Mengantre udah mendarah daging bagi kehidupan manusia Indonesia. Ketika di stasiun, rumah sakit, Indomaret, bahkan kamar mandi umum, kita selalu akrab dengan kegiatan tersebut.
Namun begitu, seakrab-akrabnya kita dengan kegiatan tersebut, budaya mengantre kita ya gitu-gitu aja. Masih berjarak dari keteraturan. Sering terjadi beberapa orang tampak merebut hak orang lain dengan menyerobot antrean.
Seakan orang-orang itu melupakan hal yang paling fundamental dalam sebuah kehidupan: Bahwa setiap manusia punya hak yang sama besarnya. Konsekuensi dari kesetaraan tersebut adalah, setiap manusia boleh menggunakan hak yang dimilikinya tanpa merampok hak orang lain. Sesederhana itu.
Kocaknya, beberapa orang kerap mengemukakan alasan yang konyol dan ajaib waktu ditegur karena kedapatan menyerobot antrean. Naaah di bawah ini saya rangkum alasan-alasan di balik aktifitas laknat tersebut. Check this out Gaesss
Alasan nggak masuk akal orang ketika menyerobot antrean #1 Buru-buru
Tentu udah nggak asing yang namanya diserobot bagi orang yang suka mengantre di loket kereta lokal. Ketika sedang menempuh perjalanan panjang demi nyampe depan loket, eh ada aja orang-orang cupet yang menyerobot antrean. Orang-orang ini menyerobot antrean seolah mereka punya otoritas lebih dibanding kita.
Pernah suatu kali saya memberanikan diri untuk menegur. Waktu itu saya mengantre paling depan, menunggu loket buka. Naaah, sepersekian detik setelah loket buka, dari samping muncul seorang ibu-ibu setengah baya yang langsung mendahului saya memesan tiket. Dengan kesal saya langsung aja bilang, “Antre dong bu.” Eh, alih-alih nyadar atas kelakuannya, beliau malah menimpali teguran saya dengan jawaban yang ajaib, “Buru-buru ini mas.”
Dengan semangat meluap-luap, saya menimpali balik, “Saya juga buru-buru guoooblok.” tapi dalam hati, tentu saja. Melawan seorang ibu-ibu yang udah berumur, nyali saya langsung lemas kayak pangsit yang kena cipratan kuah bakso.
Saya nggak habis pikir sama orang yang dengan pedenya menjadikan alasan buru-buru sebagai legitimasi tindakan nyerobot mereka. Lha gimana? seolah mereka merasa orang paling penting di dunia. Seolah semesta berputar di mereka doang.
Seolah mereka pejabat istana~
Alasan nggak masuk akal orang ketika menyerobot antrean #2 Nganter orang sakit
Logika di balik alasan ini sama kayak yang di atas. Bedanya cuma tempat perkara menyerobot ini terjadi.
Andi, teman saya, mengisahkan pengalaman dirinya ketika ke rumah sakit. Kala itu antrean lumayan panjang. Dan karena pandemi, jarak antara orangnya harus minimal 1 meter.
Seharusnya hari itu baik-baik aja. Namun, emang dasar kelakuan manusia susah ditebak. Kali ini pelaku penyerobot adalah seorang bapak-bapak. Blio dengan percaya diri menyelinap ke tengah-tengah antrian, pas di depan Andi. Tapi bedanya, beberapa orang di belakang meneriaki bapak-bapak tadi secara gahar.
Dan sang bapak malah menimpali dengan jawaban yang bikin geleng-geleng kepala, “Ini saya lagi nganter orang sakit.” Bukan main, bukan main.
Ketika cerita Andi sampai pada bagian itu, saya tertawa terbahak-bahak. Saya pikir lucu sekali ada orang yang tega menyerobot antrean di rumah sakit dengan dalih “mengantar orang sakit”. Dikiranya orang lain nggak lagi nganter orang sakit apa?
Tapi biar nggak kualat, saya berusaha khusnudzon juga. Saya coba nganggap bahwa bapak tersebut sedang cosplay jadi para pejabat yang suka ngelindur. Eh atau sedang cosplay jadi pelawak bernama Jerinya yha?
Yaaah, yang mana pun nggak jadi masalah. Toh mereka sama-sama berbakat. Berbakat malu-maluin diri sendiri.
Alasan nggak masuk akal orang ketika menyerobot antrean #3 Mendaku reseller
Ini adalah pengalaman saya mengantre yang paling lama dan paling memuakkan. Kalau ingatan saya nggak berkhianat, ketika itu tahun 2017. Bandung Makuta masih gahar-gaharnya. Antusiasme warga bandung dalam menyambut hadirnya kue itu benar-benar luar biasa. Hal itu pula yang membuat saya rela mengantre selama 6 jam cuma demi dua kotak kue Bandung Makuta.
Padahal waktu itu saya terbilang cukup pagi datangnya. Toko Bandung Makuta buka pukul setengah 10. Dan saya datang pukul 10. Cukup pagi tho?
Tapi apa daya, saya baru dapat membeli kue tersebut jam setengah 4 sore. Setengah 4 sore sodara-sodara.
Selain karena sistem antrean yang bobrok, keberadaan banyak reseller juga menjadi faktor penting macetnya ular panjang itu. Yha bayangkan aja status reseller menjadikan seseorang dapat melengos melewati orang-orang yang telah mengantre selama beberapa jam. Teteh-teteh penjual Bandung Makuta pun seolah buta dan memaklumi tindakan reseller tersebut.
Parahnya lagi, jumlah reseller itu lebih dari satu orang. Ditambah setiap reseller bisa memborong puluhan kotak Bandung Makuta. Akibatnya, stok Bandung Makuta cepat habis. Jeda menunggu mobil box yang membawa stok Bandung Makuta lagi pun cukup membunuh waktu.
Melihat tindakan mereka itu, saya kok kayak nggak ada keberaniannya sama sekali untuk menegur mereka apalagi baku hantam. Jadi saya cuma bisa pasrah sambil memaki, dalam hati tentu saja, melihat mereka dengan mudah ke luar masuk membawa Bandung Makuta.
Yang saya tuliskan di sini tentu saja cuma secuil dari puluhan pengalaman saya diserobot antrean. Akhir kata, bagikan tulisan ini kepada kenalanmu yang suka menyerobot antrean. Biar mereka nyadar. Cukup kebijakan pemerintah aja yang bikin kesel, perihal antrean jangan.
BACA JUGA Cerita Horor Pakdhe Saya yang Diseruduk Siluman Manusia Berkepala Kuda dan tulisan Zaki Annasyath lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.