Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

3 Stereotip Anak Laut yang Nggak Berlaku buat Saya yang Tinggal Dekat Laut

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
24 Agustus 2021
A A
stereotip anak laut pantai sijile baluran mojok

pantai sijile baluran mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika melihat daftar rekomendasi tempat wisata di Makassar, maka Pantai Losari bisa saya pastikan akan masuk dalam daftar tersebut. Wajar, itu karena Pantai Losari memang ikonnya Kota Makassar.

Pantai Losari yang ada sekarang—dan bisa kalian lihat juga, meski hanya berupa foto/gambar—wujudnya sudah sangat jauh berbeda dengan Pantai Losari yang terekam dalam memori ingatan masa kecil saya (saya kelahiran tahun 90-an). Satu-satunya hal yang masih ada dari Pantai Losari zaman dulu adalah keberadaan si patung gajah, itu pun warnanya sudah berubah.

Sejak lahir, saya tinggal tidak jauh dari kawasan Pantai Losari. Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah melewati banyak sore hari dengan menemani bapak mencari/menangkap udang dan memancing ikan di laut, tidak jauh dari kawasan Pantai Losari.

Nah, sebagai seseorang yang tinggal di dekat pantai dan terbiasa ke laut, ada beberapa hal yang biasanya disematkan atau dipikirkan orang-orang kepada saya atau singkatnya stereotip anak laut, tetapi kenyataannya saya tidak mengalami/melakukan hal tersebut. Mudahnya,

Apa saja stereotip anak laut tersebut? Mari saya ceritakan.

Stereotip anak laut pertama, pasti bisa berenang

Ini jadi satu hal yang paling sering disematkan orang-orang kepada saya. Tinggal di dekat laut dan pantai, terbiasa ke laut dan pantai, pasti saya bisa berenang. Hal ini keliru, MyLov. Sangat keliru. Faktanya, sampai umur saya segini, saya belum bisa berenang. Dulu, ketika saya ikut bapak ke laut, tugas saya jagain hasil tangkapan dan saya menikmati itu. Mungkin itu sebabnya saya jadi nggak tertarik belajar berenang.

Ketika lagi main di laut sama teman atau sepupu pun, saya tetap nggak ada niat dan nggak diajakin untuk belajar berenang, nggak tahu kenapa. Hasilnya ya, saya sibuk sendiri aja gitu mainin ikan buntal, ehe~

Saya baru menyesal kenapa tidak belajar berenang ketika sudah SMP. Tahu sendiri kan di mata pelajaran olahraga ada pengambilan nilai berenang?

Baca Juga:

Sop Saudara, Kuliner Makassar yang Namanya Bikin Salah Paham tapi Rasanya Bikin Ketagihan

7 Pantai di Jogja yang Bikin Kamu Lupa Parangtritis

Setiap kali ada praktik berenang, saya selalu jadi korban guyonan teman-teman, “Apaan anak laut nggak bisa berenang. Anak laut palsu!”

Stereotip anak laut kedua, tahu banyak nama-nama ikan

Kalau ada kuis menebak nama ikan laut lebih dari sepuluh, sepertinya sulit bagi saya untuk menjawabnya. Saya nggak begitu hafal dan tahu nama-nama ikan, MyLov. Bahkan, ada (atau malah banyak, ya?) nama ikan dalam bahasa Makassar yang sempat saya nggak tahu apa namanya dalam bahasa Indonesia.

Saya baru tahu nama-nama ikan tersebut setelah saya mengenal yang namanya Google. Seperti misalnya, ikan banyar/banyara’ yang dalam bahasa Indonesia disebut ikan kembung atau ikan tuing-tuing—yang disebut oleh salah satu nelayan di Makassar saat main kuis sebut nama ikan bersama Jokowi—ternyata bahasa Indonesianya adalah ikan terbang, wqwqwq.

Stereotip anak laut ketiga, suka segala jenis seafood

Segala jenis seafood yang saya maksud di sini adalah seafood yang sering saya (dan mungkin teman-teman) temui. Seperti ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, dan kerang. Dari kelima makhluk laut tersebut—yang kemudian diolah menjadi makanan—saya sangat tidak suka makan kerang. Dari kecil, saya tidak begitu suka makan kerang. Geli aja gitu sama teksturnya kalau dimakan. Bagi sebagian orang terdekat saya, hal tersebut terbilang aneh. Alasannya lagi-lagi karena dulu saya tinggal tidak jauh dari laut.

Kenapa saya menyebutnya dulu? Karena sejak tahun 2000-an, laut tersebut sudah berubah jadi jalanan dan ditumbuhi banyak bangunan tinggi. Sejak saat itu, jarak saya dan laut, tidak lagi sedekat dulu.

Demikian stereotip anak laut yang nggak saya alami sama sekali. Mentang-mentang hidup dekat laut, bukan berarti segala-gala tentang kami berkaitan dengan laut. Makanya jangan kaget kalau ada orang laut nggak suka seafood macam saya, atau mungkin melihat orang dari daerah dengan stereotip kental ternyata tak berlaku seperti apa yang disematkan. Indonesia banyak ragamnya, Gaes, yang sama hanya korupsinya.

Bercanda, ehehehe.

BACA JUGA Pergi ke Pantai Malam Hari Adalah Hal Bodoh yang Tidak Seharusnya Dilakukan dan tulisan Utamy Ningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Agustus 2021 oleh

Tags: anak lautlosarimakassarpantaistereotip
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

5 Hal terkait Jurusan Jurnalistik yang Kerap Disalahpahami Terminal Mojok

5 Hal terkait Jurusan Jurnalistik yang Kerap Disalahpahami

29 Oktober 2022
5 Kue Tradisional yang Sering Muncul dalam Pernikahan Adat Bugis-Makassar Terminal Mojok

5 Kue Tradisional yang Sering Muncul dalam Pernikahan Adat Bugis-Makassar

8 September 2022
3 Hal yang Biasa Saja di Toraja, tetapi Tidak Lumrah di Makassar

3 Hal yang Biasa Saja di Toraja, tetapi Tidak Lumrah di Makassar

1 Juni 2025
Percayalah, Jangan Main ke Kebumen, Nanti Bakal Nyesel

Percayalah, Jangan Main ke Kebumen, Nanti Bakal Nyesel

21 Maret 2023
Gen Z di Dunia Kerja: Punya Potensi, tapi Kurang Disukai Rekan Kerja Sendiri

Gen Z di Dunia Kerja: Punya Potensi, tapi Kurang Disukai Rekan Kerja Sendiri

29 Desember 2023
elsa penjahit sifat karakter menyebalkan cara menagih rekomendasi penjahit bagus kebiasaan anak penjahit harga mojok

Penjahit Adalah Tukang PHP Nomor Wahid di Dunia

1 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.