Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

3 Alasan Orang Nekat Menggelar Hajatan di Tengah Pandemi

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
2 Agustus 2021
A A
menggelar hajatan di tengah pandemi mojok

menggelar hajatan di tengah pandemi mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu saat berkendara, tiap beberapa kilometer, sering sekali saya melihat ada layos atau tenda hajatan yang terpasang. Pertanda bahwa si pemilik rumah sedang punya gawe. Entah itu khitanan, pernikahan, ataupun tasyakuran. Mau nggak mau saya jadi teringat dengan selembar undangan pernikahan yang saya terima sekira empat hari yang lalu.Ah, saya jadi mikir. Apakah bulan Agustus dipercaya banyak orang sebagai bulan baik, sehingga banyak yang menggelar hajatan di bulan ini? Atau, pertanyaannya kita buat lebih spesifik, apakah worth untuk menggelar hajatan di tengah pandemi sekalipun?

Soal bulan baik ini, harus kita akui bahwa hal tersebut adalah salah satu kepercayaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat secara turun temurun, terutama masyarakat Jawa. Kalau menurut kalender Jawa, bulan yang dianggap sebagai bulan baik untuk melangsungkan hajatan adalah bulan Ruwah, Rajab, Syawal, Jumadil Akhir dan Besar. Nah, momen selepas Iduladha sampai pertengahan Agustus ini, termasuk bulan Besar dalam penanggalan Jawa. Konon, melangsungkan pernikahan di bulan ini bisa mendatangkan rejeki berlimpah dan hubungan rumah tangga yang terjalin pun akan senantiasa bahagia dan jauh dari masalah. Bisa jadi itulah sebabnya kenapa banyak layos terpasang beberapa waktu terakhir ini.

Masalahnya adalah, pandemi belum usai. Covid-19 masih jadi ancaman terbesar. Tapi, kenapa ada saja orang yang tak mau bersabar? Tetap menggelar hajatan di tengah pandemi dengan abai.

Daripada kusut dengan pikiran sendiri, saya mencoba untuk mengulik alasan dari beberapa kenalan yang diketahui menyelenggarakan hajatan di tengah pandemi. Siapa tahu bisa jadi semacam panduan biar kita bisa tahu isi kepala mereka.

Pertama, once-in-a-lifetime. Lagi-lagi, alasan momen sekali seumur hidup jadi pembenaran. Mulai dari dibela-belain bayar MUA mahal, latah wedding cinematic, dan sekarang… Tetap buka tamu meski tahu pandemi belum berlalu.

Oke, mereka buka jasa nggak masalah. Toh, menikah kan nggak mesti harus dirayakan. Dapur harus tetap mengebul.

Sebenarnya, kelihatan mendahului takdir nggak sih kalau kita menganggap pernikahan itu momen sekali seumur hidup? Keknya yakin banget bakal selama-lamanya sama dia. Padahal, lagi-lagi, bukankah umur, jodoh, dan rejeki itu rahasia Tuhan? Ya maaf, beberapa orang di sekitar saya, nyatanya, menjalani pernikahan seumur jagung. Itu menjadi bukti bahwa tidak ada yang benar-benar sekali seumur hidup dalam dunia ini. Jadi, buat apa diromantisasi? Lagi pandemi kayak gini loh, ya.

Kedua. Memenuhi keinginan orang tua. Nah, mantan murid saya yang bulan ini menikah, menyebut bahwa keinginan orang tua adalah alasan kenapa ia tetap menggelar pernikahan meski tahu kondisi saat ini masih pandemi.

Baca Juga:

Realitas Pahit di Balik Hajatan: Meriah di Depan, Menumpuk Utang dan Derita di Belakang

Derita 3 Tahun Bertetangga dengan Pemilik Sound Horeg, Rasanya seperti Ada Hajatan Tiap Hari

“Saya anak bontot, Bu. Jadi bapak pengen banget pernikahan saya dirame-rame.” Begitu katanya.

Bahkan ketika saya tanya kenapa masih tetap menyalakan speaker, padahal yang saya tahu penggunaan speaker ini dilarang supaya tidak menimbulkan kerumunan, jawabannya sama: Keinginan orang tua.

“Lurahnya sih sudah wanti-wanti jangan pakai speaker. Tapi kalau mau tetap pakai speaker, terserah. Tapi lurahnya nggak mau tanggung jawab kalau ada apa-apa.”

Ketiga. Menghindari omongan tetangga. Jauh sebelum corona mengganas, terlebih dahulu kita mengenal cocote tangga yang nggak kalah cadas. Ibarat kata, tetangga adalah wartawan tanpa wawancara. Mereka bisa menyebarkan berita tanpa melihat fakta tapi berdasarkan apa yang mereka yakini. Maka coba bayangkan berita apa yang kiranya bisa tersebar ketika mereka tahu ada yang menikah tapi nggak rame-rame? Yap. Betul. Yang cewek dikira sudah hamil duluan. Dan yang bikin makin menyebalkan adalah, kejadian ini bakal terus diungkit-ungkit. Nggak sengaja ketemu di warung, diungkit. Papasan di gang, diungkit. Ungkit aja terus sampai Ikatan Cinta tamat!

Pada akhirnya, menggelar hajatan di tengah pandemi adalah sebuah pilihan yang bisa banget untuk kita tolak. Masa bodo dengan once-in-a-lifetime fafifu dan cocote tangga. Kalau soal keinginan orang tua, ayolah, masa sih nggak bisa dibicarakan? Gini loh, jangan sampai keegoisan kita menggelar hajatan di tengah pandemi menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19, yang kemudian bisa dijadikan senjata bagi Pemerintah untuk menyalahkan rakyat atas kegagalan penanganan pandemi. Dibilang rakyatnya nggak pada patuh. Hilih. Keenakan nanti mereka.

BACA JUGA Jangan-jangan Negara yang Sering Disindir Film India Itu Indonesia? dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2021 oleh

Tags: covid-19HajatankhitananklusterNikahanpandemiPojok Tubir Terminalsyukuran
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Alumnus Universitas Terbuka yang bekerja sebagai guru SMK di Tegal. Menulis, teater, dan public speaking adalah dunianya.

ArtikelTerkait

penimbun tabung oksigen mojok

Mencari Hukuman yang Paling Pas untuk Penimbun Tabung Oksigen

14 Juli 2021
Kebiasaan di Hajatan Pedesaan yang Nggak Masuk Akal kondangan jawa tengah

Kondangan di Desa Jawa Tengah adalah Kondangan Paling Perfect, Melayani Tamu Sepenuh Hati, Dilayani bak Raja!

13 Juli 2024
PTM sekolah tatap muka mojok

Yang Divaksin Orang Dewasa, yang Masuk Sekolah Anak SD: PTM Jadi Kebijakan Paling Pekok

28 September 2021
Lek-lekan Nganten, Kegiatan Bergadang Paling Berbahaya di Kampung Saya terminal mojok (1)

Lek-lekan Nganten, Kegiatan Bergadang Paling Berbahaya di Kampung Saya

8 Agustus 2021
Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal Untuk Menghadapi Pandemi terminal mojok

Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal untuk Menghadapi Pandemi

19 Juli 2021
Kuli Jawa: Rapi Hasilnya Rapi, walau Kerap Berisik Ketika Bekerja rumah orang jawa

Kuli Bangunan: Kerjanya Susah, Gajinya Bercanda

4 November 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.