Belanja online di e-commerce memang efektif dan efisien. Namun, beberapa dari kita punya pengalaman belanja online yang nggak efektif dan nggak efisien. Misalnya dengan menjadi pembeli yang terjebak belanja di toko milik dropshipper.
Dropshipper adalah tipe penjual yang nggak pegang stok barang dan hanya memasarkan barang supplier. Seharusnya, nggak masalah kalau mereka punya supplier tetap. Problemnya, banyak dari mereka yang nggak punya supplier tetap karena platform e-commerce memfasilitasi mereka buat checkout sebagai dropshipper di toko manapun. Semua penjual betulan “dipaksa” menjadi supplier yang pada akhirnya merugikan pembeli yang terjebak belanja di toko mereka.
Berikut saya urai tiga hal menyebalkan kalau kamu terjebak belanja online di toko milik dropshipper
#1 Harganya nggak murah
Sesuai dengan yang saya sebut di atas, dropshipper hanya memasarkan barang supplier, otomatis mereka memasang harga yang tentunya di atas harga supplier. Para pembeli tentu nggak tahu bahwa mereka checkout di toko dropshipper karena mereka mengemas toko mereka seolah-olah memiliki produk sendiri. Sedih kan jadi pembeli yang terjebak belanja di toko mereka? Sudah checkout barang fiktif, lebih mahal pulak.
#2 Input resi lama
Biasanya para dropshipper gercep banget input resi ketika kita checkout di toko mereka. Hal ini sebenarnya lumrah dilakukan semua penjual e-commerce, supaya pesanan nggak bisa dibatalkan sepihak oleh pembeli lagi. Nah, kalau kita terjebak belanja di toko mereka, jarak dari input resi ke berjalannya pengiriman sering lama. Kenapa? Mereka perlu memasukan resi supplier dulu supaya resi pengiriman bisa berjalan. Masalahnya, nggak semua supplier yang pegang barang ini gercep juga dalam input. Kadang-kadang pilihan ekspedisi supplier nggak sesuai dengan pilihan ekspedisi pembeli yang checkout di toko dropshipper.
Alhasil, pembeli jadi menunggu pengiriman lebih lama dan seringkali barang sampai dengan ekspedisi yang nggak sesuai pilihan pembeli. Keliatannya sih bukan masalah besar, tapi kan ada aja tho pengalaman buruk kita sama beberapa perusahaan ekspedisi. Yang akhirnya bikin kita ogah pilih ekspedisi itu tiap belanja online.
Oh ya, nggak selamanya juga input resi supplier ke sistem ini lancar. Beberapa kali pesanan terbatalkan otomatis tapi pesanan sudah terkirim. Akhirnya pembeli juga yang repot karena harus transfer uang secara manual. Berhubung nggak semua pembeli pakai dompet digital dan pakai bank yang besar, kebayang kan kalau ini menimpa pembeli yang masih transaksi dengan metode pembayaran transfer bank kecil-menengah? Double biaya adminnya, Gaes!
#3 Barang supplier kosong
Angka yang terpajang dalam stok barang di toko dropshipper ya sama seperti barang yang mereka jual, sama-sama fiktif. Balik lagi ke e-commerce yang memfasilitasi checkout sebagai dropshipper di semua toko penjual betulan. Kadang-kadang barang di supplier stoknya kosong dan barang yang pembeli checkout di toko dropshipper nggak tersedia. Biasanya dua hal yang akan dihadapi pembeli, yang pertama dropshipper meminta pembeli membatalkan pesanan. Berhubung ada sanksi dari e-commerce ke penjual yang membatalkan pesanan, ada juga dropshipper curang yang kirim barang yang nggak sesuai pesanan demi memenuhi pesanan. Kalau udah dapat barang yang nggak sesuai sih mending kita dispute pengembalian aja, posisi kita jelas kuat di mata tim dispute. Wong sudah dikirimi barang yang nggak sesuai.
Nah, itu dia hal-hal yang menyebalkan kalau kita terjebak belanja online di toko dropshipper. Mari kita lebih jeli lagi dalam memilih toko online tempat kita checkout barang supaya kita hanya bertransaksi di toko penjual betulan. BTW, hukum dropshipper tanpa consent dari penjual betulan yang “terpaksa” jadi supplier-mu itu haram lho, cepat-cepat jadi penjual betulan yang nggak jual barang fiktif gih.
Penulis: Tito Satrya Kamil
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Nggak Cuma di Jogja: Malioboro Juga Punya Cabang di Beberapa Kota