Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

3 Rekomendasi Buku untuk Anies Baswedan selain ‘How Democracies Die’

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
23 November 2020
A A
buku rekomendasi untuk anies baswedan mojok

buku rekomendasi untuk anies baswedan mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai mantan Menteri Pendidikan, dan sekarang menduduki kursi penting di ibu kota, Anies Baswedan memang punya spesifikasi paling utama untuk digugu dan ditiru. Cekat, gesit, puitis, dan kadang ribet sama omongannya sendiri, menjadikan Anies menjadi sosok yang pantas dijadikan way of life warga Jakarta.

Pun Anies sadar kedudukannya. Melalui keseharian, apalagi media sosial, Anies menunjukkan bagaimana menghabiskan hari dengan baik dan benar. Hari Minggu ini, Anies bercuit di akun Twitter pribadinya. “Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi.” Begitu tulisnya, sungguh mencerminkan pemimpin tauladan yang muncul dari kesepakatan para warganya.

Bukan warganet namanya jika nggak geger. Bukan perkara cuitan, melainkan gambar yang dibubuhkan. Dengan menggunakan kemeja putih rapih khas Pakdhe Jokowi, pun sarung merah marun motif lurik yang menarik, Anies tengah membaca buku bersampul hitam dengan judul “How Democracies Die”.

Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi. pic.twitter.com/sBhF8k0UW0

— Anies Baswedan | Sudah #VaksinDulu (@aniesbaswedan) November 22, 2020

Buku yang ditulis secara duet oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt ini, dilansir dari Tempo, menceritakan kematian demokrasi dengan terpilihnya banyak pemimpin otoriter. Kepemimpinan otoriter dinilai akan menyalahgunakan kekuasaan pemerintahan, dan penindasan total atas oposisi.

Masih dari Tempo, lebih jelas lagi, resensi buku itu menyebutkan demokrasi  bisa mati karena kudeta atau mati pelan-pelan. Kematian itu bisa tak disadari ketika terjadi selangkah demi selangkah, dengan terpilihnya pemimpin otoriter, disalahgunakannya kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi. Ketiga langkah itu sedang terjadi di seluruh dunia dan kita semua mesti mengerti bagaimana cara menghentikannya.

Setelah warganet giduh, lantas yang ribut ya media. Banyak yang mengatakan bahwa tindakan Anies ini merupakan sentilan yang amat nyata bagi pihak atas. Lha wong Anies sudah atas je, lantas siapa yang lebih atas? Baca buku dan upload saja ruwet. Kasihan betul Anies ini. Selalu salah walau punya maksud baik, mengasah literasi.

Saya punya beberapa rekomendasi buku yang pantas dibaca atau diunggah ke media sosial Bapak di minggu-minggu khusyuk Anda ke depannya. Tenang, Pak, saran saya ini serius dan isinya nggak kalah mbois dari yang Bapak baca. Mari kita gulung sarung dan diskusikan.

Baca Juga:

4 Alasan Warga Jakarta Menolak Ridwan Kamil Menjadi Calon Gubernur

Videotron Anies Baswedan Diberangus Kekuatan Penguasa

#1 Statism and Anarchy oleh Mikhail Bakunin

Mungkin saat kontestasi Pilkada di Jakarta, kita sering dengar sebutan “pribumi” dan “aseng”. Pembagian kelas atas “pribumi” dengan tanda petik ini amat menohok sekali. Apalagi yang disebut sebagai non-pribumi. Bias nggak terkira, pemahaman nenek lu juga nggak bakal bisa menakar silogisme unik khas “pribumi”. Inilah mengapa bacaan Statism and Anarchy menjadi wajib hukumnya, nggak bisa diganggu gugat.

Bakunin setidaknya melihat masyarakat bukan dari “pribumi” dan segala tetek bengeknya, melainkan kelas tertindas dan kelas penindas. Jurang pemisah dua kelas ini bukan pilihan paslon. Pun bukan perihal demo di Monas dan nggak demo di Monas. Melainkan, dilansir dari Kolektif Anarkis, ada hirarki strata sosial yang dapat ditakar berdasarkan derajat apakah sebuah kelompok mengeksploitasi satu sama lain atau malahan dieksploitasi.

Jika belakangan ini kita sering dengar revolusi akhlak, maka dalam buku hadir dengan kental konsep “revolusi sosial”. Revolusi ini nggak bergerak dari pengajian ke pengajian. Apalagi dari acara pernikahan ke acara pernikahan yang lain. Revolusi ini memiliki titik tekan kepada segmen masyarakat yang paling terasing dari tatanan yang mapan. Jadi, yah, begitulah, nggak bakal ada Pajero Sport atau pernikahan mewah dalam “revolusi sosial” ini.

#2 Mangir oleh Pramoedya Ananta Toer

Secara ringkas, buku ini menceritakan konflik politik dua kerjaan, Mangir dan Mataram. Raja Mataram hampir saja kalah melawan Wanabaya, Raja Kerajaan Mangir. Sakit hati, lantas Raja Mataram mengutus puterinya yang jelita, Puteri Pembayun, untuk menggoncang Wanabaya atas pertahanan kokohnya dengan menyamar sebagai penari keliling. Setelah kian melemah, Wanabaya diundang ke istana dan di sanalah ia dihabisi oleh Raja Mataram.

Buku ini amat direkomendasikan lantaran politik itu amat licin. Besok bisa saja kawan, lusa bisa menjadi lawan. Pun sebaliknya. Dengan membaca ini, setidaknya Anies bisa mawas dan sedikit berhati-hati akan langkah politiknya. Yah, bagaimana pun kuasa akan runtuh jika harta, takhta, dan agama, eh, maksud saya wanita, sudah menjadi kelemahan sebagaimana yang dialami Wanabaya.

Untungnya nggak ada demo berjilid-jilid di novel drama ini. Ya, untungnya.

#3 Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih oleh Agus Mulyadi

Buku ini amat penting bagi kehidupan saya karena 38 kisah cinta Agus dan Kalis mengajarkan saya perihal kebijaksanaan yang sesekali disisipi humor biar nggak bosan. Isinya juga ada tanggung jawab dan bukti sahih sebuah janji. Dengan sebuah kemasan janji suci ala Agus dan Kalis tentunya, bukan Raffi dan Gigi.

Kenapa Anies harus ikut membaca buku ini? Buku ini mengajarkan tentang cara tanggung jawab dan menepati janji sama kekasih. Lha wong sama kekasih saja harus tanggung jawab dan tepat janji, apalagi sama masyarakat yang memberi mandat atas dasar rasa percaya.

Sambil menyelam minum air jadi peribahasa yang cocok. Sambil baca buku, bercuit di Twitter, dan kontemplasi akan janji-janji suci yang belum kontan terpenuhi.

BACA JUGA 6 Celetukan yang Sering Keluar Saat Nonton Film Horor dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 November 2020 oleh

Tags: anies baswedanrekomendasi buku
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Buku Puisi Berikut Bisa Jadi Teman Baikmu di Waktu Senggang Terminal mojok

3 Buku Puisi yang Bisa Jadi Teman Baikmu di Waktu Senggang

31 Januari 2021
6 Buku yang Cocok Dibaca untuk Self Healing Terminal Mojok

6 Buku yang Cocok Dibaca untuk Self Healing

16 Mei 2022
DKI Jakarta moda transportasi gelar mojok

Prestasi DKI Jakarta Soal Transportasi Itu Sebenarnya Hal yang Biasa

4 November 2020
nussa dan rara, Alasan Serial Animasi Nussa Nggak Cocok untuk Tayangan Anak-anak di Televisi Wajah Baru Pemberi Warna Baru di Sinetron Preman Pensiun 4 Preman Pensiun 4: Sinetron Penuh Edukasi untuk Insan Pertelevisian Indonesia Rekomendasi Sinetron untuk Hibur Anies Baswedan Atas Ditundanya Formula E

Rekomendasi Sinetron untuk Hibur Anies Baswedan Atas Ditundanya Formula E

12 Maret 2020
iPusnas

Rekomendasi Buku Bagus yang Tersedia di iPusnas

4 Desember 2021
Unsur Politik di Balik Ketidaklayakan JIS

Unsur Politik di Balik Ketidaklayakan JIS

18 September 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.