#2 Tempat wisata yang kurang menarik
Jika kalian browsing tentang wisata di kabupaten Demak, tiga tempat teratas yang akan muncul adalah Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga, dan Makam Terapung Syekh Mudzakir. Sangat religius bukan? Bagi orang yang teguh beragama pasti sangat recomended, tapi bagi seseorang yang imannya pas-pasan, tampaknya akan susah melirik wisata itu.
Makanya, saat liburan, orang-orang akan lebih memilih ke Jepara, Kudus, atau Semarang. Sebab kita tahu sendiri Jepara memiliki Karimunjawa, Pantai Kartini, Teluk Awur, Pulau Panjang, Pantai Bandengan dan lain sebagainya. Kudus punya Air Terjun Kali Banteng, Wisata Alam Semliro, Air Terjun Montel, bahkan Gunung Muria. Semarang memiliki… sudahlah jangan dibahas kalau Semarang, orang-orang juga udah pada tahu.
Mungkin karena Demak tak memiliki tempat wisata yang memikat, makanya kurang dikenal orang-orang. Bahkan masyarakat Demak sendiri juga jarang yang menghabiskan waktu berlibur di kotanya sendiri, termasuk saya pribadi.
#3 Kabupaten yang nanggung
Ibarat siswa di kelas, tampaknya Demak termasuk siswa yang tidak amat pintar dan tidak juga bandel, jadi posisinya di tengah-tengah. Namun sialnya, siswa seperti inilah yang kemungkinan besar akan dilupakan.
Semarang, Jepara, dan Kudus bisa dikatakan siswa rangking yang selalu bersaing rebutan peringkat satu. Meskipun pada dasarnya Semarang yang selalu menang, tapi persaingan itu yang membuat Kudus dan Jepara selalu dikenang. Dari segi infrastruktur, industri ataupun pariwisata mereka oke lah.
Bagaimana dengan Grobogan? Kalau dibandingkan antara Demak dengan Grobogan, rasanya Demak tidak amat buruk lah. Kita bisa mengetahui itu jika kita ingin ke Blora lewat daerah Mranggen. Tandanya, saat kita telah keluar dari Mranggen dan menemukan jalanan penuh plot twist, halus, kemudian tiba-tiba ompong, nah, itu bukti kalau kita telah masuk Grobogan.
Namun karena itulah, Grobogan lebih dikenal. Realitas sosial memang seperti itu, Demak cuma jadi siswa yang nanggung, tidak terkenal telah menjadi risikonya, maka nikmati saja kalau kita tetap seperti ini.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mak Jah, Sang Wonder Woman Indonesia dari Desa Bedono Demak