Wonogiri tak hanya punya mi ayam, kota ini punya makanan lain yang bisa jadi andalan
Wonogiri adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang sebagian wilayahnya berupa dataran tinggi atau pegunungan. Kesan sejuk akan terasa begitu sudah memasuki wilayah kabupaten yang dalam sejarah berdirinya berkaitan erat dengan perjuangan Raden Mas Said dalam melawan penjajah Belanda.
Di kawasan Jabodetabek, bila disebut Wonogiri, maka yang terbayang adalah bakso dan mi ayam. Ya, karena di wilayah Jakarta dan sekitarnya, bakso dan mi ayam didominasi perantau dari kawasan Solo Raya, terutama Wonogiri. Tentu saja kita tak perlu berbicara perkara rasa, nggak usah dibandingin, jelas menang!
Selain terkenal dengan bakso dan mi ayamnya, kota yang dijuluki Kota Gaplek ini juga mempunyai makanan legendaris yang masih ada hingga sekarang. Makanan-makanan ini memang tidak seperti bakso dan mi ayam yang sangat mudah ditemui, tapi bukan berarti sudah tidak ada. Makanan-makanan tersebut masih ada dan banyak diburu perantau yang pulang kampung untuk sekadar bernostalgia. Apa saja makanan tersebut?
#1 Pecel Mi Pentil
Pecel ini seperti pecel pada umumnya, yaitu aneka sayuran yang disiram dengan saus sambal kacang, hanya saja diberi pelengkap berupa mi. Mi pelengkapnya berbeda dengan mi yang sering kita jumpai. Berukuran agak besar dan terbuat dari tepung singkong atau tapioka jadi lebih kenyal.
#2 Nasi Tiwul
Nasi tiwul relevan dengan julukan Wonogiri sebagai Kota Gaplek. Masyarakat Wonogiri bagian selatan tidak menanam padi karena wilayahnya yang berupa pegunungan. Sebagai gantinya, mereka menanam singkong.
Gaplek merupakan salah satu bahan ketahanan pangan dari singkong sejak zaman penjajahan. Setelah dipanen, singkong dikupas lalu dijemur hingga kering lalu disimpan dan jadilah gaplek. Gaplek tersebut bisa digiling menjadi tepung dan dari tepung gaplek inilah tiwul berasal.
Nasi tiwul difungsikan sebagai makanan pengganti nasi, bukan kudapan, maka pelengkapnya dengan berbagai lauk dan sayur sebagaimana nasi. Tiwul bisa juga dicampur dengan nasi putih. Tujuan pencampuran ini demi menghemat persediaan beras di kala itu.
#3 Sambal Cabuk
Ini dia sambal yang hanya ada di Wonogiri. Sambel dengan rasa unik yang mulai langka karena bahan bakunya yaitu wijen hitam tidak lagi banyak ditanam oleh penduduk Wonogiri. Konon, saat ini hanya ada satu penjual sambal ini, tepatnya di Pasar Wonogiri.
Meski langka, harganya tetap murah. Pengusaha sambal cabuk di Wonogiri tidak aji mumpung dan uniknya, sambal ini tetap dibuat dengan cara lama. Seperti proses memasaknya menggunakan arang, bukan gas dan dengan dialasi dengan daun. Hal itu demi mempertahankan rasa dan aroma yang khas.
#4 Tempe Benguk
Sebagaimana dengan namanya, tempe ini dibuat dari benguk atau biji kacang koro. Kacang koro tumbuh dengan baik di Wonogiri. Tanaman yang ternyata sangat kaya manfaat ini biasanya tumbuh merambat di pagar-pagar rumah. Ukuran kacang benguk besar-besar, tidak seperti kedelai.
Tempe benguk bisa diolah dengan berbagai macam olahan layaknya tempe kedelai. Seperti digoreng, dibuat keripik, dibuat bacem, dan lain sebagainya.
#5 Keripik Tempe
Keripik tempe dari Wonogiri berbeda dengan keripik tempe dari daerah lain. Tipis, renyah, tidak keras, dan bumbu ketumbarnya sangat terasa di lidah. Keripik tempe ini sangat cocok untuk oleh-oleh karena awet dibawa kemana saja.
#6 Kacang Mete
Kacang mete yang asli Wonogiri mempunyai ciri khas tersendiri yaitu ketika digigit, selain gurih, ada rasa sedikit manis. Namun, menurut cerita para pengusaha kacang mete di Wonogiri, mete asli Wonogiri termasuk langka, jadi tidak bisa mencukupi permintaan pasar. Kebanyakan dari mereka membeli mete dari luar pulau Jawa dalam bentuk belum dikupas atau gelondongan.
Seperti kacang mete dari daerah lainnya, mete Wonogiri juga terhitung mahal. Meski begitu, mete ini tetap diburu pembeli, terlebih ketika Lebaran.
#6 Wader Goreng
Makanan khas dari Wonogiri yang cocok untuk oleh-oleh ini banyak dijual di sekitaran Waduk Gajah Mungkur. Ya lumrah saja, asal wader tersebut memang dari Waduk Gajah Mungkur. Saya pribadi menyarankan kalian untuk mencoba kuliner ini. Kalian akan mendapat sensasi yang tidak kalian dapat pada kuliner lain.
Selain di sekitaran kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur, wader goreng ini juga bisa dibeli di pusat oleh-oleh atau pasar.
#7 Wajik Ketan
Saya membeli wajik ketan ini di pasar Wonogiri. Rasanya enak, manisnya pas, ketannya legit dan matang, Saya sangat terkejut karena ternyata harganya di bawah perkiraan saya. Terhitung sangat murah. Susah sekali untuk mendapatkan wajik seenak ini di Jabodetabek.
#8 Brem
Brem dari Wonogiri ini berbeda dengan beram dari wilayah Jawa Timur. Kalau dari Jawa Timur, biasanya berbentuk kotak dan dikemas dus, Sedangkan brem Wonogiri berbentuk bundar dan dikemas plastik bening jadi bisa terlihat jelas.
Brem yang berasa asam manis dan lumer di mulut ini terbuat dari sari tape ketan. Sari tape ketan tersebut dimasak lagi hingga mengental lalu dicetak dan dijemur. Dusun Tenggar menjadi tempat awal mula munculnya brem khas Wonogiri dan hingga saat ini dusun yang terletak di desa Gebang, kecamatan Nguntoronadi ini menjadi pusat pembuatan brem di Wonogiri.
#9 Geti wijen
Sesuai namanya, geti wijen berasal dari wijen. Wijen dan gula jawa yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan makanan yang manis gurih.
Geti yang konon merupakan akronim dari digeget kroso ning ati atau digigit terasa di hati ini memang sangat lejen karena dibuat sudah sejak 1950-an. Cocok untuk oleh-oleh karena awet dan harganya relatif terjangkau.
#10 Emping melinjo
Bagi masyarakat Wonogiri, emping menjadi salah satu kudapan khas di hari raya Idulfitri yang disajikan untuk menyambut tamu, selain kacang mete dan kue lainnya. Salah satu pusat pembuatan emping yang sangat terkenal adalah di kabupaten Jatisrono.
Kalau untuk oleh-oleh, biasanya orang membeli emping mentah daripada yang matang. Pengalaman saya membeli emping khas Wonogiri, ada yang berbumbu asin selain original.
Manakah makanan legendari dari Wonogiri yang kalian suka? Saya sih, suka semuanya. Ha enak og.
Penulis: Sri Hastutiningsih
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Wonogiri dan Gunungkidul, Saudara Kembar Beda Nasib