Motor Yamaha Fazzio
Bentar, jangan ngamuk dulu. Jujur saja, motor ini imut dan cantik bagi saya. Tapi waktu mencoba motor ini, rasanya kok aneh banget. Anehnya tuh begini: motor 125 cc, tapi tenaganya sama sekali nggak terasa. Malah kayak naik Revo 110 yang emang nggak dicari tenaganya.
Kalau dibilang terburuk, sebenarnya ya susah sih. Cuma bagi saya pribadi, rasanya kok mendingan yang lain gitu lho ketimbang motor Yamaha Fazzio. Mending tambah 5 juta, ambil Aerox sekalian. Tapi ini selera ya.
Kalau memang cinta banget sama Fazzio, menurut saya gas aja sih.
Yamaha Mio Soul
Saya memuji Mio dan Mio Sporty, tapi saya mengutuk betul Mio Soul. Motor Yamaha satu ini berdiri di sisi yang nggak jelas menurut saya. Mau sporty kok ya jelas nggak. Mau berdiri di sisi Mio biasa, kok ya malah aneh.
Desainnya gambot, tapi nggak ditolong tenaganya. Nggak ada yang bisa ditawarkan motor ini. Tiap kali liat Mio Soul, rasanya kok aneh gitu.
Yamaha R15
Bagi saya, Yamaha R15 adalah pertanda bahwa Yamaha kayak bingung mau gimana ngadepin Honda.
Begini. dulu, R15 lawas itu jelek banget. tapi, nggak ada lawan soalnya ya kompetitor nggak bisa jawab, atau belum jawab. Nah, ketika Honda merespons pasar dengan ngeluarin CBR150R Facelift, barulah Yamaha kayak ngerasa “anjir, jelek bat ni motor kita”.
Masalahnya adalah, mereka respons CBR dengan ngeluarin motor Yamaha yang… aduh.
Yamaha R15 memang cakep. Cakep banget malah. Tapi, harganya lebih mahal. Lha ini aneh, mau merangsang market, tapi kok harganya segitu?
Terlebih, R15 itu responsnya lumayan telat. Ketika orang udah familiar dengan Honda CBR150R, plus memang Honda sedang berjaya, mereka masuk market dengan agak terlambat. Seingat saya sih, jaraknya lumayan. Jadi ya, gitu deh.
Untuk saya pribadi, perkara kenyamanan, CBR masih mendingan. Emang motor sport nggak bisa dinilai kenyamanannya, tapi saya rasa, R15 terasa lebih rekoso.
Itulah 3 motor terbaik dan terburuk Yamaha. Ini pendapat pribadi, dan jelas tidak mewakili siapa pun. Saya nggak perlu bikin disclaimer ini sebenarnya. Tapi melihat banyak orang yang nggak bisa menerima pendapat berbeda, jadi ya, wajib.
Atau kalian punya versi tersendiri? Bikin tulisan tandingan lah. Marah-marah di kolom komentar mah nggak akan ada yang dengerin.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya