Kalau kita mampir ke warung madura, sudah lazim kita menemui penjualnya sedang telponan dengan orang lain. Bahkan ketika mereka lagi proses jual beli pun, masih bisa saling telponan dengan suara yang lantang. Di tempat lain pun begitu. Kadang, kita menemui ada orang Madura asyik telponan dengan kawannya. Kapan pun, di mana pun.
Durasi telponan mereka nggak cuman sepuluh-dua puluh menit. Bisa sampe berjam-jam. Kayaknya kita nggak perlu kaget kalau suatu saat nanti, Apple dan Samsung akan menguji ketahanan baterai hape terbaru mereka lewat orang Madura. Kalau baterai masih tersisa banyak banget setelah dipakai telponan, berarti kualitas baterai mereka yahud.
Kegiatan bertelepon ria ini bukan tanpa tujuan. Saya pun mendapat jawaban beragam dari beberapa tetangga yang asli orang Madura mengenai aktivitas favorit ini. Mulai dari anak SMP, cacak penjaga warung Madura, embhuk pedagang nasi bebek cabang purnama, hingga bok pedagang rujak cingur.
Biar nggak lupa sama keluarga
Kalau biasanya telponan lama berjam-jam identik dengan aktivitas sepasang kekasih. Telponan lama berjam-jam bagi orang Madura adalah bentuk memperkuat hubungan keluarga. Nggak hanya sama pacar atau pasangannya saja. Mereka hampir setiap hari menelpon orang tua dan sanak saudaranya yang ada di desa atau kampungnya.
Hubungan keluarga suku Madura memang terkenal kuat. Hal ini karena saat di perantauan mereka terbiasa hidup secara berkelompok. Bahkan di desa atau kampungnya di Pulau Madura, beberapa rumah yang jaraknya berdekatan masih berstatus sebagai anggota keluarga atau saudara. Misalnya di dekat rumah Ibu saya, ada satu gang yang kebanyakan dihuni oleh orang Madura.
Mereka adalah perantauan dari beragam daerah di Pulau Madura, ada yang diajak ke Surabaya karena diajak pamannya yang sudah lama berdagang sayur di pasar. Beberapa ada yang ikut suaminya untuk sama-sama merantau ke Surabaya. Lantaran kebanyakan adalah perantauan dan terkenal sebagai perantau sejati, mereka harus memperkuat hubungan keluarga agar senantiasa dekat dengan keluarga dan nggak lupa sama asal-usulnya.
Mengurangi beban hidup
Kehidupan di perantauan yang nano-nano membuat mereka butuh orang dekat untuk berbagi cerita, sejenak mengurangi beban hidup. Bagi orang Madura telponan merupakan aktivitas pengusir kesepian dan kebosanan. Bayangin aja misalnya cacak penjaga warung Madura yang harus berjam-jam menjaga warung. Biar nggak bosan alias gabut dan semangat berdagang, mereka nyambi telponan. Ibarat orang sengaja nyalain televisi padahal ga ditonton gitu, selama ada suara apalagi bisa saling tukeran pembicaraan mereka merasa ada temen walaupun terpisah jarak :”)
Bentuk solidaritas!
Suku Madura terkenal dengan solidaritas yang kuat. Kuatnya solidaritas sosial antar orang Madura dikenal dengan nama tretan dhibi. Tretan dhibi merupakan bahasa Madura yang berarti saudara sendiri. Tretan dhibli adalah ungkapan yang terkenal di kalangan suku Madura untuk menggambarkan kuatnya persaudaraan dan solidaritas antar sesama orang Madura.
Aktivitas telponan bagi orang Madura adalah bentuk solidaritas yang telah didukung oleh kemajuan teknologi dan modernisasi alias telah terdigitalisasi. Selain menelpon anggota keluarga dan pasangan, mereka juga sering menelpon sesama orang Madura yang bukan anggota keluarganya. Kebanyakan mereka yang di perantauan tergabung dalam satu komunitas yang sama dan sering berkomunikasi. Misalnya, komunitas pengajian, komunitas pedagang, dsb.
Setiap suku memiliki karakteristik dan kekuatan solidaritas suku masing-masing. Saya cukup kagum dengan keunikan orang Madura yang berpadu dengan kecanggihan teknologi ini. Mereka betul-betul memanfaatkan teknologi dengan tetap membawa identitasnya. Walaupun kadang saya bingung “orang ini ngomong siapa?” saat mereka telponan. Karena mereka bisa asyik nelpon di mana pun dan kapan pun dengan letak HP yang nggak dekat di kuping seperti umumnya.
Kalau mau nyaleg dengan sasaran audiens orang Madura, bisa nih bikin program pulsa dan paket data gratis ke semua operator. Yakin dah dapet pemilih yang banyak. Tapi kalau menang ya, nggak tau ya.
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menjawab Gosip Netizen Perihal Warung Madura