3 Perbedaan Tradisi Karapan Sapi dan Sapi Sonok yang Sering Bikin Salah Sebut

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Salah satu hal yang membuat saya bersyukur adalah ketika dilahirkan sebagai orang Madura. Bukannya tanpa alasan, sebab, saya dilahirkan di daerah yang memiliki tradisi sangat beragam. Terlebih lagi, masyarakat Madura mempunyai iktikad untuk menjaga tradisi yang dimilikinya, agar kelak anak cucunya masih bisa menikmatinya. Salah satunya adalah tradisi karapan sapi.

Tradisi karapan sapi sampai sekarang masih terus dilakukan oleh masyarakat, dengan cara mengadakan lomba setiap tahunnya, baik di tingkat kabupaten maupun nasional. Bahkan, pada saat lomba, peserta dan penonton selalu antusias, tidak pernah sepi.

Tidak heran jika tradisi ini dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Tidak jarang juga yang mengenal Madura karena karapan sapinya.

Namun, sebenarnya tradisi di Madura yang berkaitan dengan sapi, bukan hanya karapan sapi. Ada juga tradisi yang dinamakan sapi sonok. Sayangnya, sapi sonok masih belum dikenal secara luas.

Akibatnya masih banyak orang yang bingung membedakan antara karapan sapi dan sapi sonok. Bahkan, saya sendiri sering berjumpa dengan teman yang berasal dari Jawa, mengatakan bahwa kedua tradisi tersebut sama saja.

Tentu saja, saya sebagai orang Madura, langsung meluruskan perkataan dari teman saya tadi. Dengan mengatakan “Sapi sonok dan karapan sapi itu berbeda, Mas Bro, kalau mau dicari persamaannya, hanya sama-sama menggunakan sapi dari Madura.”

Namun, persoalan semacam itu bukan hanya terjadi kepada saya. Banyak teman saya yang sama-sama dari Madura sering bercerita jika di tempat ia merantau juga kerap kali menemukan orang lain yang mengatakan kalau kedua tradisi tersebut sama.

Perbedaan pertama, segi penilaiannya

Jika dilihat bagaimana penilaiannya, akan terlihat perbedaannya yang sangat signifikan. Pada karapan sapi, proses pelaksanaannya dilakukan dengan cara melihat kecepatan lari di lintasan. Jadi, pemenang lomba karapan sapi akan ditentukan dari sapi siapa yang lebih dahulu mencapai garis finish.

Berbeda dengan sapi sonok, yang tidak mengandalkan kecepatan melainkan dengan menampilkan kecantikannya. Tetapi jangan pernah menyamakan segi kecantikan sapi sonok dengan manusia ya. Tentunya sangat berbeda.

Pada sapi sonok, nilai kecantikan dihasilkan dari cara sapi berjalan yang “neter kolenang”, atau jika diartikan adalah lemah gemulai. Jadi, ketika sapi sonok tidak mampu berjalan dengan baik, maka semakin berkurang penilaian dari juri.

Perbedaan kedua, dilihat dari sapi yang digunakan

Meskipun sama-sama memakai sapi, tetapi sapi yang dipakai ada perbedaannya. Karapan sapi menggunakan sapi berjenis kelamin jantan. Kondisi fisik yang lebih tangkas dan kuat lebih cocok untuk adu kecepatan lari.

Sementara sapi sonok memakai sapi berjenis kelamin betina. Hal itu dimaksudkan, agar sapi lebih mudah diajak berlenggak-lenggok di lintasan lomba.

Perbedaan ketiga, keduanya memiliki cara perlombaan yang berbeda 

Karapan sapi lebih identik dengan cara yang keras, seperti mengolesi sapi dengan minyak panas atau sambal, dan menggunakan alat yang bisa melukai sapi. Hal itu dilakukan agar sapi mau berlari dengan kencang.

Memang, cara yang sering digunakan untuk memacu sapi terlihat begitu ekstrem dan menyakitkan. Berbeda dengan perlombaan sapi sonok, yang bisa dibilang lebih halus. Sapi yang berjalan di lintasan tidak dilukai, tetapi diiringi oleh musik saronen, yang merupakan musik khas dari Madura. 

Itulah perbedaan antara dua tradisi yang sering disalahpahami. Namun, ada hal penting yang juga harus diketahui oleh orang banyak tentang masyarakat Madura yang sangat mencintai kedua tradisi tersebut. Atas dasar cinta itulah kedua tradisi terjaga sampai sekarang.

Sumber gambar: Lili Aini via Wikimedia Commons

BACA JUGA Biar Nggak Bingung Mana Madura United FC Mana Madura FC, Saya Berikan 3 Perbedaannya dan tulisan-tulisan lainnya dari Akbar Mawlana.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version