Baru-baru ini ada kabar membahagiakan dari Maudy Ayunda. Di akun Instgram pribadinya, dia mengatakan dirinya diterima menjalankan satu jurusan tambahan di Stanford University. Jadi, ketika lulus nanti dia akan mendapatkan dua gelar sekaligus yaitu MBA dan MA di bidang pendidikan. Tentu hal ini membuat jarak antara Maudy dengan netizen (seperti saya) semakin jauh. Saya yang sering membayangkan rasanya menjadi Maudy Ayunda, kayaknya saya harus kembali ke realitas. Jangankan diterima di Stanford University, daftar kartu prakerja aja ditolak sampai 3 kali.
Saya ngefans sama Maudy Ayunda sejak dia muncul di film Sang Pemimpi sebagai Zakiyah Nurmala. Saat saya cerita ke teman saya tentang peran Maudy di film tersebut, banyak yang bertanya, “Emang Maudy pernah main di film itu?” Sebagai fans, saya merasa bangga karena ternyata saya sudah start terlebih dahulu dibandingkan mereka yang heboh beberapa tahun ini. Tapi semakin ke sini, saya semakin minder dengan kesempurnaan Maudy. Apalagi dengan pernyataan dia tentang beauty shaming satu tahun yang lalu, jelas saya nggak akan bisa masuk ranah tersebut. Orang jelek tahu apa soal beauty shaming?
Tapi ngomong-ngomong soal kesempurnaan milik Maudy Ayunda, kita memang nggak akan bisa mendapatkannya. Ingat kan satu tahun yang lalu Maudy pernah muncul di Narasi TV-nya Mbak Najwa Shihab dan mengatakan dirinya senang saat sedang ujian. Kita-kita yang selalu berharap ujian musnah dari dunia ini jelas beda kasta dengan Maudy. Dia senang ujian karena dia sudah belajar jauh-jauh hari. Lha kita, ingat kosa kata belajar aja udah syukur. Tapi lebih dari itu ada 3 hal yang membuat kita sulit jadi Maudy Ayunda dan ini beneran sulit.
#1 Maudy punya mama yang sangat mendukung
Sebagai fans Maudy Ayunda, memfollow Instagram dia sudah jadi kewajiban saya. Bahkan mantannya juga saya follow. Di salah satu postingan Instagramnya, Maudy pernah mengatakan sosok yang membuatnya seperti sekarang ini adalah mamanya, Mama Muren. Dari kecantikan Mama Muren kita bakal tahu dari mana kecantikan Maudy berasal. Namun lebih dari itu, Mama Muren sangat mendukung Maudy.
Di salah satu postingan Mama Muren, beliau mengatakan Maudy aslinya pemalu. Untuk mengatasi Maudy yang pemalu, beliau mensupport Maudy untuk mengikuti les musik dan acara drama di sekolah. Tidak hanya itu, beliau juga mendukung dari segi mental dengan meyakinkan Maudy bahwa dia bisa. Dari sini saja kita sudah kalah start dari Maudy. Jangankan sampai ikut les musik, bilang mau kuliah aja dijawab, “Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau ujungnya nikah.”
#2 Tidak hanya mental, support juga dari finansial
Jadi anak orang kaya emang nggak jadi jaminan sukses. Namun, dengan jadi anak orang kaya, kesempatan sukses jauh lebih mudah dibandingkan orang yang cuma modal dengkul. Salah satunya terjadi pada Maudy Ayunda. Dari postingan-postingan di Instagram miliknya, kita bakal tahu Maudy berasal dari keluarga berada.
Saat Maudy Kecil, mamanya merupakan karyawan bank dengan jabatan yang cukup tinggi. Katanya, Maudy sering ikut ngantor mamanya saat masih kecil. Karena keadaan keluarganya ini, bisa ikut les musik bukan hal yang sulit bagi Maudy. Bisa sekolah di sekolah internasional juga gampang-gampang aja.
#3 Dari kecil sekolah di International School
Seharusnya kita nggak heran ketika Maudy diterima di Stanford University dan juga Harvard University, karena kita semua tahu dimana Maudy kuliah S1: Oxford University. Oxford University merupakan salah satu kampus yang sangat bergengsi di United Kingdom. Dibandingkan dengan kampusnya, kita pasti lebih akrab dengan kamusnya-–kamus oxford–itu pun masih aja beli yang bajakan karena yang asli mahal poool. Makanya, nggak heran jika Maudy bisa S2 di Stanford University, karena S1 dia aja nggak kaleng-kaleng.
Tidak hanya kampus tempat dia mendapatkan gelar Bachelor of Art, sejak SD dia juga sekolah di international school tepatnya di Mentari International School. Maudy sekolah di Mentari International School sampai SMP dan melanjutkan SMA di British International School Jakarta. Konon, biaya untuk sekolah di sana mencapai ratusan juta rupiah. Kita-kita yang SPP-nya masih ratusan ribu dan masih sering nunggak bisa apa?
Dari kacamata kita, hidup Maudy Ayunda memang tampak sempurna. Cantik, cerdas, aktris, penyanyi, penulis lagu, penulis buku, produser musik, dan juga bintang iklan yang kayaknya semua iklan di TV dibintangi Maudy. Tapi kata Maudy hidupnya nggak sesempurna itu kok. Dalam satu postingannya dia pernah bilang dia tampak sempurna karena dia lebih fokus untuk membagikan hal-hal positif yang ada dalam dirinya daripada hal-hal negatif. Makanya nggak heran kalau dia jadi sosok yang tanpa cela. Beda banget sama kita (atau saya), artikel ditolak oleh Terminal Mojok udah posting di mana-mana, “aku gagal. Aku gagal.”
BACA JUGA Maudy Ayunda Bicara Soal Beauty Bullying, Orang-Orang Jelek Makin Sedih atau tulisan Desi Murniati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.