UIN Malang, atau Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, mungkin tak sepopuler kampus “negeri” di kota-kota besar. Khususnya di Malang, kota yang sudah sesak dengan kampus tenar macam UB, UM, dan Polinema.
Tapi, jika kamu mau menengok lebih dekat, kampus ini punya keunggulan yang diam-diam sangat khas dan nyaris tak dimiliki kampus lain. Bahkan beberapa kampus Islam sekalipun.
Iya, UIN Malang ini memang suka tampil kalem, seakan tak menonjol. Tapi jangan salah, justru banyak keistimewaan yang baru bisa kamu rasakan begitu resmi jadi mahasiswa sini. Nggak percaya? Nih, 3 keistimewaan UIN Malang yang bikin dia beda dari yang lain:
#1 Mahad Sunan Ampel Al-Aly: Identitas mahasantri
Pertama, Mahad Sunan Ampel Al-Aly (MSAA). Bagi mahasiswa UIN Malang, ini bukan sekadar asrama, tapi miniatur pesantren yang mewajibkan seluruh mahasiswa baru tinggal selama satu tahun penuh.
Fyi aja, UIN Malang adalah kampus yang menginisiasi model “mahad wajib” ini, lalu ditiru UIN-UIN lain di Indonesia. Jadi, konsep Mahad di sini sudah sangat layak dan terjamin mencetak intelektual yang ulama, dan ulama yang intelek (seperti halnya mottonya).
Bayangin saja, tiap pagi sebelum subuh, kamu bakal dibangunkan buat salat jemaah. Nggak peduli se-kalcer apa dirimu, semua dibentuk jadi santri. Kamu akan terbiasa bersarung, rebutan kamar mandi, ngaji, bahkan segala hal lain yang ada di pesantren. Lengkap beserta atmosfer yang membuatmu bukan cuma pinter, tapi juga paham adab.
Nggak heran, mahasiswa UIN Malang itu auto-sopan. Ketemu dosen langsung cium tangan, ngasih STNK ke petugas pun pakai tangan kanan, dan nggak sembarangan ngomong.
Bahkan yang sebelumnya nggak pernah mondok kayak saya, tiba-tiba punya refleks ala santri, yang selesai kuliah pun nggak langsung kabur, tapi nunggu dosennya keluar dulu, sambil mengucap salam penuh hormat. Kalau kamu kuliah di sini, sopan santun bukan cuma formalitas, tapi sudah jadi gaya hidup.
#2 Punya 2 masjid kampus
Iya, UIN Malang punya 2 masjid besar yang tentu saja punya fungsi dan atmosfer yang berbeda: Masjid Tarbiyah (biasanya disebut Mastar) dan Masjid Ulul Albab (Mas’ul).
Di Mas’ul, jangan kaget kalau khotbah Jumat full Bahasa Arab. Bukan formalitas atau latihan pidato lho, tapi memang difungsikan buat memfasilitasi mahasiswa asing, terutama dari Timur Tengah, yang jumlahnya cukup banyak. Terutama dari Libya.
Yang menarik, mahasiswa lokal jadi terbiasa dengan kosakata Arab. Jadi, ketika khotbah full Arab, kita nggak kaget, apalagi auto “amin” cuma karena denger kata Bahasa Arab.
Selain itu, kami juga terbiasa melakukan percampuran bahasa sehari-hari, dan muncul dialek khas yang susah ditiru, yakni Arab-Jawa/Indo. Atau bahkan tiba-tiba full bahasa Arab untuk mengungkapkan sesuatu. Menarik, bukan?
#3 UIN Malang menjadi pusat Bahasa Arab dan Inggris
Terakhir, UIN Malang punya program penguatan bahasa asing yang terstruktur dan cukup ketat. Tahun pertama alias semester 1 dan 2, kamu wajib ikut program Bahasa Arab setiap hari, dari siang sampai malam.
Ada pembinaan, hafalan, muhadatsah, dan ujian akhir, dan ditutup outbond sambil mempraktikkan Bahasa Arab. Jadi, nggak sekadar Na’am atau ente, saja.
Tahun berikutnya, semester 3 dan 4, giliran program Bahasa Inggris. Wajib ikut juga, dan targetnya jelas: lulus TOEFL dengan skor minimal. Dan tentu saja, jika tidak lulus, kalian nggak bisa daftar skripsi. Jadi, perlu ditelateni dulu bahasanya, baru fokus ke tahap lainnya.
Yah, ketiga keistimewaan ini membuat UIN Malang bukan sekadar kampus yang bisa diremehkan. Kalau ada yang bilang UIN Malang itu kampus biasa-biasa aja, mungkin mereka belum pernah berada di kondisi menjadi mahasantri yang kuliahnya mulai dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. mamam, tuh.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA UIN Malang dan UIN Jogja, Saudara yang Perbedaannya Kelewat Kentara
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
