Film bergenre biografi atau yang sering disebut juga film biopik dikenal popularitasnya sejak tahun 1930 hingga sekarang. Genre ini menceritakan secara khusus kehidupan seseorang atau sekelompok orang yang penting secara historis. Meski begitu, tingkat akurasi pada film jenis ini cukup bervariasi.
Contoh film genre biografi di negeri sendiri cukuplah banyak. Sebut saja GIE (2005), Soegija (2012), hingga Guru Bangsa: Tjoakroaminoto (2015). Sementara itu, Hollywood juga menelurkan film serupa seperti Lincoln – Abraham Lincoln (2012), The Theory of Everything – Stephen Hawking (2014), dan Bohemian Rhapsody – Freddie Mercury (2018).
Nggak terlepas dari itu, Korea Selatan sebagai salah satu industri perfilman yang diakui dunia internasional, juga membuahkan film-film biopik yang nggak kalah menarik untuk ditonton. Berikut saya berikan 3 rekomendasi film bergenre biografi dari negeri ginseng.
#1 Hwang Jin Yi (2007)
Diarahkan oleh sutradara Chang Yoon Hyun, film ini menceritakan kehidupan wanita penghibur (gisaeng) legendaris di era Joseon bernama Hwang Jin Yi (Song Hye Kyo). Popularitas Hwang Jin Yi nggak hanya berasal dari kecantikan dirinya yang paripurna, melainkan juga kemampuan intelektualitas dan perilakunya. Sebagai gisaeng, ia pandai menulis puisi, bernyanyi, menari, dan memainkan alat musik.
Namun siapa sangka, kisah hidup Hwang Jin Yi cukup kelam. Meskipun lahir dari keluarga aristokrat, Jin Yi ternyata anak hasil perselingkuhan sang ayah dengan pembantunya. Mengetahui fakta pahit itu, Jin Yi memutuskan jalan hidupnya sendiri menjadi seorang gisaeng. Kehidupannya sebagai seorang gisaeng sama sekali nggak mudah karena satu dan lain hal, termasuk karena adanya campur tangan pejabat pemerintah bernama Hee Yeol (Ryu Seung Ryong).
Daya tarik film ini selain bertumpu pada kisah Hwang Jin Yi, juga sedikit banyak dipengaruhi kisah romansanya dengan teman masa kecilnya yang sekarang berprofesi sebagai bandit bernama Nomi (Yoo Ji Tae). Meski mengandung aspek melodrama yang sangat kental, film ini mampu menggambarkan seperti apa kehidupan gisaeng pada masanya.
#2 The Last Princess (2016)
Diarahkan oleh sutradara yang sebelumnya sukses dengan film romance One Fine Spring Day, Hur Jin Ho, The Last Princess menjadi film biopik Korea favorit saya. Film ini menceritakan kisah hidup putri Deokhye (Son Ye Jin), yang pada akhirnya akan menjadi putri terakhir dinasti Joseon. Deokhye adalah anak perempuan raja Gojong dengan selirnya. Meskipun anak selir, Deokhye sangat disayangi oleh keluarga kerajaan dan dihormati oleh rakyatnya.
Saat masa pemerintahan raja Gojong inilah, Jepang mulai ikut campur dalam pemerintahan. Ditambah banyak pejabat Joseon yang pro Jepang. Meski begitu, raja Gojong diceritakan tetap nggak mau tunduk pada Jepang. Di masa sulit inilah, akibat kelicikan pamannya, Han Taek Soo (Yoon Je Moon), Deokhye dipindahkan ke Jepang sebagai strategi politik pro Jepang. Meski telah melakukan usaha cara menolak Jepang seperti dengan nggak mau pakai kimono sampai menolak dikirim ke Jepang, Deokhye sempat disalahpahami rakyatnya sebagai pro Jepang. Padahal selama tinggal di Jepang, alih-alih bahagia, Deokhye bisa dikata lebih mirip tawanan.
Salah seorang kawan lama yang menunggu Deokhye pulang dan memperjuangkan kembalinya Deokhye ke Joseon adalah Kim Jang Han (Park Hae Il). Rencana tidak berjalan seperti yang diperkirakan. Deokhye dipaksa oleh Han Taek Soo menikahi aristokrat Jepang bernama Takeyuki (Kim Jae Wook). Scene paling menguras air mata dimulai saat Jang Han bertemu Deokhye di rumah sakit jiwa, di mana ketika nyaris tidak mengenali Jang Han, Deokhye bertanya lirih, “Kenapa kau baru datang sekarang?”
#3 Anarchist from Colony (2017)
Film arahan sutradara Lee Joon Ik ini menceritakan kisah hidup aktivis Korea Selatan bernama Park Yeol (Lee Je Hoon). Mengisahkan perjuangan Park Yeol bersama kekasih yang kemudian menjadi istrinya, Kaneko Fumiko (Choi Hee Seo) melawan penjajahan Jepang. Film dibuka dengan adegan Park Yeol menarik becak di Tokyo untuk penumpangnya, warga Jepang. Saat menagih ongkos, Park Yeol justru ditendang sambil diolok sebab dia warga Korea yang mencari uang di Jepang.
Singkat cerita, Fumiko yang lahir dari orangtua berkebangsaan Jepang namun ditelantarkan ini, mulai tertarik pada sosok Park Yeol setelah membaca puisi Park Yeol berjudul Damned Dog. Fumiko kemudian masuk ke kelompok anarkis yang dipimpin Park Yeol, “Heukdohwe”. Diam-diam kelompok ini merencanakan penyerangan pada pangeran Hirohito.
Meski penyerangannya belum dilancarkan, Menteri Dalam Negeri Jepang saat itu, Mizuno (Kim In Woo) menyebarkan propaganda bahwa rakyat Korea yang tinggal di Jepang meracuni air sumur dan melakukan kegiatan illegal lainnya melawan Jepang. Singkat cerita, Park Yeol dan Fumiko diinvestigasi oleh pejabat bernama Tatemasu (Kim Joon Han). Hasil investigasi kemudian menghantarkan mereka pada persidangan.
Sebagai film biografi, saya justru tergila-gila pada keberanian Park Yeol dan Fumiko serta hubungan yang terjalin di antara keduanya. Meskipun olah peran Lee Je Hoon di sini memesona, saya justru terkesima pada sosok Fumiko yang dibawakan dengan luar biasa oleh Choi Hee Seo. Saya mengagumi semangat Fumiko menyatakan gagasan. Dari sini pula, kita seolah diajak menyadari bahwa gagasan atau ideologi seseorang terhadap sesuatu itu dipengaruhi berbagai hal, termasuk bagaimana kehidupan ini membentuk mereka.
Film biografi membuat penonton mengenal tokoh-tokoh tertentu dengan perjalanan hidupnya masing-masing. Terkadang seperti film bergenre sejarah, film biografi juga memberikan pada kita perspektif yang berbeda dalam memandang suatu hal. Juga memberikan pada penonton informasi baru yang memperkaya pengetahuan kita, pun menginspirasi.
By the way, dari ketiganya, mana nih yang sudah pernah kamu tonton?
Sumber Gambar: YouTube hangukmovies
BACA JUGA 6 Lagu Korea yang Cocok Jadi OST K-Drama dan tulisan Maria Monasias Nataliani lainnya.