Bulan Ramadan adalah masa di mana HRD harus berhadapan dengan problematika yang lumayan kompleks
Saya percaya bahwa setiap pekerja, apa pun bidang usahanya, punya peak season-nya masing-masing. Selama peak season berlangsung, banyak hal dan kemungkinan yang bisa terjadi. Segala strategi dan persiapan yang sudah disiapkan dengan matang pun nggak jarang menjadi buyar begitu saja karena huru-hara yang terjadi di depan mata. Tak terkecuali para HRD—yang juga punya peak seasonnya tersendiri.
FYI, salah satu peak season bagi para HRD adalah selama Ramadan berlangsung dan menjelang Lebaran. Ada beberapa hal template yang biasa terjadi. Bahkan, seakan sudah menjadi budaya yang terus berulang setiap tahunnya. Sebagian HRD, tentu termasuk saya, masih suka ketar-ketir sekaligus deg-degan tiap kali Ramadan tiba dan menjelang Lebaran. Padahal, sudah sangat menyadari bahwa paradoks ini kemungkinan besar akan terjadi dan sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari.
Banyak hal yang bisa terjadi selama peak season ala HRD di bulan Ramadan dan menjelang Lebaran. Namun, setidaknya ada lima hal yang membikin HRD hampir selalu ketar-ketir, sekaligus perlu menyusun perencanaan yang matang dalam menghadapi kendala A, B, C, D, dan seterusnya.
#1 Sulit mengundang interview para pelamar kerja
Tantangan pertama yang sering kali dihadapi oleh HRD saat melakukan seleksi karyawan adalah, para pelamar kerja yang cukup sulit diundang interview. Alasannya variatif. Ada yang mau menghabiskan waktu Ramadan bersama keluarga lebih dulu. Ada juga yang sedang berada di kampung halaman dan memutuskan kembali fokus mencari pekerjaan setelah Lebaran, dan lain sebangsanya.
Tentu saya—mungkin juga HRD atau rekruter lainnya—memahami alasan tersebut. Nggak ada yang salah. Perihal ini, sebagian kandidat mengaku bahwa—pikir mereka—jika kirim CV sekarang, diprosesnya setelah Lebaran gitu. Lantaran, mereka tidak tahu bahwa kebutuhannya mendesak.
Sedikit informasi saja, kawan-kawan. Dari pengalaman yang sudah-sudah, saran saya, jika kalian sudah kirim CV dan dapat undangan wawancara kerja, diikuti prosesnya terlebih dahulu saja. Hitung-hitung menambah peluang atau opsi perusahaan yang dituju. Rumusan sederhananya, semakin banyak ikut proses interview, artinya, memperbesar peluang untuk mendapatkan pekerjaan.
Intinya, sih, jangan ghosting. Seandainya kalian lolos interview secara keseluruhan, coba ditanyakan atau disampaikan terlebih dahulu kepada HRD. Lakukan negosiasi, apakah memungkinkan join setelah Lebaran karena pertimbangan ini dan itu. Siapa tahu diperbolehkan. Jika iya, lumayan kan, bisa langsung bekerja setelah Lebaran?
#2 Kandidat yang lolos di-counter offer oleh perusahaan tempat ia bekerja
Selain para fresh graduate atau kandidat yang sedang tidak bekerja, para pelamar kerja yang masih aktif bekerja pun tidak sedikit yang aktif dalam perburuan suatu posisi di suatu perusahaan. Tentu, ini sah-sah saja bagi siapa pun pekerja yang berharap mendapatkan segala sesuatu yang lebih baik.
Namun, persoalan klasik yang sering kali dihadapi oleh sebagian HRD adalah, ketika mereka—para kandidat yang masih aktif bekerja—sudah diinfokan diterima, mereka menolak karena di-counter offer oleh perusahaan tempatnya bekerja, dengan segala benefit yang diterima. Biasanya, HRD akan pening ketika dihadapkan dengan persoalan seperti ini. Apalagi jika di waktu bersamaan, tidak ada kandidat cadangan untuk dilanjutkan prosesnya.
Untuk persoalan ini, hal yang sangat mungkin dilakukan oleh kebanyakan HRD adalah mempersiapkan bank data atau pipeline kandidat untuk beragam posisi, paling lambat satu bulan sebelum memasuki bulan Ramadan, sih. Sehingga, ketika ada kebutuhan mendadak, atau karyawan yang resign dadakan, nggak panik-panik amat.
#3 Karyawan yang resign tanpa pemberitahuan terlebih dahulu setelah menerima THR
Tahukah kamu? Salah satu persoalan klasik, template, dan masih saja terjadi hingga saat ini di ruang lingkup HRD selama Ramadan dan/atau menjelang Lebaran adalah, adanya karyawan yang setelah menerima THR, resign begitu saja tanpa pemberitahuan atau mengikuti aturan perusahaan terlebih dahulu. Tentu, ini akan sangat merepotkan HRD. Apalagi jika setelahnya, yang bersangkutan tidak bisa dihubungi untuk dimintai keterangan atau penjelasan lebih lanjut.
Sebetulnya, agak tricky untuk mengantisipasi hal ini. Apalagi, jika ditarik mundur ke belakang, persoalan ini bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda: dari sisi perusahaan dan karyawan yang bersangkutan.
Pertama, apa yang membuat karyawan meninggalkan perusahaan tanpa pemberitahuan setelah mendapat THR? Apakah memang karyawan merasa tidak nyaman? Apakah ada tuntutan berlebih dari kantor atau atasan dan sebangsanya? Kedua, dari sisi kandidat, jangan-jangan memang yang bersangkutan punya habit serupa di perusahaan sebelumnya—tiap kali setelah mendapat THR, selalu cabut tanpa alasan?
Pertanyaan itu, hanya bisa dijawab oleh si kang ghosting tersebut. Kita mah bisa apa atuh.
Itulah beberapa kegelisahan HRD di kala Ramadan. Sekali lagi, bukan Ramadan-nya yang jadi masalah. Tapi, kelakuan orang-orang ajaib serta problematika yang muncul yang ndilalah pas sama saat Ramadan. Bagi kalian jobseeker, semoga memahami hal-hal ini ya. Biar sama-sama enak lah, situ dapat kerja, kita bisa melakukan pekerjaan tanpa halangan.
Salam super, siap terima (naik) gaji.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Drama Korea 21+ yang Boleh Ditonton kalau Mentalmu Kuat