Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

3 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya (Part 2)

Ahmad Rizky Wahyudi oleh Ahmad Rizky Wahyudi
23 Februari 2022
A A
3 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya (Part 2) Terminal mojok

3 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya (Part 2) (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebelumnya, saya pernah menulis soal kesalahan penggunaan kosakata bahasa Jawa dalam artikel ini. Tulisan ini merupakan kelanjutan sekaligus bagian terakhir dari tema tersebut. Sebetulnya untuk menelaah kesalahan penggunaan kosakata yang biasa digunakan masyarakat Jawa tidak akan cukup hanya dalam dua tulisan. Sebab, bahasa Jawa memiliki beragam varian dan kelompok penuturnya yang begitu heterogen.

Namun, tidak masalah. Mudah-mudahan kedua tulisan saya ini dapat membantu kalian guna meminimalisasi kekeliruan kosakata bahasa Jawa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Juga agar cakrawala kalian tentang kosakata bahasa Jawa semakin luas lagi.

#1 Tumut atau ndherek?

“Kula ndherek pitepangan” (Saya turut memperkenalkan diri)

“Kula ndherek raos bela sungkawa” (Saya turut berbelasungkawa)

“Kula ndherek bingah” (Saya ikut berbahagia)

“Kula ndherek langkung” (Saya turut mendahului/permisi)

Coba sebutin, apa lagi ungkapan berawalan “ndherek” lainnya yang sering kalian jumpai. Banyak, kan? Baik, mari kita berfokus pada kata “ndherek”. Menurut bausastra Jawa, “ndherek” merupakan ragam krama inggil dari kata “melu” (ikut/turut). Bentuk lainnya yaitu “tumut”, sebagai ragam krama madya sekaligus krama andhap-nya.

Oh ya, Cah. FYI, krama inggil adalah ragam halus untuk mendeskripsikan orang lain—lawan bicara kita—yang derajatnya lebih tinggi dari kita. Sedangkan krama madya merupakan ragam halus untuk mendeskripsikan orang lain yang sederajat dengan kita. Lalu, krama andhap adalah ragam halus untuk mendeskripsikan diri sendiri.

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

Yang jadi pertanyaan saya, mengapa mayoritas masyarakat Jawa terbiasa mengawali ungkapan-ungkapan di atas menggunakan kata “ndherek”? Padahal ungkapan-ungkapan tersebut jelas-jelas untuk mendeskripsikan aksi yang dilakukan oleh diri sendiri. Kalau saya pribadi, sih, sebenarnya lebih setuju kalau kata “ndherek” pada ungkapan-ungkapan tersebut diganti dengan “tumut” (kula tumut pitepangan, kula tumut raos bela sungkawa, kula tumut bingah, kula tumut langkung, dll.). Sehingga, tingkat tutur katanya tetaplah konsisten dan tidak menyalahi kaidah unggah-ungguh yang telah ditetapkan.

#2 Nyuwun pirsa atau tangled?

Menurut bausastra Jawa, “nyuwun pirsa” merupakan ragam krama andhap dari kata “takon” (bertanya). Secara fungsional, kata ini digunakan untuk bertanya kepada orang lain. Sedangkan “tangled” adalah ragam krama madya dari kata “tarung” (bertarung). Oke, dari sini dapat kita simpulkan bahwa kedua kata tersebut mempunyai arti yang jelas-jelas berbeda.

Permasalahannya, mayoritas masyarakat Jawa cenderung terbiasa mempergunakan kata “tangled” untuk bertanya. Dan ini sudah berlaku sejak zaman dulu. Saya sendiri pun tidak habis pikir bagaimana asal-muasalnya. Namun setelah mengetahui arti sesungguhnya dari kata “tangled”, saya merasa bahwa bila ada kalimat tanya yang disisipi kata tersebut, konteksnya jadi tidak sesuai. Misalnya seperti ini:

“Nuwun sewu, Pak. Kula badhe tangled dhumateng panjenengan.” (Permisi, Pak. Saya mau bertanya bertarung sama Anda)

Coba simak baik-baik padanan kata yang bercetak tebal di atas. Ya kali penginnya bertanya, tetapi konteksnya malah nantangin lawan bicara gelut dengan gaya halus. Aneh, kan?

Oleh karena itu, saat kalian hendak bertanya dalam versi krama, coba sedari sekarang biasakan untuk menggunakan kosakata “nyuwun pirsa”. Saya yakin, pembiasaan ini tidak akan menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi sama masyarakat Jawa, kok. Pasalnya, “nyuwun pirsa” bukanlah kosakata yang asing di telinga mereka. Jadi, model kalimat yang musti kalian biasakan kurang lebih seperti ini:

“Nuwun sewu, Pak. Kula badhe nyuwun pirsa dhumateng panjenengan.” (Permisi, Pak. Saya mau bertanya sama Anda)

#3 Ten atau Teng?

Dalam bahasa Jawa, “ten” (wonten) digunakan untuk menyatakan posisi sedangkan “teng” (dhateng) digunakan untuk menyatakan tujuan. Simpelnya gini, kalau dalam bahasa Indonesia “ten” sama seperti “di”, sedangkan “teng” serupa dengan “ke”. Namun hingga kini, banyak masyarakat Jawa yang lidahnya masih terbiasa mengucapkan kata “teng” untuk menyatakan posisi dari suatu hal. Misalnya seperti ini:

A: “Daleme Pak Prayit ana endi, Le?” (Rumah Pak Prayit di mana, Nak?)

B: “Dalemipun Pak Prayit teng Sumbersari, Pak.” (Rumah Pak Prayit ke Sumbersari, Pak)

Coba amati sekilas kata yang bercetak tebal di atas. Tentu kalian bisa langsung paham mana letak keanehannya, kan? Kata yang bercetak tebal tersebut seharusnya diganti dengan kata “ten”, supaya penggunaannya jadi lebih pas.

Sebelumnya, saya sudah mengira bahwa awal dari kebiasaan keliru ini mungkin hanya karena adanya misspelling di antara kata “ten” dan “teng”. Mengingat pengucapan kedua kata tersebut juga berbeda tipis. Tetapi, kembali lagi soal konteks dan kesesuaian kata dalam kalimat. Pengucapan yang berbeda sedikit saja pasti akan menimbulkan arti yang berbeda pula. Maka dari itu kata “ten” dan “teng” harus disesuaikan dengan porsi mereka masing-masing. Ora isok dienggo sapenake dhewe, Lur!

Nah, itulah 3 kesalahan kosakata bahasa Jawa yang marak terjadi di kalangan masyarakat Jawa. Kesimpulannya, kekeliruan dalam berbahasa Jawa sangat wajar terjadi mengingat di sana banyak sekali poin-poin penting yang harus diugemi. Maka dari itu, memperluas pengetahuan tentang aturan berbahasa Jawa menjadi solusi yang paling tepat supaya terhindar dari kesalahan yang sering terjadi. Hal ini juga menjadi langkah konkret guna mempertahankan konsistensi bahasa Jawa di era yang serba dinamis ini.

Penulis: Ahmad Rizky Wahyudi
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2022 oleh

Tags: Bahasa JawaKesalahankosakata
Ahmad Rizky Wahyudi

Ahmad Rizky Wahyudi

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra. Kaum insomnia yang rajin overthinking sama tulisannya sendiri.

ArtikelTerkait

10 Istilah Sakit dalam Bahasa Jawa yang Biasa Dijumpai Sehari-hari Terminal Mojok

10 Istilah Sakit dalam Bahasa Jawa yang Biasa Dijumpai Sehari-hari

22 September 2022
madura

Drama Bahasa Jawa dan Madura di Keluarga Besar Saya

13 Agustus 2019
Kesaktian dan Keunikan Warung Madura di Tengah Gemerlapnya Ibu Kota

4 Kebiasaan Buruk yang Bikin Toko Kelontong Bangkrut

10 November 2022
Kosakata Bahasa Tegal yang Susah Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

Kosakata Bahasa Tegal yang Susah Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

9 Oktober 2023
4 Kesalahan Makan Cilok yang Kerap Dilakukan terminal mojok.co

4 Kesalahan Makan Cilok yang Kerap Dilakukan

7 Februari 2022
6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

29 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.