Saya pikir, cuma saya yang dilema kalau ada teman pinjam buku. Tapi ternyata di Terminal Mojok, banyak juga yang curhat punya pengalaman sejenis. Nggak enakan buat menolak bukunya dipinjam, padahal risikonya si buku nggak akan kembali.
Harusnya sang peminjam peduli dengan sejarah dan sepak terjang kita mendapatkan buku tersebut. Puasa Senin-Kamis demi pengiritan, nabung goceng seminggu selama setahun, atau rajin browsing cari diskonan sana sini. Semua demi buku impian. Kebayang kan begitu bukunya sudah berhasil dimiliki, kita jadi posesif banget.
Buat saya, meminjamkan buku udah lebih berat daripada meminjamkan duit. Kalau harus meminjamkan duit ke orang, saya biasanya sudah siap ilang-ilangan. Dibayar sukur, nggak dibayar ya sudah. Harus ikhlas. Selain itu, meminjamkan duit ke orang bisa dinego. Tergantung kondisi keuangan kita saat itu.
Tapi kalau ada yang mau pinjam buku, gimana negonya? Menahan KTP, minta deposit, atau gadai emas kok kesannya berlebihan. Tapi apa jaminannya coba?
Sebagai manusia biasa, beberapa kali saya juga terjebak di situasi yang nggak enak karena teman, sohib, bos, atau saudara mau pinjam buku koleksi. Akhirnya saya memiliki solusi yang sampai saat ini cukup berhasil untuk diterapkan.
Solusi #1 Jika teman pinjam buku, sarankan untuk baca di tempat
Boleh pinjam, tapi baca di rumah kita. Usahakan tidak sampai dibawa pulang. Kalau belum kelar, besok aja suruh datang lagi. Jadi kita sebagai pemilik bisa melihat, supervisi, dan melindungi koleksi kita dari hal-hal yang nggak diinginkan.
Mungkin solusi ini kesannya nggak ikhlas mau minjemin buku yaa. Emang kok! Tapi paling tidak solusi ini bisa sedikit meminimalisir kita dikatain PELIT.
Solusi #2 Jika teman maksa banget pinjam buku, jadikan bukunya kado ultah
Ada saatnya dimana kita benar-benar nggak mau bisa minjemin buku. Bisa jadi karena buku itu memang sedang kita perlukan, atau ya karena sayang banget aja. Sudah pasti rasa bingung dan nggak enak hati menyergap sanubari dikala sang bff memohon untuk meminjam. Dikasih solusi yang pertama, baca di rumah, doi nggak mau. Tapi kekeh minta pinjam buku.
Kalau seperti ini biasanya saya yang “ngalah”. Bukan ngalah akhirnya tu buku dipinjam keluar, tapi ngalahin tabungan untuk bisa beliin buku tersebut, sebagai kado pada saat dia ultah. Pengalaman saya yang udah-udah, teman dekat saya selalu seneng banget begitu dapet kado buku yang dia pengin.
Solusi #3 Jika teman doyan banget pinjam buku dan nggak mau modal, share info diskonan
Solusi selanjutnya untuk mengatasi rasa nggak enak menolak ketika teman pinjam buku, yaitu sering-sering kasih tahu kalau ada harga khusus dari buku tersebut. Tidak hanya laman toko buku seperti gramedia.com yang suka kasih diskon kok. Pasar daring seperti shopee, bukalapak, toped, dan lainnya juga banyak jual buku dengan harga yang lumayan terjangkau. Cuma harus hati-hati, jangan cuma asal murah tapi malah beli buku bajakan.
Atau bisa juga kita bantu menginfokan kalau pas lagi ada pameran atau pesta buku. Bareng-bareng temen dan sohib ngoprek di sana, kan malah mengasyikan. Siapa tahu ternyata mereka malah dapat buku seperti yang kita punya dengan harga yang lebih murah.
Itulah beberapa solusi yang pernah saya lakukan untuk melindungi koleksi buku saya. Kalau udah seperti itu tapi masih dicap PELIT, ya sudah terima aja. Maap maap ya, Mpok. Soalnya udah pengalaman banget koleksi buku nggak balik gara-gara nurutin rasa kasihan dan nggak enakan. Kalau dipikir, lebih kasihan mana sama saya yang demi beli buku impian harus mengurangi jatah makan?
BACA JUGA Pramuka itu Keren, Asal Nggak Ada Perpeloncoan Nggak Manusiawi dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.