Perajin perabot rumah tangga asal Kalibaru terus bertahan di tengah gempuran produk pabrikan. Kearifan lokal yang jadi tumpuan hajat hidup banyak orang.
***
Sudah hampir tiga puluh menit Ani Rosita (44) warga Desa Kronggen Kecamatan Getasrejo, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah memilah perabot dapur berbahan stainless di Toko Dapurku Jaya. Toko ini satu dari puluhan toko perabot rumah tangga yang berjejer rapi di Jalan Raya Banyuwangi-Jember tepat di Dusun Tegalpakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Pagi itu, Senin (14/03/2022) Ani memilih datang ke Kalibaru lantaran di sana terkenal jadi pusat perabot rumah tangga berbahan stainless. Ada banyak toko di sana. “Saya lagi nyari dandang,” katanya sambil menujuk beberapa dandang dengan ukuran 30 cm.
Ani yang notabene warga kelahiran Banyuwangi kini berdomisili di Purwodadi. Ia mengaku sering membawa oleh-oleh perabot dapur khas Kalibaru Banyuwangi saat perjalanan pulang ke Jawa Tengah. Kebetulan sudah dua kali lebaran ia tidak bisa mudik ke Banyuwangi karena pandemi. Karena sudah ada pelonggaran ia memutuskan bersama suami dan dua anaknya untuk menyambangi ibunya.
Saat pulang kembali ke Purwodadi biasanya ia membawakan oleh-oleh perabot rumah tangga khas Kalibaru. Mulai oven, cetakan roti, wajan hingga dandang sering ia beli untuk oleh-oleh kerabat di Purwodadi. “Saya suka dengan kualitas barang disini, Mas,” ujar Ani .
Tidak hanya Ani, Juriyah (53) warga di Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Bali, yang datang ke toko perabot tersebut juga tampak sedang milih barang. Saat ditanya kedatangannya di toko tersebut dia mengaku membeli perabot dapur untuk nantinya di jual kembali setibanya di Bali.
Menurut Juriyah, harga yang di tawarkan di Kalibaru masih cukup kompetitif untuk nantinya dijual kembali dan jika membeli dalam partai besar ada potongannya. Selain itu, nama Kalibaru dimata warga Banyuwangi yang tinggal di Bali sebagai sentra pembuatan perabot dapur sudah cukup masyhur.
“Jadi nanti saat menjualnya akan lebih mudah,” terangnya.
Bukan sekedar alternatif pekerjaan
Kalibaru memang sudah sejak tahun 1970-an dikenal sebagai sentra kerajinan peralatan dapur. Tepatnya di Dusun Tegalpakis Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut pun dibenarkan Susanto Wibowo selaku Camat Kalibaru. Susanto yang merupakan warga asli Kalibaru mengatakan dulunya mayoritas penduduk Kalibaru merupakan petani dan buruh di perkebunan.
Hingga sekitaran tahun 1970 ada warga asal Kabupaten Madiun yang pindah ke Kalibaru untuk membuat kerajinan dandang dan wajan. Saat itu membuat kerajinan perabot rumah tangga masih menggunakan bahan dari drum. Kemudian pada tahun 1980-an, para perajin mulai beralih menggunakan bahan seng dan berkembang hingga saat ini menggunakan stainless, aluminium dan monel.
Susanto mengakui seiring berjalannya waktu kemunculan produk rumah tangga pabrikan sempat menggerus pendapatan dari perajin Kalibaru. Namun ia mengaku beragam upaya pendampingan yang dilakukan mampu membuat usaha kerajinan ini tetap bertahan dan jadi mata pencaharian warganya hingga saat ini. Mengingat pekerjaan ini tidak hanya menjadi alternatif bagi warga tetapi juga menjaga kearifan lokal di Kalibaru.
“Bentuk dukungan yang kami wujudkan dengan memasukan kerajinan ini ke dalam kalender Banyuwangi festival,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kecamatan Kalibaru, Senin, (14/03/2022).
Festival Dandang Sewu menjadi satu dari banyak upaya dari Forum Komunikasi Kecamatan Kalibaru bersama Pemkab Banyuwangi untuk terus menggeliatkan kawasan sentra produksi perlengkapan memasak di Dusun Tegalpakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi.
Menurut Susanto, Festival tersebut menyuguhkan perlengkapan dapur hasil produksi lokal warganya. Festival Dandang Sewu menjadi salah satu event yang bisa dirasakan masyarakat yang tinggal di daerah jauh dari Kota Banyuwangi, tepatnya di perbatasan dengan Kabupaten Jember. Selain itu, event tersebut juga diupayakan untuk mendatangkan masyarakat dari luar wilayah Banyuwangi.
Susanto menjelaskan masyhurnya sentra industri perabot rumah tangga menjadikan wilayahnya dikukuhkan sebagai ikon wisata di kecamatan paling ujung barat Kabupaten Banyuwangi. Dia mengatakan pengukuhan itu dilakukan dengan memasang dandang berukuran raksasa di samping kantor Kecamatan Kalibaru pada tahun 2017.
“Hingga saat ini monumen tersebut bisa dikunjungi bagi setiap warga yang datang ke Kalibaru serta jadi landmark wilayah kami” terangnya.
Tidak sampai disitu, pihaknya juga memfasilitasi beragam program untuk menyebarkan embrio kerajinan pembuatan perabot rumah tangga Kalibaru hingga ke luar wilayah. Salah satunya dari Ikatan Warga Banyuwangi (Ikawangi) yang ada di luar wilayah, selalu ada yang dibina secara khusus untuk dapat membuat perabot sesuai standar Kalibaru.
Hal tersebut dilakukan untuk tetap menjaga nama dan kulitas dari sentra kerajinan saat berada di luar kota. Bahkan saat sudah berada di tanah rantau, mereka tetap dibebaskan membuat dengan bahan yang tersedia disana namun tetap memperhatikan baku mutu pembuatannya serta tetap membawa brand lokal Kalibaru saat menjual di tanah rantau.
“Sehingga tidak sedikit warga pendatang yang sempat singgah di Kalibaru langsung mencari kekhasan kerajinan perabot rumah tangga untuk dijadikan cendramata,” katanya.
Kualitas terbaik dengan pembuatan manual
Baiknya kualitas perabot rumah tangga dari Kalibaru tentu tidak terlepas dari tangan terampil dan cekatan para perajinnya. Solikin (43) warga Dusun Tegalpakis merupakan satu diantara ratusan perajin yang ada di wilayah Kalibaru. Dia menjadi perajin perabot rumah tangga saat ia melihat saudaranya membuat dandang.
Cara kerja yang membutuhkan kreativitas tinggi membuatnya belajar agar mudah mengoperasikan beragam alat yang ada. Mulai palu dengan bantalan kayu tercetak setengah lingkaran untuk membentuk tutup dandang yang terbuat dari stainless. Lalu, lempengan stainless dibentuk dengan pola lingkaran sesuai ukurannya dan dipukul merata disetiap tepinya secara memutar.
“Butuh ketelitian saat proses ini agar bentuknya tetap presisi,” ujarnya.
Solikin menceritakan ketika awal-awal belajar pembuatan perabot rumah tangga. Dia hanya membuat tutup dandang berukuran kecil. Lalu setelah lancar secara bertahap beralih membuat badan dandang, oven, cetakan roti, wajan, spatula dan kukusan besar. Bahkan dia mengaku pernah membuat pesanan kubah masjid dan blower atap milik bangunan pabrik di Banyuwangi.
Bagi Solikin pembuatan perangkat berbahan dasar stainless, aluminium dan monel di Kalibaru memiliki kekhasan dalam prosesnya. Dia mengaku jika pesanan-pesanan yang sudah umum seperti perabot rumah tangga bisa dia selesaikan dalam waktu satu hingga dua hari. Namun jika pesanan baru dan harus menyesuaikan bentuk seperti keinginan pemesan, maka butuh waktu lebih dari delapan hari.
“Meski di sini terdapat alat, namun sebagian besar proses tetap mempertahankan dengan cara manual tangan,” terang Solikin di bengkel kerjanya, Senin (14/03/2022).
Dia mejelaskan meski dipasaran menjamur beragam perabot rumah tangga dengan produksi pabrikan, barang-barang hand made dari Kalibaru tetap memiliki pelanggannya sendiri. Hingga Kalibaru sebagai sentranya perabot rumah tangga dikenal oleh banyak pendatang yang sempat singgah di Banyuwangi.
Bahkan tidak sedikit mereka yang singgah memang sengaja untuk membeli beragam hasil olahan kerajinan tangan warga Kalibaru. Meski tujuan awal mereka untuk berwisata ke Pulau Dewata Bali. Sebab sebagai kecamatan pertama setelah melewati Kabupaten Jember, perkakas yang tertata disepanjang toko dekat Jalan Raya itu jadi pemantik wisatawan agar mampir saat masuk Banyuwangi via Jalur Gumitir.
Reporter: Fareh Hariyanto
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Sisi Gelap Kultur Suporter Porsenigama UGM liputan menarik lainnya di Susul.