Lamongan, kabupaten pesisir yang langsung dikaitkan dengan pecel lele oleh banyak orang. Padahal ya, tidak semua penjual pecel lele, termasuk yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta, asli orang Lamongan. Namun, ya sudahlah ya, branding telanjur melekat. Orang Lamongan seperti saya cuma bisa pasrah kotanya dijuluki sebagai Kota Pecel Lele.
Selain itu, Lamongan juga dikenal lewat dua ikon yang rasanya mustahil dilewatkan: soto dan klub sepak bola Persela. Soto Lamongan merajalela sampai ke pelosok Nusantara. Sementara Persela juga sempat berjaya hingga bikin klub lain deg-degan kalau main di Stadion Surajaya.
Di balik identitas-identitas yang sering diperdebatkan itu, Lamongan menyimpan banyak sisi menarik yang diam-diam bikin daerah lain cuma bisa ngelus dada. Hal-hal yang jarang muncul di beranda sosial media, jarang diliput televisi. Mari kita buka satu per satu, sebelum orang lain keburu mengklaim duluan.
#1 Arti Lamongan
Banyak orang mengenal Lamongan lewat kulinernya yang melegenda. Namun, tak banyak yang benar-benar tahu apa sebenarnya makna dari Lamongan itu sendiri. Termasuk bagaimana nama itu tumbuh menjadi identitas sebuah wilayah pesisir di Jawa Timur.
Nama Lamongan tidak lahir dari sebuah kata benda atau kondisi geografis tertentu, melainkan berasal dari nama seseorang. Sosok ini pernah mengukir peran penting dalam perkembangan Lamongan. Dahulu hiduplah seorang pemuda bernama Hadi. Setelah mengabdi dan memperoleh kedudukan sebagai Rangga, masyarakat menyebutnya Rangga Hadi. Seiring perjalanan waktu dan kedekatannya dengan warga setempat, nama itu berubah menjadi Mbah Lamong, sapaan penuh penghormatan yang diberikan oleh rakyat.
Peran Mbah Lamong tidak berhenti sebagai tokoh yang dicintai masyarakat. Dia kemudian diangkat sebagai Adipati pertama Lamongan dengan gelar Tumenggung Surajaya. Dari sinilah cikal bakal pemerintahan Lamongan berdiri. Awalnya sebagai sebuah kadipaten yang menjadi embrio berdirinya daerah yang kita kenal hari ini.
#2 Pernah berjaya, dari pengelolaan daerah hingga Persela bertengger di papan atas
Lamongan pernah berada pada titik keemasan yang begitu membekas dalam ingatan banyak orang. Sebuah masa ketika pembangunan berjalan dengan visi yang jelas, inovasi tumbuh di berbagai sektor, dan nama Lamongan terangkat hingga panggung nasional. Masa itu terutama dikenang ketika Masfuk menjabat sebagai Bupati Lamongan selama dua periode, dari 1999 hingga 2009.
Di tangannya, Lamongan tidak hanya menjadi kawasan yang ramai diperbincangkan, tetapi juga memperoleh pengakuan resmi sebagai daerah yang maju dalam berbagai bidang. Baik dalam perdagangan, pariwisata, dan investasi. Bayangkan saja, daerah pesisir ini pernah menggondol penghargaan Regional Trade, Tourism, and Investment (RTTI) Award 2008.
Salah satu jejak paling nyata dari era kejayaan itu adalah hadirnya Wisata Bahari Lamongan (WBL). Kawasan wisata pesisir yang dulu hanya menjadi tempat biasa di tepi laut, disulap menjadi ikon hiburan keluarga yang menarik pendatang dari berbagai kota.
Namun, kejayaan Lamongan tak hanya soal pembangunan fisik dan ekonomi. Dunia sepak bola juga menjadi saksi bagaimana Persela pernah stabil di papan atas Liga Indonesia. Cerita itu masih melekat erat dan sering kali menjadi harapan, bahwa suatu saat, masa jaya itu bisa kembali hadir dengan wajah baru yang lebih baik.
#3️ Punya wisata ikonik, dari laut sampai fosil purba
Lamongan itu unik karena bisa menawarkan dua pengalaman wisata yang sungguh berbeda: liburan pantai dan ziarah fosil. Iya, ada WBL (Wisata Bahari Lamongan) yang masih menjadi destinasi wisata di Jawa Timur yang bisa membuat sekolah-sekolah study tour merasa keren. Lalu berjarak tak jauh, berdiri Megalodon, eh maksudnya Maharani Zoo & Goa.
Di sana, selain ada kebun binatang yang menghadirkan berbagai satwa, termasuk replika dan koleksi fosil hewan, ada pula Goa yang penuh stalaktit.
Banyak kota mungkin punya pantai, banyak juga yang punya goa, tapi hanya sedikit yang bisa mengemas keduanya sebagai primadona wisata dalam satu kawasan yang saling berdekatan. Kalau itu bukan keunggulan, terus apa lagi?
Pada akhirnya, daerah ini bukan sekadar kota di peta yang dikenal karena sotonya. Ia punya jejak sejarah yang dalam, masa kejayaan yang membanggakan, dan destinasi wisata yang bikin daerah lain iri setengah mati. Tinggal bagaimana pemerintah dan warganya menjaga momentum, tidak puas hanya dengan cerita-cerita lama. Sebab, Lamongan masih punya banyak bab yang menunggu untuk ditulis lebih megah dari sebelumnya.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Orang Lamongan Lebih Sering Healing ke Tuban daripada Gresik.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















