3 Alasan Demak Kalah Tenar Dibanding Kabupaten di Sekelilingnya

3 Alasan Demak Kalah Tenar Dibanding Kabupaten di Sekelilingnya

3 Alasan Demak Kalah Tenar Dibanding Kabupaten di Sekelilingnya (Audi Keiso via Unsplash)

Beberapa kali saat melancong ke luar Jawa Tengah, saya sering bertemu orang-orang baru. Mereka bertanya tentang asal daerah saya, Demak. Ternyata, banyak yang belum tahu tentang Demak. Nahasnya, saya harus capek-capek menjelaskan kalau Demak adalah daerah sebelah pasnya Semarang, semata agar mereka paham.

Jadi, berdasarkan letak wilayah, sebelah barat dari Demak berbatasan langsung dengan kotamadya Semarang. Sebelah timur berbatasan dengan Kudus, sebelah utara berbatasan dengan Jepara. Kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Grobogan dan kabupaten Semarang.

Bersumber pada pengalaman, tampaknya Demak memang kalah eksis jika dibandingkan dengan Jepara atau Kudus, apalagi Semarang ya kan. Padahal secara historis, dulu Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, rasanya aneh jika beberapa masyarakat Jawa tidak tahu tentang Demak.

Namun fakta di lapangan memang seperti itu. Demak yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu mungkin Demak bisa menguasai hampir seluruh Pulau Jawa, sekarang? Menyaingi Jepara ataupun Kudus saja masih ngos-ngosan, apalagi Semarang ya kan.

Saya menerka-nerka sebenarnya apa yang menyebabkan Demak selalu kalah tenar dibanding dengan daerah di sekelilingnya. Kenapa mereka lebih mengenal Kudus, Jepara bahkan Grobogan, bayangkan Grobogan lho, kalau Semarang jangan ditanya lagi lah ya.

#1 Makanan khas yang tidak terkenal

Makanan adalah salah satu media promosi bagi suatu daerah. Daerah tersebut akan lebih dikenal ketika mereka memiliki makanan khas yang bisa dicicipi. Kenyataannya, beberapa orang mengenal Semarang karena lumpianya, ada juga yang mengenal Kudus karena jenangnya, dan bahkan mereka mengenal Grobogan melalui swikenya.

Hal-hal seperti itu seakan telah menjadi trademark tersendiri bagi suatu daerah. Bagaimanapun para pecinta kuliner akan berusaha mampir untuk mencicipi makanan tersebut jika kebetulan mereka sedang melewatinya. Biasanya ada yang ngomong, “Ha mosok wes tekan kene rak mampir ngicipi sisan?”

Lantas bagaimana dengan Demak? Dilansir dari website pariwisata Demak, sebenarnya kota ini juga memiliki makanan khas sendiri lho, di antaranya adalah nasi ndoreng. Kalau nggak tau nasi ndoreng, saya jelaskan sikit. Nasi tersebut isiannya hampir menyerupai nasi pecel. Jika nasi pecel diguyur dengan sambal kacang yang cenderung manis dan gurih, untuk nasi ndoreng, sayuran yang menjadi pelengkapnya ditaburi garam goreng yang berbahan dasar kelapa parut sangrai yang dibumbui garam. Oleh karena itu, kuliner ini memiliki cita rasa umami yang gurih dengan lauk pelengkap lainnya.

Namun kembali lagi, mungkin karena marketingnya yang kurang jos, akhirnya banyak yang tidak tahu kalau Demak memiliki makanan khas nasi ndoreng.

Baca halaman selanjutnya

#2 Tempat wisata yang kurang menarik…

#2 Tempat wisata yang kurang menarik

Jika kalian browsing tentang wisata di kabupaten Demak, tiga tempat teratas yang akan muncul adalah Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga, dan Makam Terapung Syekh Mudzakir. Sangat religius bukan? Bagi orang yang teguh beragama pasti sangat recomended, tapi bagi seseorang yang imannya pas-pasan, tampaknya akan susah melirik wisata itu.

Makanya, saat liburan, orang-orang akan lebih memilih ke Jepara, Kudus, atau Semarang. Sebab kita tahu sendiri Jepara memiliki Karimunjawa, Pantai Kartini, Teluk Awur, Pulau Panjang, Pantai Bandengan dan lain sebagainya. Kudus punya Air Terjun Kali Banteng, Wisata Alam Semliro, Air Terjun Montel, bahkan Gunung Muria. Semarang memiliki… sudahlah jangan dibahas kalau Semarang, orang-orang juga udah pada tahu.

Mungkin karena Demak tak memiliki tempat wisata yang memikat, makanya kurang dikenal orang-orang. Bahkan masyarakat Demak sendiri juga jarang yang menghabiskan waktu berlibur di kotanya sendiri, termasuk saya pribadi.

#3 Kabupaten yang nanggung

Ibarat siswa di kelas, tampaknya Demak termasuk siswa yang tidak amat pintar dan tidak juga bandel, jadi posisinya di tengah-tengah. Namun sialnya, siswa seperti inilah yang kemungkinan besar akan dilupakan.

Semarang, Jepara, dan Kudus bisa dikatakan siswa rangking yang selalu bersaing rebutan peringkat satu. Meskipun pada dasarnya Semarang yang selalu menang, tapi persaingan itu yang membuat Kudus dan Jepara selalu dikenang. Dari segi infrastruktur, industri ataupun pariwisata mereka oke lah.

Bagaimana dengan Grobogan? Kalau dibandingkan antara Demak dengan Grobogan, rasanya Demak tidak amat buruk lah. Kita bisa mengetahui itu jika kita ingin ke Blora lewat daerah Mranggen. Tandanya, saat kita telah keluar dari Mranggen dan menemukan jalanan penuh plot twist, halus, kemudian tiba-tiba ompong, nah, itu bukti kalau kita telah masuk Grobogan.

Namun karena itulah, Grobogan lebih dikenal. Realitas sosial memang seperti itu, Demak cuma jadi siswa yang nanggung, tidak terkenal telah menjadi risikonya, maka nikmati saja kalau kita tetap seperti ini.

Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mak Jah, Sang Wonder Woman Indonesia dari Desa Bedono Demak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version