toko melebihi apa yang saya lakukan di rumah sendiri, hingga dimarahi pembeli karena dianggap teledor dalam pelayanan. Di balik senyum manis pegawai minimarket, ada hati tangguh yang terus berjuang mencari uang.
Setelah mencicipi pahit manisnya di dunia toko ritel, secara tidak langsung membentuk pribadi lain setiap saya mengunjungi minimarket. Entah terkadang mengingat masa-masa kerja di toko atau bahkan mengubah saya menjadi lebih waspada. Sikap kurang waspada terhadap sisi lain minimarket dapat merugikan pembeli. Meskipun nilai kerugiannya kecil. Hal-hal ini sebagian besar hanya diketahui oleh penjaga minimarket.
Merugikan yang saya maksud adalah praktik penyalahgunaan kebijakan atau keteledoran yang biasanya dilakukan oleh penjaga toko. Memang tidak semua toko melakukan ini, namun sebagai lulusan pramuniaga, hal-hal ini sudah menjadi rahasia umum di lingkungan kerja dulu. Bahkan cenderung dimaklumi.
Berikut ini, 3 cara menghindari “kerugian” saat berbelanja di minimarket.
#1 Ambil produk yang letaknya di baris belakang
Banyak dan cepat keluar masuk barang di minimarket membuat pramuniaga harus sigap merapikan tampilan toko. Jadi pada saat ada pembeli baru, tampilan rak-rak sudah terlihat rapi dan estetis tanpa terlihat bolong-bolong karena barang diambil pembeli.
Nah, pramuniaga pada saat merapikan barang diwajibkan menggunakan teknik FIFO (first in first out) yang mana barang kiriman lama wajib di taruh bagian depan, disusul dengan barang yang baru saja dikirim ke toko.
Hal ini disebabkan karena barang lama rata-rata memiliki masa kadaluarsa lebih dekat daripada barang yang baru saja dikirim ke toko. Teknik ini dilakukan untuk meminimalisir barang kedaluarsa tertumpuk di toko semakin banyak. Juga menurunkan tingkat kerugian toko.
Sebagai pembeli, rata-rata orang akan mengambil barang paling depan. Tanpa melakukan pengecekan tanggal kedaluarsa. Bukannya buruk sangka, untuk menghindari mengambil barang yang kedaluarsa karena posisinya ada di depan, kita bisa meminimalisir itu dengan mengambil barang yang letaknya di belakang. Dengan catatan, harus tetap melihat masa kedaluarsa barang.
#2 Jangan lupa minta struk belanja
Hal remeh yang biasanya dilakukan pembeli adalah tidak meminta struk belanja ketika kasir bilang jika transaksi untuk sementara tidak dapat menggunakan struk.
Kalau memang mesin kasir ada masalah dan kebetulan barang yang dibeli hanya satu varian sih tidak masalah tanpa struk. Tetapi jika sedang melakukan pembelian dalam jumlah banyak, struk belanja wajib ada. Takutnya, ada kekeliruan penghitungan barang seperti double input, perbedaan harga di rak dan harga kasir, hingga promo tertentu yang lupa disampaikan oleh kasir.
Bukan hanya itu, struk belanja juga penting ketika pembeli ingin melakukan donasi ketika ada uang kembalian. Jangan sampai niat baik pembeli untuk berdonasi tidak sampai ke orang yang tepat karena tidak ada bukti tercetak jika uang kembalian masuk ke dana donasi.
Saking pentingnya struk belanja bagi pembeli, beberapa pihak minimarket pun ada yang membikin aturan khusus jika kasir tidak memberikan struk belanja. Punishment-nya beragam, ada yang menuliskan informasi di meja kasir akan mendapatkan barang tertentu secara gratis, hingga menggratiskan seluruh total belanja ketika kasir tidak memberikan struk.
#3 Menyempatkan waktu melihat berat timbangan (kondisional)
Perlakuan khusus jika melakukan pembelian produk yang harganya beracuan pada berat. Saya mengambil contoh adalah produk telur curah dan buah segar. Sebagai pembeli, tidak ada salahnya jika kita meminta menimbang ulang jika produk yang akan dibeli sudah terbungkus dengan berat tertentu. Sekali lagi, ya, bukannya berburuk sangka, ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang merugikan pembeli.
Siapa juga sih yang mau membeli telur curah 1 kg, namun ketika ditimbang ulang beratnya hanya 820 gram? Pembeli mempunyai hak untuk memastikan itu, supaya tidak ada kekeliruan.
Memang, tidak semua minimarket melakukan praktik-praktik yang dapat merugikan pembeli seperti beberapa hal yang sudah saya sebutkan di atas. Bukan juga bermaksud untuk menunjukkan kekeliruan yang tidak semua minimarket melakukannya. Hanya sebagai informasi jika dulunya praktik-praktik seperti ini lumrah dilakukan di toko zaman saya masih menjadi pramuniaga. Untuk meminimalisir itu semua, tidak ada salahnya melakukan cara-cara yang sudah saya jelaskan di atas.
Selamat datang di [nama minimarket], silakan berbelanja. Lengkap dengan senyuman terbaik.
BACA JUGA Saat Motor Matic Menginjak Usia 5 Tahun, Segeralah Berdamai atau tulisan Ardi Setianto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.